Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 168 Aku Sakit Maag (2)

Lu Yanting mengangkat tangannya dan mengusap rambut Lanxi “kamu tidak tahu apa yang harus kamu katakan padaku?”

Lanxi : “.............. Apa yang ingin kamu dengar?”

Lu Yanting : “Apakah kamu merasa senang bermain akhir-akhir ini?”

Lanxi : “ya, sangat menyenangkan”

Lu Yanting : “apa kamu senang bersamanya?”

Lanxi : “....Kamu menginginkan jawaban apa dariku?”

Lu Yanting berpikir pertanyaannya ini adalah jebakan.

Lu Yanting : “hanya ingin kamu mengatakan yang sebenarnya”

Lanxi : “ aku sangat senang”

Lu Yanting : “ aku ingat kamu pernah mengatakan bahwa kamu tidak suka naik kereta”

Ketika dia tiba-tiba menyebutkan tentang kereta, Lanxi mengingat sebelumnya tentang percakapannya di kereta.

Itu sangat memalukan untuknya, tentu saja sampai sekarang masih belum lupa.

Lanxi menjilat bibirnya dan menjawab, “ benar, terkadang ingin mencoba perjalanan yang berbeda.”

“apakah kamu menyukainya?” kata Lu Yanting, “ aku bisa menemanimu jika kamu suka.”

Lanxi : “.........”

Lanxi benar-benar tidak mengerti apa yang akan dilakukan Lu Yanting.

seperti ditampar lalu diberi permen seperti itu, apakah dia benar-benar ketagihan melakukannya ?

Perilakunya yang seenaknya sungguh membuat orang kesal.

Sayangnya, Lanxi tidak punya waktu untuk berdebat dengannya.

“tidakkah kamu sibuk dengan pekerjaanmu?” Lanxi mengingatkannya “atau kembalilah untuk bekerja”

“Lanxi.” Lu Yanting tiba-tiba memanggil namanya dengan sangat formal.

Sebenarnya, dia sangat jarang memanggil namanya seperti itu.

Tiba-tiba, Lanxi mendengar namanya dipanggil dari mulut Lu Yanting, Lanxi secara tidak sadar berkata : “ ..... apa?”

“Sebelumnya aku marah, sudah mengatakan terlalu banyak kata-kata yang tidak mengenakan.” Lu Yanting menatap dalam-dalam mata Lanxi. “Perkataan yang sudah dikatakan keluar tidak bisa ditarik kembali. Aku tidak bisa memintamu tidak mengingat perkataan itu dalam hati, tapi aku juga tidak bisa menghindar untuk meminta maaf kepadamu.”

Pada saat ini, Lu Yanting memotong perkataan Lanxi dan sungguh-sungguh mengatakan tiga kata itu : “ Aku minta maaf”

Lanxi : “....................”

Lanxi tidak bisa memikirkan ini.

Sekarang untuk apa permintaan maaf ini?

Mereka........ memang seperti itu.

Terlebih lagi, bahkan jika dia meminta maaf, hubungan mereka tidak bisa kembali lagi...

Benar-benar, sudah terlambat.

Lanxi tidak tersentuh sedikitpun atas permintaan maaf Lu Yanting.

Sebaliknya, dia sangat tenang.

Ide perceraian telah diputuskan sebelum perjalanan. Setelah sekian lama, dia tidak akan berubah pikiran karena kata-kata Lu Yanting.

Lanxi sudah mendengar banyak janji-janjinya, Kapan dia benar-benar menepatinya ?

Lanxi tidak bicara terlalu lama, Lu Yanting sudah tahu apa yang dimaksud Lanxi. Lu Yanting sudah terlalu banyak mengulang kesalahan. Dia juga tidak meminta Lanxi langsung memaafkannya.

Lu Yanting termenung sejenak dan berkata : “ kamu boleh tidak memberiku jawaban sekarang, tetapi setidaknya beri aku kesempatan sekali lagi, bolehkah?”

Lu Yanting sudah merendahkan sikapnya, sehingga membuat Lanxi sedikit tersentuh.

Dia sebelumnya bukan tidak ada meminta maaf, tetapi kali ini, dia sampai merendahkan sikapnya.

Lanxi merasa dia sudah sangat rendah hati, dan bahkan karena sikap rendah hatiya, Lanxi bimbang untuk sementara waktu.

Tetapi untungnya, alasannya masih tersimpan. Dan kebimbangannya hanya sesaat, lalu dia sudah tenang dan sadar.

Lanxi tetap tidak bicara, dia melihat Lu Yanting dengan tenang.

“Setelah liburan ini selesai, Kamu dapat kembali bekerja jika kamu mau kembali ke Dongjin, pergilah.” Melihat Lanxi masih tidak berbicara, Lu Yanting seperti berbicara dengan dirinya sendiri.

Keputusan ini dibuat oleh Lu Yanting, pada saat dia menuju Qinghai.

Lu Yanting tahu Lanxi terlalu mempedulikan tentang Dongjin dan posisinya di perusahaan.

Sebelumnya, Lu Yanting benar-benar takut jika Lanxi pergi, tidak ada cara lain, hanya bisa menggunakan cara ini.

Sekarang.......... Lu Yanting mencoba memberikan solusi untuk satu sama lain.

Tentu saja, Kedua mata Lanxi bersinar setelah mendengar perkataan Lu Yanting.

Lu Yanting menangkap tajam perubahan mata Lanxi dan selanjutnya dia menambahkan perkataannya : “ seperti yang kamu inginkan, semua yang ada di perusahaan terserah kamu”

Lanxi tidak menyangka dia bisa menunggu sampai ada suatu hari Lu Yanting berkata seperti ini, dan juga tidak menyangka Lu Yanting akan berkata begini menyenangkan.

Lanxi merapatkan bibirnya dan bertanya “ apa syaratnya?”

------- Syarat.

Mendengar satu kata ini, Lu Yanting tersenyum.

Kelihatannya hubungan mereka sudah terbentuk sejak awal, saat berbicara tentang sesuatu, mereka selalu menyebutkan syarat.

Juga tidak aneh dulu Lanxi menggunakan pernikahan sebagai “pertukaran saling menguntungkan”

Lu Yanting mengejek dengan senyum tipis di bibirnya dan tidak berbicara untuk waktu yang lama.

Lanxi mengira dia sedang memikirkan tentang syarat ini, jadi Lanxi tidak ingin mengganggunya.

Setelah 3 sampai 4 menit, akhirnya Lu Yanting berbicara “syaratnya adalah.... Kamu bisa tidak sementara berhenti mengungkit tentang urusan perceraian?”

Sikapnya santai, tapi Lanxi cukup pintar untuk menyadarinya.

Meskipun sikapnya baik, Tapi hal ini pada dasarnya masih berbahaya dan bisa berubah sewaktu-waktu.

Jika dirinya tidak setuju. Lu Yanting tentu saja tidak akan membiarkannya kembali ke Dongjin sebagai direktur.

“berhenti berapa lama?” Lanxi merapatkan bibirnya “ katamu, kamu memberiku waktu, seharusnya ada batas waktu.”

“jika batas waktu ini sudah berakhir, aku merasa tidak cocok bagaimana? Apakah masih bisa kita bercerai?

Lu Yanting merasa sakit hati ketika Lanxi bertanya ini.

Apa yang dimaksud dari pertanyaan itu jelas bahwa sebenarnya Lanxi benar-benar tidak berniat untuk tinggal dengannya lebih lama lagi.

Menyadari ini, Lu Yanting tanpa sadar mengepalkan tangannya.

Lu Yanting akhirnya menyadari apa yang dimaksud membuat dirinya seperti orang berdosa.

Tetapi, di saat situasi seperti ini, untuk mengikuti Lanxi, hanya bisa setuju.

“ya, waktunya 2 bulan” ini juga batas waktu yang dia berikan untuk dirinya sendiri.

Selama 2 bulan, Lu Yanting akan mencoba membuat Lanxi berubah pikiran.

Setidaknya, menyingkirkan keinginan bercerainya.

2 bulan..

Lanxi menghitung waktu 60 hari itu, masih terhitung singkat.

Jadi dia mengangguk.

“Boleh.” Setelah berhenti, Lanxi mengingatkan Lu Yanting, “Jika setelah 2 bulan aku masih ingin bercerai, aku berharap kamu tidak mengancamku dengan perusahaan lagi.”

Lu Yanting sedikit mengepalkan tangannya lagi: “OK”

Sejauh ini, dirinya masih mempunyai pilihan?

Yang bisa dilakukan hanya melakukan yang terbaik mungkin di waktu mendatang.

Sebenarnya, Lu Yanting jarang mengambil keputusannya hanya berdasarkan perasaan.

Sebelum bertemu Lanxi, Dia selalu merasa EQ dirinya cukup lumayan, paling tidak dia tidak akan pernah memiliki hubungan yang seperti ini.

Tetapi realitanya berbeda.

Antara dia dan Lanxi secara tidak sadar seperti ini.

..........

Lu Yanting tidak banyak makan saat makan malam tadi, dan makanan di atas piring semuanya rasanya berat. Sakit perut membuatnya tidak nyaman, hal ini membuatnya sangat tidak tahan.

Rasa sakit dari perutnya datang tiba-tiba. Dahi Lu Yanting dipenuhi oleh keringat dan wajahnya berubah pucat.

Selain penyakit demamnya, Lanxi tidak pernah melihat Lu Yanting terlihat sangat lemah.

Wajah Lu Yanting menjadi pucat, Lanxi tanpa sadar mengkhawatirkannya, dan bertanya dengan canggung “ada apa denganmu?”

Lu Yanting merasa lega melihat ekspresi Lanxi.

-------mengerutkan kening, setidaknya dia mengkhawatirkannya?

Berpikir tentang itu, dia pikir layak untuk sakit perut.

Lu Yanting melambai. “tidak apa”

Sudah begini masih bilang tidak apa?

Lanxi tentu saja tidak percaya itu.

Lanxi melanjutkan perkataannya, “Kamu kenapa? Harusnya ada rumah sakit di tengah kota. Kamu bisa pergi ke dokter dan mendapat pengobatan lebih awal jika kamu merasa sakit.”

Ini adalah kalimat terpanjang yang Lanxi ucapkan kepadanya setelah pertemuan kali ini.

Ditambah, isi percakapannya sangat disukai diri oleh Lu Yanting.

Lu Yanting terkejut setelah mendengar itu, dia datang mendekati Lanxi dan menatap mata Lanxi.

“Kamu peduli denganku.” Kalimat ini adalah sebuah pernyataan.

Ketika dia mengatakan itu, Lanxi menyadari kesalahannya sendiri.

----Ya, waktu begini. Mengapa dirinya masih tetap peduli tentang Lu Yanting?

Kapan dirinya menjadi begitu lembut?

Lanxi tidak ingin menjawab pertanyaannya. Dia mengabaikannya dan berkata, “jika kamu sakit, pergilah ke dokter. Aku tidak peduli denganmu.”

“Aku sakit maag.” Kali ini Lu Yanting tidak menyembunyikannya.

Setelah mengatakan 2 kata, dia bersandar di leher Lanxi dan memegang tangannya karena sakit perutnya. “yang sakit sebelah sini”.

Lanxi lagi-lagi cemberut.

Lu Yanting? Sakit Perut?

Kehidupannya penuh dengan kebiasaan sehat, Lanxi pernah melihatnya.

Makan tepat waktu 3 kali, tidak pernah makan makanan yang rasanya berat apapun itu. Hanya kebiasaan yang tidak sehat adalah minum alkoholnya, tetapi dia jarang minum. Bagaimana dia bisa sakit perut ?

Tetapi melihat ekspresinya, tidak seperti dibuat-buat.

Lanxi sedikit bertanya-tanya : “apakah perutmu sakit?”

“Umm..” Lu Yanting mengangguk, seolah-olah dia ingin melihat apa yang Lanxi pikirkan dan menjelaskan kepadanya, “mulai sakit setelah kamu pergi.”

Lanxi : “........................”

Bisakah menyalahkan Lanxi untuk ini? Dia tentu saja tidak memiliki kemampuan sehebat itu.

Terlebih lagi, kondisi tubuh diri sendiri juga tidak baik. Penyakit komplikasi dan sering pergi ke rumah sakit, jadi untuk penyakit seperti ini dia sedikit memahami.

Cuma 10 hari, mana bisa jadi muncul seperti ini?

Lu Yanting melihat ekspresi Lanxi dan mengetahui dia tidak percaya, jadi dia menjelaskannya, “Sejak kamu ingin pergi untuk tinggal bersama Jiang Sisi, mulai.”

“mulai apa?” Lanxi secara tidak sadar mengikuti pertanyaan ini.

Lu Yanting:” aku tidak makan tepat waktu.”

Lanxi:”.........................”

Lu Yanting: “meminum kopi di saat perut kosong.”

Lanxi:”....................”

Lu Yanting :”Oh, minum bir di saat perut kosong.”

Lanxi :”..............”

Heh, dia disalahkan atas semua yang terjadi kali ini.

Itu sungguh menarik.

Lanxi tidak melakukan apapun, tiba-tiba menjadi penyebab?

Tetapi Lu Yanting bicara tidak masuk akal bukan cuma 1 2 hari, dan Lanxi tidak ingin membuang waktu untuk berbicara dengannya.

Lanxi beripikir sejenak. Tampaknya ada obat di ranselnya untuk sakit perut.

Lanxi mendorong Lu Yanting pergi, mengambil tas bahu di sebelahnya, membukanya, dan mengeluarkan kotak obatnya.

Obat ini belum dibuka sama sekali. Lanxi melihat petunjuknya, lalu mengambil 2 pil dan memberikannya kepada Lu Yanting.

“Apa ini?” Lu Yanting bertanya dengan sadar.

Lanxi : “perutmu sakit kan? Jika kamu meminumnya itu akan meringankan rasa sakitnya.”

Lu Yanting mengambilnya, dan tersenyum, “kamu cukup pandai untuk merawat diri sendiri.”

Lu Yanting selalu berpikir Lanxi tidak peduli dalam hal ini, tetapi dia tidak menyangka bahwa Lanxi punya rencana ketika dia pergi sendirian.

Lanxi mengangkat bahunya dan sambil berkata, “ Oh, Zhou Hesi yang menyiapkan obatnya. Aku tidak mempersiapkannya sendiri.”

Lu Yanting tertawa, tetapi setelah Lanxi berkata seperti itu, dia berhenti tertawa.

Novel Terkait

Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu