Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 153 Aku Akan Menjadi Pemandu Gratismu.

Jiang Sisi dan Jiang Song berbicara di ruang kerja sekitar setengah jam, setelah itu Jiang Song bersiap untuk pergi.

Besok mau mengadakan pesta pernikahan, masih banyak hal yang mau dia persiapkan.

Bagaimana juga putri satu-satunya akan menikah, dia harus membuat Jiang Sisi menikah dengan bagus dan mengagumkan.

Sudah berbincang dengan Mu Baicheng juga dengan Jiang Sisi, Jiang Song akhirnya bisa dengan tenang pulang mempersiapkan untuk besok.

Mu Baicheng awalnya menyuruh Jiang Song tinggal untuk makan, tapi Jiang Song tidak punya waktu, jadi tidak tinggal.

.........

Setelah Jiang Song pergi, Jiang Sisi dan Lanxi juga Mu Baicheng pergi ke restoran dulu.

Otak Jiang Sisi sekarang hanya memikirkan gambaran dia tadi makan ayam goreng dilihat Mu Baicheng, seluruh badannya tidak baik.

Dia merasa, selanjutnya Mu Baicheng pasti akan memberinya pelajaran.

Jadi, pada saat makan dia tida begitu bersemangat.

Setelah menunggu Lanxi menurunkan sumpit, Jiang Sisi dan Lanxi bertukar andangan, lalu kedua orang itu bersiap untuk naik.

Lanxi tentu saja mengerti maksud Jiang Sisi, lalu berkata: "Aku sudah selesai makan, ayo kita naik."

"Kamu oergi dulu." Jiang Sisi belum sempat menjawab, Mu Baicheng sudah menjawab, "Ada sesuatu yang ingin kukatakan padanya."

Jiang Sisi: "......"

Lanxi: "......"

Begitu Mu Baicheng berkata seperti itu, Lanxi dan Jiang Sisi sudah bisa menebak ada apa.

Lanxi mengirimkan tatapan iba kepada Jiang Sisi.

Mu Baicheng sudah berkata demikian, dia masih ada cara apa?

Hanya bisa berdoa untuk Jiang Sisi, lalu naik keatas.

Lanxi juga tau kalau Mu Baicheng tidak akan melakukan sesuatu yang kelewatan terhadap Jiang Sisi, dia hanya sedikit lebih disiplin, mungkin akan mengkritik pengajaran Jiang Sisi saja.

Bagaimana juga kedua orang itu sudah menjadi suami istri, pastinya ada ara sendiri untuk bersama, kalau dia ikut campur rasanya tidak baik.

Karena memikirkan hal ini, Lanxi baru bisa naik keatas dengan tenang.

Setelah Lanxi pergi, Mu Baicheng meletakkan sumpitnya.

Matanya melihat Jiang Sisi, dengan setengah tersenyum setengah tidak bertanya: "Sudah kenyang?"

Jiang Sisi tidak bisa menebak apa maksud dari ekspresinya, walaupun tidak sedisiplin dulu, tapi dilihat malah lebih membuat orang panik daripada marah.

Ditatap olehnya seperti itu, mulut Jiang Sisi sedikit tergagap: "Oh, Lumayan, lumayan kenyang"

"Kalau begitu kamu ikut aku ke ruang tamu lantai 1." Sambil berkata, Mu Baicheng sudah berdiri dari kursi makannya.

Jiang Sisi: "......"

Dia tau, hukumannya sudah mau datang.

Ketika berdiri, Jiang Sisi menarik nafasnya dalam-dalam, wajahnya sangat pasrah.

Dia berpikir dengan teliti, lagipula besok sudah menikah, palingan diceramahi oleh Mu Baicheng saja, mana mungkin dia bisa melakukan kekerasan sebelum pesta pernikahan? Tidak mungkin.

Berpikir seperti ini, Jiang Sisi akhirnya sedikit lega.

Setelah 3 menit, dua orang sama-sama muncul di dalam kamar tamu di lantai 1.

Di dalam kamar tamu ada satu ruang tamu yang ada meja dan sofa.

Setelah Jiang Sisi masuk seperti biasa mencari tempat duduk, tapi, pantatnya belum mengenai kursi, sudah dipotong oleh perkataan Mu Baicheng.

Mu Baicheng: "Siapa yang menyuruhmu duduk?"

Jiang Sisi: "......"

Duduk pun tidak boleh? Dia memang sangat disiplin.

Tentu saja, saat seperti ini ngotot keras dengannya bukan pilihan yang cerdas, Jiang Sisi memilih untuk diam.

Tentu saja, Mu Baicheng juga tidak duduk.

Mu Baicheng berdiri jarak 1 meter dari Jiang Sisi, melihatnya sangat lama.

Tatapan itu.......Jiang Sisi merasa detik selanjutnya dia akan dipukul.

Benar-benar sangat menakutkan.

Orang yang tidak tau akan mengira dia sudah melakukan kejahatan berat.

Dia kan hanya diam-diam makan junk food, dia tidak harus sampai seperti ini kan.

Dulu waktu belum mengenalnya, jumlah dia memakan makanan seperti ini sangat banyak.

Lagipula badannya tidak mudah hemuk, sama sekali tidak perlu khawatir.

Juga tidak mengerti sebenarnya Mu Baicheng tidak suka bagian mananya.

"Kamu interopeksi diri sendiri." Melihatnya begitu lama, Mu Baicheng akhirnya mengeluarkan kalimat ini.

Setiap kali selalu begini, Mu Baicheng tidak akan langsung mengatakan kesalahannya, tapi menggunakan cara seperti ini menyuruhnya interopeksi diri.

Dipikir-pikir, caranya seperti ini sedikit tidak normal, mungkin disebabkan karena pelatihan tentara baru di pasukan.

Jiang Sisi terdiam sejenak, lalu mengeluarkan pose mengaku bersalah: "Maaf, aku salah, tidak seharusnya makan junk food."

Mu Baicheng: "Begini saja?"

Jiang Sisi: "......Ada apa lagi?"

Dia marah kan karena dia makan junk food, selain itu, dia sepertinya tidak ada melakukan kesalahan.

Setidaknya 2 hari ini tidak ada. Mu Baicheng mengehela nafas berat, sepertinya sedikit tidak berdaya.

Hening selama beberapa detik, dia berkata kepada Jiang Sisi: "Lain kali jangan makan makanan seperti itu lagi, lan kali kalau sampai aku lihat, kuhukum menulis kritik sendiri."

"Abang------" Jiang Sisi mendengar “menulis kritik sendiri" 3 kata ini sungguh tidak bisa menahan lagi, "Sekarang sudah zaman apa, masih menulis kritik sendiri? Kan hanya makan ayam goreng, dulu aku dalam seminggu saja boleh makan beberapa kali!"

"Yang kubilang padamu lain kali." Mu Baicheng memang penyabar, lalu menambahkan lagi: "Menurutlah."

Jiang Sisi: "......"

Yo, hari ini sepertinya lumayan lembut.

Ya sudahlah, orang bijaksana harus menghindar dulu agar tidak dirugikan kedepannya, hari ini berjanji dulu, lagipula Mu Baicheng tidak akan 24 jam menjaganya.

"Baik, aku megerti." Jiang Sisi dengan nurut menyetujuinya.

Sebenarnya ide yang ada diotak Jiang Sisi, Mu Baicheng lebih mengerti dari siapapun, tapi dia tidak memperhitungkannya saat sekarang.

**

Diatas.

Setelah Lanxi kembali kekamar tidur, langsung mandi, lalu memakai baju tidur duduk melamun di sofa di kamar Jiang Sisi.

Pada saat melamun, handphonenya tiba-tiba berdering.

Dia melihat layar handphonenya, rupanya panggilan dari Lu Yanting.

Dihitung-hitung, sepertinya mereka sudah tidak berkomunikasi selama 4 atau 5 hari.

Beberapa hari ini, hidup tanpa Lu Yanting, Lanxi hidup dengan sangat baik.

Lanxi tidak tau kenapa dia menelepon, tapi setelah ragu sejenak, dia juga menerima panggilan itu.

Tapi, setelah menerima panggilan Lanxi tidak langsung berbicara.

Lu Yanting sudah tau kalau ini akan terjadi.

Jadi, setelah panggilan tersambung, dia langsung membuka mulut.

"Sudah makan malam?"

Dia bertanya basa-basi, tapi sangat alami, seperti sapaan yang akan dilontarkan oleh sepasang suami istri tua yang sudah lama tidak bertemu.

Tapi dia masih juga membalas dengan wajah kaku.

"Oh, sudah."

Lalu, topik pembicaraan itu dengan kaku berakhir.

Sikap Lanxi yang dingin membuat Lu Yanting tidak tau harus berbuat apa, berhenti sejenak, dia baru berkata: "Aku menyuruh Pan Yang membuatkan perencanaan perjalanan untukmu, nanti dia akan menghubungimu, kamu lihat nanti kalau tidak puas dengan rutenya, cari dia untuk menyesuaikan.

Perencanaan perjalanan?

Mendengar kata ini, Lanxi teringat, dulu sepertinya Lu Yanting memang pernah bilang kalau akan membawanya pergi jalan-jalan.

Tapi......Mendengar maksudnya itu, sepertinya mau sama-sama dengannya?

Kalau memang begitu, dia tidak akan pergi.

Tapi, dia sekarang juga tidak boleh menolak Lu Yanting langsung, bagaimana juga......Dia tidak boleh menyinggungnya.

Lanxi sangat lama tidak menjawab, Lu Yanting sudah menebak apa yang dia khawatirkan.

Untuk mengatasi kecurigaannya, Lu Yanting langsung menjelaskan: "Kamu pergi sendiri, aku tidak ikut."

"......Oh." Mendengarnya berkata demikian, Lanxi baru menghela nafasnya lega.

Sebelumnya Lu Yanting menyuruhnya pergi beliburan refreshing, sebenarnya dia lumayan tersentuh.

Karena dia sudah sangat lama tidak pernah berliburan dengan baik, kemarin itu dengan Lu Yanting pergi ke Las Vegas tidak termasuk.

Diingat baik-baik, kemarin waktu pergi liburan harusnya belum putus dengan Shen Wenzhi.

Waktu itu musim dingin, mereka berdua sama-sama pergi ke Hainan.

Setelah itu, dia tidak pernah lagi pergi berliburan yang benar-benar liburan.

Apalagi setelah masuk ke perusahaan Dongjin, pada dasarnya hidupnya sudah diambil oleh pekerjaan.

Liao xuan benar, dia memang butuh refreshing.

Tentu saja, Lanxi tidak tau kenapa Lu Yanting tiba-tiba memberinya kesempatan ini, tapi karena kesempatan sudah datang, dia harus mempergunakannya dengan baik.

Lanxi sedang berpikir seperti ini, Lu Yanting berkata lagi: "Kalau merasa sendiri tidak menarik, juga boleh ajak Jiang Sisi menemanimu, nanti aku suruh Pan Yang memesan tiketnya."

Lanxi: "Tidak perlu."

Kondisi Jiang Sisi berbeda dengannya.

Dia sekarang tidak bisa mengurusi urusan pekerjaan, tapi Jiang Sisi mempunyai banyak kesibukan, lagipula dia dan Mu Baicheng akan menikah, mereka berdua harusnya juga akan pergi berbulan madu.

Walaupun dia sekelewatan apapun, juga tidak akan mengganggunya disaat seperti ini.

Lu Yanting: "Ehn, kalau begitu aku suruh Pan Yang megirimkan rencana perjalanan padamu, coba kamu lihat."

Rencana perjalanan.

Tidak tau kenapa, mendengar 2 kata ini, Lanxi sangat tidak nyaman.

Semacam perasaan yang tidak punya kebebasan, dipantau orang lain.

Kalau memang mau melepasnya pergi jalan-jalan, kenapa tidak memberinya kebebasan yang seutuhnya?

Apakah dia mau pergi kemana juga harus dikontrol Lu Yanting?

Lanxi menarik nafas dalam-dalam, tidak tau menghabiskan berapa banyak energi baru bertanya pertanyaa ini: "Apa aku tidak boleh pergi ke tempat yang ingin aku kunjungi?"

Lu Yanting yang ditanya terdiam.

Dia mengira, dengan menyusun rencana perjalanan ini, Lanxi akan senang.

Tapi sekarang dilihat, dia sepertinya terlalu menyepelekan hal ini.

Dia memang kurang pertimbangan untuk hal ini, sebelumnya tidak bertanya pendapatnya, hanya ingin dia pergi berliburan, jadi dia langsung mengaturnya.

"Boleh, kamu ada tempat yang mau didatangi, aku suruh Pan Yang memesankan tiket untukmu." Sikap Lu Yanting sangat positif.

Lanxi juga tidak menyangka dia akan langsung memenuhinya.

Mungkin hari ini suasana hatinya sedang bagus.

Tapi ini juga gayanya yang biasa, memberi tamparan, lalu kencan manis, lalu tamparan lagi, diulang terus menerus.

Kehidupan yang seperti ini, juga tidak tau kapan akan berakhir.

Novel Terkait

Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu