Predestined - Bab 69 Kekhawatiran Ibu Leng

Pembicara terkadang tidak terlalu memedulikan kata-katanya, sementara pendengar bisa mendengar dan menanggapi serius kata-kata itu. Mandy Li tahu apa yang terjadi pada hari ketika Selena Xu pergi tiga tahun lalu.

Ia tanpa sadar mengepalkan kedua tangannya. Semakin dilihat dengan seksama, Carol semakin mirip dengan Everett Leng. Tingkat kemiripannya kira-kira tujuh puluh persen. Ia sebelumnya tidak pernah memerhatikan ini karena yang ia perhatikan adalah anak itu sangat mirip dengan ibunya. Semua orang mengabaikan poin tersembunyi yang satu ini.

Bila Carol benar-benar anak Everett Leng……

Tubuh Mandy Li gemetar ketakutan.

Kata-kata Ibu Leng bukan hanya dianggap serius oleh Mandy Li yang dari tadi berada di pojok. Everett Leng, yang baru muncul dari ruang tamu, juga mendengarnya.

Ia menatap Carol lekat-lekat, lalu menyadari bahwa apa yang dikatakan ibunya benar-benar bukan bercandaan. Mata dan alis anak itu cukup mirip dengannya.

“Selena Xu, perjuanganmu beberapa tahun ini sudah sangat keras, dan kamu juga harus merawat seorang anak, ah……”

Ia pernah mengobrol dengan banyak sekali orang, tetapi tidak ada satu pun dari mereka yang mengungkit topik ini seperti halnya Ibu Leng. Wajahnya terlihat muram. Ia mengalihkan pandangannya putri tunggalnya.

“Kamu juga sih…… Selena Xu waktu itu masih sangat kecil, mengapa kamu tenang-tenang saja melepasnya sekolah ke luar negeri?”

Meski kedua orang tua ini tidak menanyakan secara langsung perjuangan sekeras apa yang dilakukan Selena Xu di luar negeri dan bagaimana ia bisa mengandung anak ini, tetapi pertanyaan yang mereka ajukan barusan pada anaknya sudah cukup untuk memperlihatkan ketidakpuasan mereka.

Masih untung Selena Xu bisa kembali dengan selamat dengan anaknya. Bagaimana kalau dalam perjalanan terjadi sesuatu dengan mereka?

Everett Leng sama sekali tidak menyesali keputusannya, nada bicaranya tetap dingin.

“Aku ingin melatihnya hidup mandiri sejak dini. Tidak ada yang salah dengan itu.”

Meski Ibu Leng sudah terbiasa dengan kepribadian anaknya yang keras kepala seperti ini, tetapi ia tetap tidak bisa menahan diri untuk mendebat, “Melatih, melatih, memang kamu butuh apa dari melatih dia? Selena Xu sangat penurut dan tidak pernah merepotkan, masa kamu segini tidak protektifnya dengan dia? Kami waktu itu menyuruhmu merawatnya, dan kamu merawatnya dengan cara seperti ini?”

Ibu Leng semakin lama semakin marah, nada bicaranya terus meninggi.

Teringat ayah Selena Xu yang mati muda, hati Ibu Leng tiba-tiba pedih. Ia juga merasa sangat berdosa. Ia awalnya membawa Selena Xu ke keluarga Leng dengan harapan anak itu bisa menjalani kehidupan yang bebas dari segala masalah, siapa yang sangka harapan itu akhirnya dikhianati oleh anaknya sendiri?

Melihat ekspresi ibunya, Everett Leng tidak enak hati lanjut melawan. Ia menurunkan nada bicaranya dan berusaha menenangkannya.

“Ma, coba kamu lihat, bukankah Selena Xu sekarang sudah kembali? Ini bukan saatnya untuk berdebat.”

Melihat Everett Leng terus-menerus dikritik orangtuanya, Selena Xu ikut angkat bicara: “Tante, pergi ke luar negeri adalah pilihanku sendiri. Lagipula lingkungan pendidikan Andora University sangat baik, aku belajar sungguh banyak hal di sana.”

Ibu Leng tidak tahan untuk melanjutkan kritikannya. Ia tersenyum putus asa ke arah Selena Xu: “Kamu ya, dari kecil selalu saja seperti ini. Kamu selalu berpihak pada paman kecilmu.”

Selena Xu tersenyum malu-malu. Ia diam-diam melirik Everett Leng. Wajah pria itu datar tanpa ekspresi. Pria itu nampaknya tidak tergugah dengan pembelaan yang barusan ia katakan, ia agak kecewa.

“Nenek, permainan pianomu barusan sangat enak didengar!”

Satu kalimat anak yang ada dalam pelukan Ibu Leng langsung mengalihkan perhatian mereka semua.

“Anak baik, permainan piano mamamu juga nenek yang ajarkan loh,” ujar Ibu Leng bangga.

Mendengar perkataan ini, hati Selena Xu langsung gelisah.

Sebenarnya, ketika ia merengek minta diajarkan piano pada Ibu Leng waktu itu, tujuan utamanya adalah untuk mengambil hati Everett Leng, karena dengar-dengar pria itu sangat menyukai piano. Tetapi, ketika ia akhirnya menguasai satu hingga dua lagu, interaksinya dengan Everett Leng semakin lama semakin sedikit. Pria itu jelas tidak tertarik mendengarkannya bermain piano.

Ibu Leng terlihat sangat senang bercengkerama dengan Carol. Selena Xu tidak enak hati memotong pembicaraan mereka. Ia mau tidak mau ikut pura-pura ceria. Mereka semua terlihat sangat akrab.

Akhirnya waktu makan malam pun tiba. Selena Xu membuang nafas lega. Setelah makan malam, ia akan membawa anaknya pulang. Memangnya atas dasar apa ia berbaur dengan keluarga Leng? Ia pada dasarnya adalah orang asing.

Aroma makanan yang sedap langsung membangkitkan nafsu makan Carol. Anak itu tanpa lelah berusaha berdiri di atas kursi dan memanjat meja makan. Ibu Leng, yang khawatir Carol jatuh, terus menjaganya di sebelah.

“Aku ingin duduk dengan Paman Leng,” ucap Carol ketika berhasil berdiri di atas kursi.

Ketika Selena Xu baru ingin menjawab, Everett Leng tiba-tiba langsung sudah duduk di samping putrinya.

Carol langsung girang. Ia dengan lincah mengambilkan Everett Leng sayur dengan sumpit yang ia pegang dan menaruhnya di mangkok pria itu. Tetapi kuah sayur secara tidak sengaja menetes di kemeja putih Everett Leng.

“Ah, Paman Leng, maaf, aku tidak sengaja……”

Carol menyadari keteledorannya. Ia menatap Everett Leng dengan tatapan tidak enak. Ketika ia ingin mengelap noda di kemejanya, pria itu langsung menahan tangannya.

“Tidak apa-apa anak baik, paman bisa bereskan sendiri. Nih, ayo kita coba makanan yang ini.”

Selena Xu tidak tahu ia harus bersikap seperti apa. Ibu Leng kelihatannya tipe orang yang membela perempuan dibanding laki-laki. Tetapi Everett Leng yang ada di sampingnya sebenarnya juga tidak terlalu peduli. Pria itu bahkan mengelus-ngelus kepala Carol sambil berkata: “Tidak apa-apa, Carol lanjut makan ya.”

Everett Leng kemudian bangkit berdiri dari kursinya dan pergi ke kamar mandi. Ketika Selena Xu bersiap mengikutinya, Mandy Li sudah terlebih dahulu berjalan di samping pria itu.

Selena Xu mengenggam kedua tangannya. Ia butuh waktu cukup lama untuk meredakan emosi dan melanjutkan makan.

Sebenarnya tindakan Mandy Li tidak salah. Mandy Li adalah pacar resmi Everett Leng, sementara dirinya…… dirinya punya hak apa untuk bersikap perhatian pada Everett Leng?

“Wanita itu tidak paham etika makan sedikit pun.” Ibu Leng sangat tidak senang dengan tindakan Mandy Li, wajahnya cemberut: “Ia seenaknya saja pergi tanpa minta izin pada orang yang lebih tua. Kita semua memang orang mati ya?”

Selena Xu hampir memuntahkan supnya ketika mendengar kalimat ini.

Ia harusnya sedari awal tahu Ibu Leng sangat menjunjung tinggi etika. Dulu-dulu, ketika makan bersama, ia juga sering seenaknya keluar masuk meja makan, tetapi Ibu Leng anehnya tidak pernah menegur.

Nampaknya kadar ketidaksukaan keluarga Leng pada Mandy Li cukup parah.

Raut wajah Ibu Leng semakin merah padam ketika Everett Leng dan Mandy Li kembali ke meja makan. Tetapi, karena ada anak kecil, ia tidak enak hati untuk marah-marah.

Ibu Leng, yang sudah kehilangan nafsu makan, dengan kesal menyuruh Everett Leng mengantar Mandy Li pulang.

Mandy Li sebenarnya ingin bermalam di apartemen ini, tetapi karena Ayah dan Ibu Leng ingin beristirahat di situ malam ini, Ibu Leng jelas tidak akan membiarkannya tetap tinggal.

Everett Leng mengantar Mandy Li pulang. Selena Xu berdiam di depan pintu, hatinya agak gundah.

Tidak peduli pada saat apa pun, Everett Leng selalu sangat protektif dan berpihak pada kekasihnya.

“Selena Xu, sudahlah, jangan terus berdiri di depan pintu. Paman kecilmu nanti juga akan pulang kok,” ujar Ibu Leng sambil berjalan mendekati Selena Xu. Wanita itu nampaknya menyadari keganjilan pada raut wajahnya.

Mendengar kata “paman kecil”, Selena Xu langsung berbalik badan dan berkata: “Tante, aku ingin berbicara sesuatu denganmu.”

Ibu Leng, yang jarang-jarang melihat ekspresi serius pada wajah Selena Xu, mengangguk. Ia sekilas bisa menerka apa yang akan dikatakan wanita itu.

Mereka berdua kemudian pergi ke balkon lantai tiga. Selena Xu tanpa basa-basi langsung menuturkan isi hatinya, “Tante, terima kasih banyak kamu dan Paman waktu itu mengizinkan paman kecil untuk untuk merawatku hingga tumbuh besar dan sehat seperti hari ini.”

Ibu Leng tersenyum tipis, “Kamu mengapa tiba-tiba berkata seperti ini? Waktu itu keluarga kami cukup dekat dengan orang tuamu, jadi jelas kami tidak boleh berpangku tangan saja. Kamu mengatakan hal ini bukannya malah terdengar seperti orang asing ya?”

Selena Xu tersenyum sambil menunduk malu-malu. Ketika ia mengangkat kepalanya lagi, wajahnya terlihat penuh keyakinan.

“Tante, aku tahu semua keputusanmu waktu itu sepenuhnya ditujukan untuk kebaikanku. Tetapi, sekarang, kamu sendiri sudah lihat, Carol barusan memanggil Everett Leng dengan sebutan paman. Aku sendiri sudah bertahun-tahun memanggilnya paman. Apakah menurutmu relasi kita berdua perlu dipertimbangkan ulang sejenak?”

Ibu Leng tidak terkejut mendengar ide Selena Xu. Ia sejak awal sudah tahu suatu hari nanti Selena Xu akan menanyakan pertanyaan penting ini, karena wanita itu memang pada dasarnya bukan bagian dari keluarga Leng.

“Tanpa kamu berkata demikian, aku dan Paman juga sedang mempertimbangkan hal ini. Kamu sudah akan menikah, jadi status tempat tinggalmu juga harus sudah lepas dari kami. Tetapi tenang saja, pintu rumah keluarga Leng akan selalu terbuka untukmu.”

Mendengar ketulusan pada nada bicara Ibu Leng, Selena Xu tersenyum senang.

“Tante, terima kasih karena kamu mau memahami keputusanku.”

Ibu Leng tiba-tiba agak gundah mendengar kalimat Selena Xu, “Ayah Carol memangnya anak keluarga Ji yang mana? Ia orangnya bagaimana? Apakah orang-orang dalam keluarga itu baik padamu?”

Selena Xu tersenyum ragu-ragu, “Ia cukup baik padaku kok.”

Melihat Selena Xu menghindari pertanyaan tentang keluarga Ji, Ibu Leng agak sedikit was-was, “Kalau mereka tidak baik padamu, kamu harus cerita pada Tante ya. Tidak boleh ada seorang pun berani menyakiti anak keluarga Leng.”

“Aku paham, Tante. Nanti setelah Tante pulang beristirahatlah dengan baik, Tante tinggal tunggu hari pernikahanku dengan Parker Ji tiba.”

Melihat anak perempuan itu cukup percaya diri dengan calon suaminya, kekhawatiran Ibu Leng mulai hilang. Ia menepuk-nepuk tangan Selena Xu, “Meski nanti kamu masuk ke keluarga Ji, jangan lupa sering-sering datang kesini menemui kami. Carol sangat lucu, aku sangat suka dengannya.”

Selena Xu mengangguk sambil tersenyum.

Selena Xu akhirnya berhasil mengungkapkan isi hatinya. Beban berat yang dari tadi ia pikul kini sudah lepas.

Sekembalinya ke kamar tidur, Selena Xu melihat Carol sedang menunggu dirinya. Melihat ibunya kembali, Carol buru-buru bersuara: “Mommy, hari ini aku ingin dengar dongeng, kamu mau kan bercerita untukku?”

“Baik, kami berbaring dulu lah.” Selena Xu menyelimuti anaknya, lalu mengambil buku dongeng dan membacakannya.

Di depan pintu, yang dari tadi belum terkunci, Everett Leng tengah berdiri.

Ia baru saja mengantar Mandy Li pulang. Dalam perjalanan barusan, ia tiba-tiba terpikir untuk membelikan Selena Xu dan Carol sedikit hadiah. Ia akhirnya memutuskan untuk membelikan Carol boneka dan makanan ringan. Barusan, ketika ia mendengar Selena Xu dengan lembut membacakan dongeng untuk Carol dari balik pintu, ia tidak bisa menahan senyumnya.

“Tok tok.” Pintu berbunyi pelan. Ketika Selena Xu membuka pintu, ia melihat Everett Leng melangkah memasuki kamarnya.

Carol, yang dari tadi terbaring, langsung duduk, “Paman Leng!”

Selena Xu terperangah.

Novel Terkait

Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu