Predestined - Bab 73 Ia Tidak Boleh Tahu

Mandy Li bertanya hati-hati dengan penuh harap.

Sejak ia keguguran waktu itu, ia tidak pernah hamil lagi. Entah apa Tuhan sedang menghukumnya, yang jelas ia ingin segera punya anak lagi. Kalau ia hamil, tidak peduli apakah anak itu laki-laki atau perempuan, Ayah Leng dan Ibu Leng pasti tidak akan punya alasan lagi untuk menolak kehadirannya.

“Nanti kita bicarakan lagi.” Everett Leng tetap serius membaca koran, jawabannya sangat tenang.

Mandy Li kecewa. Ia tidak mau menyerah begitu saja.

“Everett Mo, hari sudah malam, mari kita tidur. Bukannya kamu besok ingin bangun pagi?”

Everett Leng akhirnya mengalihkan pandangannya dari koran. Ia menatap Mandy Li, membuat wanita itu merasa tegang.

“Kamu istirahat duluan saja.”

Everett Leng lalu bangkit berdiri dan keluar dari kamar tidur utama.

Bibi Mei masih belum selesai mengerjakan pekerjaan rumah di lantai bawah. Ia sedang menyiapkan snack malam di dapur. Ketika melihat kedatangan Everett Leng, ia buru-buru bertanya: “Tuan Muda ingin snack malam?”

“Tidak perlu.” Mata Everett Leng lalu bergerak ke arah kamar Selena Xu, “Snack-snack ini untuk Selena Xu?”

“Benar, untuk Selena Xu sekaligus Carol.” Bibi Mei kemudian bercanda: “Wah, kehadiran satu anak kecil membuat rumah ini jauh lebih ramai, pantas saja orangtuamu jadi sering datang.”

Penjaga rumah ikut menimpali dengan nada bicara yang penuh nostalgia dan ketakjuban.

“Aku jadi ingat ketika Selena Xu pertama kali dibawa ke sini. Saat itu ia masih sangat kecil. Waktu berlalu sungguh cepat, ia bahkan sekarang sudah punya anak……”

Mendengar nostalgia penjaga rumah itu, Everett Leng juga langsung teringat momen yang sama.

Saat itu, ia kira ia akan merawat anak itu seumur hidup.

“Aku senang Selena Xu bekerja keras selama masa studinya di luar negeri. Tetapi ada satu hal yang aku sayangkan, aku tidak pernah melihat hadiah pemberian Selena Xu untuk Tuan Muda waktu itu. Hadiahnya kelihatannya sangat misterius.”

Tawa penjaga rumah memancing Everett Leng mengernyitkan alis: “Hadiah apa?”

Bibi Mei bingung, “Tuan Muda tidak ingat? Ia bilang itu hadiah kelulusannya. Ia bahkan tidak mengizinkan kami melihatnya demi membuat kami terus penasaran. Ia mau hanya Tuan Muda seorang yang merasakan sendiri kejutannya.”

Everett Leng mengernyitkan alis semakin dalam. Ia mencoba mengingat-ingat hari kelulusan Selena Xu, namun ia sama sekali tidak menemukan apa yang disebut “kejutan” oleh Bibi Mei. Tetapi asisten rumah tangga ini tidak mungkin berbohong. Atau bisa jadi ketika itu Selena Xu berubah pikiran dan tidak jadi memberikan hadiah itu?

Bibi Mei keluar dari dapur sambil mengangkat mangkok berisi bubur gandum dan buah. Penjaga rumah bersiap mengantarkan makanan itu ke kamar atas, tetapi langkahnya dihentikan Everett Leng: “Biar aku yang antarkan ke atas.”

Melihat raut wajah Everett Leng, penjaga rumah agak sedikit curiga. Ia hanya iseng mengungkit kejadian waktu itu, mengapa Tuan Muda malah seserius ini?

“Silahkan masuk,” jawab Selena Xu mendengar ketukan pintu.

Melihat Everett Leng masuk ke kamar, Carol langsung berseru riang: “Paman Leng!”

Seruan ini langsung membuat Selena Xu mengalihkan pandangan dari laptopnya ke arah pintu. Ia pikir yang datang adalah Bibi Mei atau penjaga rumah, ternyata malah Everett Leng. Ini membuatnya was-was.

“Snack malam kalian.” Everett Leng mengabaikan kekagetan Selena dan segera menaruh snack malam itu di atas meja.

“Terima… kasih…”

Selena Xu agak terbata mengucapkan ini. Ia berharap Everett Leng segera keluar, tetapi yang terjadi adalah pria itu malah berjalan ke arahnya. Everett Leng menyapu sekilas layar komputer Selena Xu dengan pandangannya, lalu bertanya: “Kamu yakin ingin cari kerja?”

“Jelas.” Selena Xu mengangguk yakin: “Aku tidak mungkin selamanya mengandalkan Parker Ji. Aku harus bisa menafkahi diriku sendiri juga.”

“Pemikiran yang sangat dewasa. Sudah terpikir ingin masuk perusahaan mana?”

Selena Xu agak terperangah menatapnya. Everett Leng hari ini sangat enak diajak bicara.

“Belum, lagipula kalau sudah tahu pun aku belum tentu diterima oleh perusahaan tersebut.”

Everett Leng mengernyitkan dahi: “Orang yang aku didik dan besarkan tidak boleh rendah diri.”

Kalau mau jujur, dengan kemampuan Selena Xu yang saat ini, ia jelas tidak akan menghadapi kesulitan yang berarti untuk masuk ke perusahaan multinasional kelas atas. Ia sangat berbakat dalam jurusan ini, juga merupakan lulusan dari universitas top. Ia sangat layak mencoba bertarung masuk Leng’s Corp.

“Bukan rendah diri, tetapi rendah hati.” Selena Xu tidak tahan mendebat, “Lagipula bukan kamu yang didik, melainkan kampusku, paham?”

Nada bicara Everett Leng terdengar seperti tengah mempermainkan Selena Xu: “Ya kampusmu itu juga kampus yang aku pilihkan.”

“……”

Selena Xu tiba-tiba bingung harus menjawab apa. Kata-kata Everett Leng tidak salah. Pria itu adalah orang yang menyediakan kebutuhannya selama belasan tahun, termasuk dalam hal pendidikan. Jadi, kalau dikatakan ia didik oleh Everett Leng, pria itu sama sekali tidak keliru.

Carol asyik menikmati snack malamnya, yang ia taruh di papan kepala ranjang. Everett Leng dan Selena Xu larut dalam keheningan. Yang unik adalah mereka tidak ribut besar-besaran seperti biasanya.

Everett Leng berinisiatif memecah keheningan: “Carol, enak tidak?”

Carol mengangguk, “Enak, Paman Leng mau coba tidak?”

Everett Leng baru ingin menolak, tetapi melihat Selena Xu ia langsung mengganti kata-katanya: “Kalau aku makan, Mommy-mu makan apa?”

Carol berpikir keras, “Kalau begitu aku kasih kamu makan punyaku. Kamu jangan makan punya Mommy.”

Hati Selena Xu langsung diliputi kehangatan. Melihat anaknya bingung, ia buru-buru menanggapi: “Mommy tidak lapar, kalian berdua saja yang makan. Tidak apa-apa kok.”

Mendengar percakapan ibu dan anak ini, hati Everett Leng terasa seperti diremas kencang-kencang.

Kalau saja ia ayah Carol……

Fantasi ini hanya berlangsung sejenak, namun terus terngiang-ngiang dalam pikiran Everett Leng. Ia tiba-tiba teringat kata-kata penjaga rumah. Kehangatan dalam raut wajahnya langsung sirna digantikan sikap dingin yang biasa ia tunjukkan.

“Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu.”

Tiba-tiba “ditodong” pertanyaan, mata Selena Xu langsung terbuka lebar: “Apa?”

“Bertanya disini kurang nyaman, nanti malah mengganggu Carol,” ujar Everett Leng sambil berjalan kearah pintu.

Selena Xu menatap anaknya, “Carol, Mommy dan Paman Leng ada sedikit urusan. Kami keluar dulu ya, sebentar lagi Mommy kembali.”

Carol menggangguk patuh.

Sekeluarnya dari kamar, Selena Xu langsung disuguhkan pemandangan Everett Leng yang bediri di balkon sambil membelakanginya. Ketika ia ingin berjalan mendekat, ia tiba-tiba terpikir untuk mengisengi pria itu. Ia memutuskan berjalan pelan-pelan mendekatinya.

Kalau ia tiba-tiba menutup mata Everett Leng dari belakang, pria itu pasti akan kaget?

Tetapi niat Selena Xu langsung mengendur. Detik berikutnya ia merasa lemas. Bagaimana kalau nanti Everett Leng malah marah padanya?

Tiba-tiba pria itu berkata pelan: “Mengapa diam saja di belakang?”

Selena Xu terperangah. Ia berjalan patuh mendekati pria itu, lalu tertawa garing dan bertanya: “Bagaimana kamu bisa tahu aku diam saja di belakang?”

Everett Leng menatapnya seperti tengah menatap orang bodoh. Ia tidak menjawab pertanyaan barusan: “Kamu tidak bersiap menjelaskan gesturmu barusan?”

“Ehm……” Mata Selena Xu bergerak-gerak mencari alasan. Ia tiba-tiba menemukan alasan: “Menurutku parfum-mu hari ini sangat wangi, jadi aku diam sebentar di belakang untuk menciuminya.”

Everett Leng langsung tahu Selena Xu sedang mengelak. Ia langsung “menembak”-nya: “Hari ini? Hari ini aku sama sekali tidak ganti parfum.”

“……”

Selena Xu mengernyitkan alis. Everett Leng nampaknya sengaja ingin bermain-main dengannya? Sejak kapan pria itu bisa bersikap seperti ini?

“Baiklah aku mengaku, aku ingin mengagetimu,” jawab Selena Xu jujur sambil menundukkan kepala.

Sambil melihat ubun-ubun wanita itu, Everett Leng bertanya datar: “Jadi kejutanmu selalu seaneh dan seabsurd ini?”

Selena Xu bingung dan refleks mengangkat kepala: “Kejutan apa?”

“Sepertinya kamu memang sama sekali tidak pernah menyiapkan hadiah untukku. Pembantu rumah mungkin salah ingat.”

Pernyataan ini langsung membangkitkan rasa penasaran Selena Xu. Ia refleks bertanya: “Hadiah apa? Bagaimana bisa aku lupa memberi hadiah padamu!”

Ia pernah sangat suka dengan Everett Leng, jadi ia tidak mungkin pernah lupa apa pun yang pernah ia janjikan pada pria itu.

Everett Leng menjawab datar: “Hadiah hari kelulusan.”

Jawaban ini terdengar bak petir yang menyambar Selena Xu. Sekujur tubuhnya kaku, darahnya bahkan terasa berhenti mengalir.

Melihat ekspresi Selena Xu berubah total, Everett Leng langsung paham ini pasti salah satu hal yang tidak ia ketahui dari wanita itu. Ia tidak bisa menahan kesabarannya lagi, jadi ia dengan tegas memerintah: “Jawab.”

“Hadiah hari kelulusan apa? Aku, aku dari dulu tidak pernah menyiapkan hadiah semacam itu untukmu……” Selena Xu langsung gugup. Ia berusaha sekuat tenaga menyembunyikan kegelisahanya, tetapi ia tidak berhasil. Ia menuturkan argumentasinya dengan terbata-bata, membuat kebohongannya semakin lama semakin jelas.

“Selena Xu, jangan coba-coba menyembunyikan sesuatu dariku. Kalau aku sampai tahu, aku akan menghukummu.”

Suara dingin Everett Leng langsung membuat Selena Xu terbelalak.

Pria itu langsung menghakimi dirinya tanpa sebelumnya melakukan penelusuran. Kalau sampai pria itu benar-benar tahu Carol anak kandungnya……

Tidak mungkin, ia tidak boleh tahu!

Selena Xu gigit-gigit bibir. Ia menunduk dan mengatur suaranya agak terdengar tenang: “Aku…… Sebenarnya waktu itu menyiapkan suatu kejutan, tetapi kejutannya gagal di tengah jalan, jadi aku tidak berani memberitahukannya padamu.”

Everett Leng menatapnya waspada, “Kejutan apa?”

Untung Selena Xu langsung terpikir alasan yang baru lagi. Dengan mata berbinar-binar, ia berkata dengan penuh keyakinan: “Aku menggunakan uang tabunganku untuk membelikanmu sebotol bir anggur mahal, tetapi di tengah jalan aku tidak sengaja memecahkannya. Saat itu aku sangat sedih, jadi aku tidak berani bercerita padamu. Paman kecil, kamu mau kan memaafkanku kali ini?”

Mendengar wanita itu lagi-lagi memanggilnya “paman kecil”, Everett Leng langsung mengernyitkan dahi.

Panggilan itu entah kenapa terdengar tajam dan menusuk.

Novel Terkait

Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu