Predestined - Bab 468 Mulai Sekarang, Panggil Aku Suami

Selena Xu melirik diam-diam wajah sang pria yang muram, pura-pura bersikap penurut, jalan mendekat, dengan manja memeluk lengan sang pria.

"Aku minta maaf, aku saat itu benar-benar tidak menyangka akan terjadi hal seperti itu, kalau aku tahu dari awal, mati pun aku tidak akan pergi, kamu jangan marah lagi, ya?"

Everett Leng dengan pandangan mata yang dingin menatap benda yang lengket ini, dan tertawa karena kesal.

"Selena, kamu kira jika bermanja denganku, aku akan mengampunimu begitu saja?"

"Jangan begitu, aku benar-benar telah sadar aku bersalah, kalau tidak, mulai dari sekarang, aku akan mendengar semua perkataanmu dengan penurut."

Setelah mengatakannya, dia bermanja dengan mengayunkan tangan sang pria, memanggilnya dengan nada bicara yang imut, "Jadi jangan marah lagi ya, Everett, suamiku."

Mendengar kalimat yang semakin lama semakin manis, sudut bibir Everett Leng bergerak.

Dasar benda ini, saat dia bersikap manja, sungguh membuat orang terasa manis.

"Sudahlah." Sang pria berkata dengan wajah dingin, "Ini adalah yang terakhir kalinya, dengarkan baik-baik."

"Pergilah, suruh Bibi Mei menyuguhkan makanan." Sang pria kembali menarik pandangannya, dengan sikap yang berkharisma.

"Baik."

Akhirnya berhasil melalui ujian ini, Selena Xu menghela nafas lega yang panjang, baru saja berjalan hingga ke pintu, pria di belakang kembali berkata.

"Tunggu."

Sang wanita memalingkan kepala, "Ada apa?"

Setelah menghela nafas sejenak, pria yang beralis menawan berkata dengan perlahan.

"Mulai dari sekarang, panggillah aku dengan panggilan suami."

"......"

Selena Xu kaget sejenak, sepasang matanya melotot lebar, terlihat jelas dia sangat terkejut.

Situasi apa ini?

Dia hanya memanggilnya seperti itu secara sembarangan saat bermanja, apakah pria ini sangat suka dengan panggilan ini?

Melihat ekspresi wajahnya yang seakan-akan telah melihat hantu, Everett Leng batuk sejenak, ekspresi wajahnya serius.

"Kita adalah sepasang suami istri, kamu memanggilku suami, apakah salah?"

Selena Xu kembali sadar, segera menggelengkan kepala, "Tidak salah, kalau begitu, aku akan menuruti perkataanmu."

Pria yang arogan membalikkan badannya, membelakanginya, nada bicaranya kembali seperti biasa.

"Pergilah."

Sang wanita bergegas pergi dari ruang kerja, dan bersandar pada dinding setelah keluar, melamun untuk waktu yang cukup lama.

Sejujurnya, perkataan tadi, dikatakan dengan menebalkan mukanya.

Ketika Everett Leng yang bagaikan gunung es besar ini mulai marah, sangat sulit untuk dibujuk, jadi, panggilan "Suami" ini hanya digunakan saat dia bermanja, terkadang digunakan untuk menyelamatkan diri, tapi jika setiap hari terus memanggilnya seperti ini...

Dia merinding sejenak, seluruh bulu di tubuhnya berdiri.

Keesokan harinya, adalah akhir pekan.

Selena Xu bangun di atas ranjang yang lembut dan empuk, merenggangkan badannya, dan bangun dengan pelan.

Dia terkejut saat menyadari, tuxedonya Everett Leng masih terdapat di rak baju.

Saat berjalan ke lorong, kebetulan bertemu dengan pengurus rumah yang membawakan teh pagi.

"Nyonya, selamat pagi."

"Paman, selamat pagi."

Selena Xu melihat paman pengurus rumah mengantarkan teh pagi ke arah ruang kerja, spontan langsung bertanya, "Everett hari ini tidak masuk kerja?"

"Benar."

Sang wanita merasa sangat kaget.

Seseorang yang workaholic seperti Everett Leng ini, yang juga sebagai CEO Leng's Corp. dan kepala dewan perdagangan Kota Bin, hampir tidak pernah menikmati akhir pekan dengan santai sejenak pun, apakah matahari hari ini terbit dari timur?

"Berikan padaku, aku saja yang mengantarkannya."

"Kalau begitu mohon merepotkan Nyonya."

Selena Xu membawakan teh padi ke ruang kerja, tentu saja dia melakukannya karena ada niat pribadi.

Jarang-jarang sang pria bisa berada di rumah, dengan mengambil kesempatan yang langka ini, untuk pergi ke Ocean Park bersamanya dan membawa serta si bocah Carol itu, bocah itu sudah merengek ingin pergi melihat lumba-lumba dari dulu.

Mendorong pintu, Selena Xu melihat sang pria yang berada di samping jendela.

Dengan kemeja putih yang tak ternodai sedikit pun. Meskipun telah mengatakan tidak akan bekerja, tapi pagi-pagi begini malah mulai membahas pekerjaan.

Hanya terdengar Black berkata, "Kali ini, tanah di bagian utara kota Bin akan disewakan, coba bos lihat sejenak, yaitu wilayah di atas peta ini."

Everett Leng bertanya, "Batas?"

"30 tahun."

"Bagaimana pembeliannya?"

"Seperti biasa, lelang."

Setelah mendengarnya, Everett Leng meletakkan dokumen itu dengan perlahan, tertawa, "Kelihatannya, bocah yang bermarga Ji itu sudah kekurangan uang untuk difoya-foyakan."

Black juga tertawa, "Memang seperti itu. Meskipun posisi mayor ini memang membuat orang lain tergiur, tapi bukanlah sebuah jabatan yang mudah untuk diduduki, Parker Ji itu biasanya menangani masalah dengan begitu terus terang, tapi ujung-ujungnya, tetap berakhir dengan menjual tanah."

"Aku merasa tertarik." Everett Leng berkata.

Everett Leng menyicipi teh pagi, meminumnya seteguk, baru berkata, "Bidang usaha dalam Leng's Corp. cukup luas, tapi yang belum ada, hanya di bidang pariwisata."

"Pariwisata?"

"Benar." Everett Leng tertawa, merupakan tawaan yang berasal dari lubuk hati, "Ini bukanlah pemikiran yang tiba-tiba, aku dari dulu sudah ingin mencobanya."

Black tidak mampu mengerti, menggarukkan kepalanya, "Bos, dengan wilayah yang begitu gersang di bagian utara itu, jika ingin mengembangkannya menjadi bidang pariwisata, apa yang ingin ditawarkan kepada pengunjung?"

Bibir Everett Leng yang tipis bergerak, melontarkan perkataan, "Membangun kota kuno."

Saat selena Xu mendengarnya, tak tertahankan untuk memasuki percakapan, "Kota kuno sangat bagus, terkesan kuno, saat ini, orang-orang memang suka melihat yang seperti ini."

Black menertawakannya, "Memang pantas menjadi Nyonya, bahkan pemikirannya pun sangat cocok dengan bos. Sudahlah, kalau begitu aku akan membuatkan dokumen penawaran harga lelangnya, bukalah harganya."

"Tidak buru-buru. Aku ingin pergi melihatnya dulu, baru mengambil keputusan."

"Aku pergi mempersiapkan mobil." Black pergi dengan cepat.

Everett Leng meletakkan cangkir teh, dengan pandangan yang mendalam melihat kemari, melihat Selena Xu sepertinya hendak bicara, tapi malah tidak jadi.

"Ada urusan?" Sang pria bertanya.

Selena Xu menggelengkan kepala, "Awalnya ada urusan, tapi sekarang sudah tidak ada."

Lupakan saja. Harapan terhadap workaholic ini untuk menemani anak, takutnya harus menunggu hingga ratusan tahun ke depan.

Meskipun dia menggantungkan perkataannya, tidak berujung, tapi Everett Leng malah tidak menanyakannya.

Ini bukanlah karena dia tidak penasaran, hanya saja masalah dari dia ini, bukanlah masalah yang penting.

Everett Leng kembali ke kamar, dengan cekatan memakai tuxedonya, Selena Xu berkata, "Kamu ingin pergi ke kota bagian utara bukan, aku juga ingin pergi."

"Untuk apa kamu pergi?"

"Hmm, aku merasa bosan."

Everett Leng mengulurkan tangan terhadapnya, "Mana syalnya?"

"Syal apa?"

"Bukankah kamu sedang merajut sebuah syal untuk dijadikan hadiah kepadaku, begitu tidak serius, apakah berencana untuk merajutnya hingga tahun depan?"

Panas-panas tahi ayam, peribahasa ini cocok untuk mendeskripsikan dia.

"Hah, aku merajutnya dengan serius kok, pasti bisa memberikanmu sebelum turunnya salju pertama, kenapa begitu buru-buru, ayo pergi ayo pergi."

Dia mengalihkannya, turun ke bawah dengan melompat riang.

Pria yang anggun melihat sosok bayangannya yang riang, di balik senyuman bak bukan senyumannya itu, sepertinya tersembunyi rasa memanjakan yang sulit untuk disadari.

Mobil hitam terus melaju menuju utara, melewati kawasan kota yang ramai, pemandangan di luar jendela, menjadi semakin sunyi.

Saat ketiga orang itu menapakkan kaki di tanah yang tandus itu, baru mulai mengerti, keadaan di sini lebih parah daripada yang dipikirkan.

Sejauh pandangan mata, sangatlah gersang tak berpenghuni, ditambah lagi dengan musim dingin yang membuat tanaman dan pepohonan menjadi kering dan berguguran, semakin menambah aura kegersangannya.

Selena Xu berkata, "Perkataan Black memang benar, ternyata memang sebuah tempat yang begitu gersang."

"Terima kasih dengan pujian Nyonya." Black berkata dengan wajah tersenyum.

Everett Leng menatap pemandangan di depan mata, malah berkata, "Tidak masalah, bisa ditangani."

Setelah mengatakannya, dia menunjuk jarinya ke suatu tempat.

"Di puncak gunung sana, cocok untuk dibangun sebuah kuil kuno, lalu di bawah gunung akan membangun sebuah sungai buatan, kemudian kawasan perdagangan jalan setapak akan dibangun di sekitar sungai."

Everett Leng menggambarkan idenya, Selene Xu mendengarnya dengan seksama, seolah-olah, di hadapan matanya benar-benar telah muncul sebuah perdagangan jalan setapak yang ramai.

Dia menatap sosok punggung sang pria.

Sosok itu terlihat sangat tinggi dan gagah, mendalam, pergerakannya, terlihat bagaikan sedang memimpin dunia, dia memiliki aura yang harusnya dimiliki oleh seorang pria sukses dan dewasa, mudah untuk membuat orang terpana.

Dan pada saat ini, terdengar sebuah suara yang muncul tidak tepat pada waktunya dari belakang ketiga orang itu.

"Siapa yang berdiskusi di sini?"

Saat mendengar suara ini, kening Selena Xu berkerut.

Familiar, sangat familiar hingga membuatnya sedikit kesal.

Saat membalikkan kepala, ternyata benar, dia adalah Roy Mo.

Pria itu memakai tuxedo biru di badannya, lalu memakai sebuah jubah yang terlihat sangat longgar, jari-jari tangan yang dipenuhi dengan cincin berlian menggenggam tongkat berkharisma, dan berjalan dengan didampingi oleh dua orang bawahan.

Everett Leng berkata dengan datar, "Aku kira siapa, ternyata adalah Tuan Mo."

"Benar, Tuan Leng, sungguh begitu kebetulan." Roy Mo berkata dengan tersenyum, "Jadi, apa yang kalian bertiga lakukan di tempat yang begitu terpencil ini?"

Pandangan mata Everett Leng menjadi mendalam, hatinya mulai memiliki sebuah firasat.

Sebelum dia sempat berkata, Selena Xu sudah tak tahan lagi, saat berbicara, sama sekali tidak memberikan muka kepada Roy Mo.

"Sungguh lucu, memangnya wilayah ini adalah milikmu? Apa hubungannya denganmu terhadap apa yang kami lakukan di sini?"

Everett Leng menahan tawanya, berkata memperingatinya.

"Lena, kamu sungguh tidak sopan, tidak boleh bersikap tidak sopan terhadap Tuan Mo."

Roy Mo masih tetap tersenyum, "Tidak masalah. Aku senang dengan watak Nyonya Leng yang begitu terus terang seperti ini, suka ya suka, benci ya benci, langsung mengatakan isi hatinya, dia telah menunjukkan watak yang kusukai."

"Cih, langsung menyanjungku setinggi itu saat baru bertemu, aku malas meladeninya." Sang wanita menggerutu, memalingkan pandangannya.

Seakan-akan, jika lebih lama melihatnya sedetik pun, akan membuat orang merasa kesal.

Everett Leng memandang ke pemandangan di hadapan mata yang luas ini, berkata dengan perlahan, "Takutnya saat ini, apa yang dipikirkan oleh Tuan mo sama dengan apa yang kupikirkan."

Roy Mo berjalan ke depan dengan perlahan, berdiri di samping Everett Leng, kedua pengusaha besar telah saling bertemu, bahwa hawa di sekitar telah berubah.

"Tuan Leng, jujur saja, aku berniat untuk membeli tempat ini." Roy Mo mengatakannya.

"Kebetulan, aku juga memiliki rencana ini juga." Everett Leng berkata.

"Haha." Roy Mo tertawa lepas, "Pemikiran orang yang hebat, selalu bisa sama dengan begitu kebetulan. Tadi aku telah mendengar, bahwa Tuan Leng ingin mengembangkan tempat ini menjadi kota kuno."

Everett Leng menganggukkan kepala, "Benar."

"Ide yang bagus. Jika membahas hal ini, pemikiran kita telah berbeda. Aku berencana untuk mengalihkan air laut ke sini, tepat di sini, membangun sebuah replika Teatro La Fenice (sebuah gedung opera di Venice) dari kota Venice, St. Mark's Square, lorong yang indah dan berbagai bangunan khas dari Venice, akan muncul di sini satu per satu."

Roy Mo juga berimpian besar, nada bicaranya memancarkan aura keangkuhan.

Everett Leng menganggukkan kepala, "Ternyata memang seorang konglomerat, merupakan gambaran yang hebat."

"Tidak, tidak."

Melihat penampilan Roy Mo yang merendah hati, Selena Xu menghela nafas kesal sejenak, tentu saja tidak akan melepaskan berbagai kesempatan yang bisa digunakan untuk menyindirnya.

"Memangnya apa hebatnya meniru bangunan orang lain, serigala tua, aku menyarankanmu untuk segera menyerah dalam hal ini, kalau tidak nantinya jika sudah di bangun, dia hanya akan menjadi sebuah replika saja, bisa-bisa orang Venice akan menggugatmu sebagai pelanggaran hak paten dalam bidang kebudayaan.

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu