Predestined - Bab 402 Anak-Anak Menghilang

Dua orang yang sudah berbaikan bermesraan dalam ruangan, di luar pintu, Selena Xu mendengarkannya dengan tenang.

Tiba-tiba, dari belakang terdengar suara bertanya yang penuh keraguan.

"Presdir Xu, anda sedang....."

Selena Xu terkejut, begitu sadar, baru menemukan itu adalah sekertarisnya.

"Ah, tidak, tidak apa-apa...oh iya, apa ada masalah?"

"Ini adalah dokumen untuk anda."

Selena Xu menerima dokumen, sekertaris pergi, dia juga merasa agak lega.

Sepasang kekasih ini berjalan sampai sekarang juga tidak mudah, tidak mudah saling menghancurkan pembatas untuk bersama, karena sebuah salah paham berpisah sungguh sangat disayangkan.

Untung saja, salah paham akhirnya bisa diselesaikan.

Sejak itu, beberapa hari dilewati dengan tenang. Seiring memasuki musim dingin, arus dingin mulai menerpa, suhu juga semakin mendingin.

Kediaman mewah keluarga Leng, di perapian cahaya api berwarna merah berkobar-kobar, seluruh aula penuh kehangatan bagai musim semi.

"....."masukan jarum dua tusukan jadi 1knit, terus begini sampai sebaris berakhir, ini adalah tenik paling mudah rajutan knitting."

Selena Xu memegang jarum rajut, miring sana sini dan mencobanya, "Apakah begini?"

Bibi Mei menggelengkan kepala, "Tidak benar, nyonya, jarum pertama tidak di rajut, harus seperti ini...."

Di atas sofa, Bibi Mei sedang mengajari Selena Xu merajut syal, tentu saja, dia yang berinisiatif mengusulkannya.

Jika dikatakan, semuanya salah Laura Wen.

Beberapa hari ini, di perusahaan jika gadis itu santai akan memegang benang rajut untuk membuat syal, bilang untuk diberikan pada Louis Li sebagai kado hari natal, syal yang dirajut sendiri lebih mempunyai arti, dan seluruh orang tenggelam dalam semacam kebahagiaan dan romansa.

Selena Xu merasa dia juga bisa mencobanya, jika merajut sendiri sebuah syal untuk Everett Leng....apakah dia akan terharu?

"Ah....sakit sekali!"

Saat tidak fokus, jarum rajut menusuk jarinya.

"Aduh, nyonya, anda tidak apa-apa?"

Bibi Mei ketakutan, bergegas memegang tangannya mulai memeriksa, lalu menghela nafas lega, "Untung saja tidak keluar darah."

Selena Xu tersenyum malu, "Mungkin....aku terlalu bodoh."

Dari arah sofa, pria yang duduk tegak perlahan meletakkan koran keuangan, di belakang api merah di perapian, menambah selapis raut hangat di setiap lekuknya.

"Yang kamu katakan juga benar." Sindiran yang datang tiba-tiba.

Selena Xu mengerutkan hidung kecilnya, "Apa yang kamu katakan?"

"Ini kamu yang katakan sendiri.

Tampang Everett Leng yang seperti tersenyum tapi tidak tersenyum, membalikkan halaman koran, menarik kembali tatapan.

"Kamu....sungguh menyebalkan, kenapa selalu suka mengejekku?"

Bibi Mei tersenyum mengatakan, "Mana mungkin nyonya bodoh? Yang anda lakukan sudah sangat bagus, hanya saja tidak berpengalaman, nanti juga akan terlatih."

Selena Xu merasa kesal.

Sungguh mengesalkan sekali. Dia memaksa diri dan menahan sifatnya untuk merajut syal yang bikin menjengkelkan ini, sebenarnya demi siapa?

Saat ini, supir Ben menjemput Carol pulang dari taman kanak-kanak.

"Mommy, Daddy, aku pulang!"

Gadis kecil memakai tas punggung kecil berlari masuk, wajah mungil kedinginan sampai merah terang, sama seperti apel kecil.

"Wuuaaa, perapian sudah mulai dibakar, sangat hangat sekali!" Dia mengosok-gosok tangan kecilnya, menghembuskan sebuah nafas putih.

"Sayang, kemari menghangatkan badan." Selena Xu baru selesai bicara, malah memperhatikan di luar pintu masih ada seorang anak laki-laki.

Robby Zhang.

"Yo, gentleman cilik, kamu datang lagi?" Dia mengolok-olok.

Robby Zhang perlahan berjalan ke depan, sangat sopan menghadap ke arah Selena Xu dan Everett Xu membungkukkan badan.

"Paman, Tante, aku datang mengganggumu lagi."

Selena Xu tersenyum menatap anak laki-laki yang tampan itu, wajah penuh senyuman kasih sayang.

"Tidak masalah, asalkan kamu suka, datang setiap hari juga tidak apa-apa."

"Robby, ayo kita keluar untuk bermain!"

Carol menarik tangan laki-laki kecil itu, kedua bocah keluar pintu, cepat sudah lari tidak kelihatan.

Selena Xu tak berdaya tersenyum pahit, "Gadis ini, barusan masih bilang dingin, sekarang hanya memikirkan main, malah tidak merasa dingin lagi."

Bibi Mei tersenyum dan berdiri, "Nyonya, anda ikuti cara yang aku katakan tadi, pelan-pelan belajar, aku sudah harus menyiapkan makan malam."

"Pergi saja Bibi Mei. Oh iya....aku masih ingat Robby anak ini, sepertinya sangat suka kubis brussel?"

"Baik."

"Akan disiapkan, nanti simpan untuk dia makan."

"Baik, nyonya."

Tatapan mata Raphael Dan yang tenang dan sunyi melihat koran, dia tiba-tiba merasa berminat dan menanyakan.

"Aku menyadarinya, kamu semakin peduli terhadap anak itu."

"Anak laki-laki yang sangat imut, apalagi juga teman baik Carol, setiap kali dia datang bermain, Carol senang sekali."

Everett Leng hanya tersenyum, tidak berbicara apa-apa lagi.

Selena Xu berdiri dan pergi duduk di samping Everett, tersenyum sipit mengatakan, "Kamu tidak merasakan, dia dan Carol kita sangat serasi?"

Pria mengangkat-angkat alis, "Bagaimana serasi?"

Dia mengolok-olok berkata, "Kemungkinan....nantinya Robby adalah menantumu?"

Everett Leng perlahan melipat koran, sedikit mengangkat tangan, jari yang ramping menjitak kepala kecilnya.

"Ah!" Dia mengusap daerah yang sakit, wajah penuh amarah, "Apa yang kamu lakukan!"

"Selena Xu, putri kita baru 3 tahun, yang kamu pikirkan juga terlalu jauh."

"Hmmm, masalah ke depannya, siapa yang bisa memastikannya? Bagaimanapun, ini adalah teman masa kecil, jika nantinya sekolah bersama...bukankan akan jadi!"

Everett Leng hanya tersenyum, tidak lama, Bibi Mei ke depan memanggil.

"Tuan, nyonya, silahkan makan."

"Baik, aku pergi memanggil dua anak itu pulang."

Selena Xu keluar pintu, angin dingin menerpa, membuatnya tidak tahan menggigil.

Saat ini lebih dingin lagi, sungguh tidak tahu bagaimana kedua anak itu bisa tahan bermain di luar?

"Carol, Robby, pulang untuk makan!"

Dia memanggil sekali, tidak ada orang yang menjawab.

"Aneh, main sampai kemana?"

Pengurus rumah ke depan bertanya, "Nyonya, kenapa?"

"Sungguh, dua anak kecil ini tidak tahu pergi main kemana, kita membagi arah pergi mencari."

"Baik, nyonya."

Dalam aula yang hangat, di atas meja penuh makan malam yang mewah, Everett Leng duduk tegak di depan meja makan, sedang menunggu.

Tiga puluh menit berlalu.

Everett Leng mengangkat tangan melihat waktu, sedikit mengernyit.

"Kenapa masih belum pulang?"

Bibi Mei menjawab, "Dua anak tidak tahu pergi main kemana, nyonya dan pelayan rumah sedang mencari."

Begitu selesai bicara, Selena Xu berlari masuk ke aula.

Raut wajahnya kelihatan tidak beres, tampang yang kebingungan, bahkan gaya berjalannya juga sedikit kaku.

"Everett Leng...." Suaranya gemetaran.

Everett Leng merasakan keanehannya, sedikit menyipitkan mata, "Kenapa?"

"Anak....hilang."

"Apa katamu?!"

Everett Leng mendadak berdiri, setelah termenung 3detik, dengan suara dingin bertanya, "Di luar sudah cari semua?"

"Sudah cari, semuanya sudah dicari, tapi tidak dapat menemukannya."

Raut wajah Everett Leng tiba-tiba memberat, dengan langkah cepat berjalan keluar aula, para pembantu di rumah juga ikut keluar semua.

"Cari semuanya, kebun bunga, halaman belakang, jika tidak menemukannya perluas tempat pencarian!"

"Baik!"

Menyadari betapa gawatnya situasi, para pembantu tidak berani menunda, satu demi satu membawa senter pergi mencari.

Selena Xu menarik tangan Everett Leng, nada bicara tergesa-gesa.

"Everett Leng, anak-anak pergi kemana? Mereka dulu hanya bermain di kebun bunga, tidak pernah pergi jauh!"

"Kamu tanya padaku, aku tanya sama siapa?"

Everett Leng melepaskan tangannya, kesal dan menarik kerah bajunya agak terbuka, melangkah cepat pergi mencari, Selena Xu juga bergegas ikut pergi.

Di luar pintu, sebuah mobil roll royce berwarna hitam berhenti di depan halaman kediaman Leng.

Jendela mobil perlahan diturunkan, raut wajah Roy Mo sangat buruk, pandangan mata mematap bunga rosa multiflora yang melingkar di atas pintu pagar.

"Yakin di sini?"

Orang tua berjanggut putih penuh hormat menjawab, "Iya, dulu, tuan muda sering datang bermain di sini, dia dan gadis kecil keluarga ini berhubungan baik."

Roy Mo mengerutkan alis, "Benar-benar membuat onar! Berteman dengan siapa saja boleh, malah sama..."

Orang tua berjanggut putih sangat berhati-hati meminta maaf. "Maaf, tuan Mo, aku baru menemani tuan muda pulang dari italia, tidak tahu anda dan keluarga Leng memiliki banyak dendam. Jika aku bisa lebih awal mengetahuinya.....

"Sudahlah, tidak usah diungkit. Pergi ketuk pintu."

Roy Mo melambaikan tangan, orang tua berjanggut putih turun dari mobil dan memencet bel yang berada di dinding halaman.

Di dalam halaman, Everett Leng masih membawa orang mencari keberadaan anak-anak.

Tidak lama, seorang pembantu datang melapor.

"Tuan Mo minta izin bertemu."

"Roy Mo?" Everett Leng mengerutkan kening, nada bicara tidak sabar, "Beritahu padanya, sekarang aku sibuk."

"Tuan, tuan Mo bilang, dia datang menjemput putranya pulang."

"Apa yang kamu katakan? Bagaimana mungkin anak laki-laki rubah tua itu ada di sini?" Selena Xu tidak mengerti dan bertanya, tapi detik berikutnya, dia tiba-tiba menyadarinya.

"Kamu...kamu bilang, Roy Mo mengatakan putranya ada di rumahku?"

"Benar."

Selena Xu dan Everett Leng saling menatap, dan melihat kejutan dari dalam mata satu sama lain.

Roll royce berwarna hitam dikemudikan ke jalan kerikil tengah kebun bunga, orang tua berjanggut putih membuka pintu mobil dengan hormat.

Roy Mo memegang tongkat, keluar dari samping, tersenyum sipit berjalan ke depan, senyuman bagaikan seekor rubah.

Novel Terkait

My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu