Predestined - Bab 399 Pria Semuanya Adalah Kaki Babi

Selena Xu tersenyum jahat, "Jangan-jangan, kamu sudah tidak sabar untuk menjadi pengantin dan masuk ke kamar pengantin?"

"Aduh, Lena, kamu.....kamu bicara apa?"

Wajah Laura Wen digoda sampai memerah, wajahnya penuh rasa kesal, membuat rasa senyum Selena Xu lebih dalam lagi.

"Sudah, hanya bercanda."

"Lena, apakah kamu bisa membantuku?" Laura Wen berkata, "Dulu aku pernah melihat gaun pengantin, tapi merasa bimbang, tidak bisa memastikannya."

"Menyuruhku membantumu mengamatinya dan beri ide?"

"Tidak salah." Laura Wen menghentikan langkah kaki, melirik ke arah toko di depannya, di tengah jendela toko, gaun pengantin yang dipakai patung pajangan sangat suci dan mewah.

"Ini tokonya!"

Selena Xu ditarik masuk oleh Laura Wen.

"Kamu lihat, yang ini bagaimana?" Dia menunjuk sebuah gaun pengantin yang mengembang, kedua mata berbinar menanyakannya.

Selena Xu melihat sebentar, menggelengkan kepala.

"Terlalu mengembang, dan jika dipakai akan terasa sangat berat, yang paling penting adalah, tidak bisa menonjolkan lekuk tubuh."

"Kalau...yang ini?"

"Tidak terlalu bagus, bagian lengan terlalu terbuka, cuaca yang begitu dingin, kamu tidak mau nyawa lagi?"

"Eng...kalau yang ini! Aku paling suka yang ini!"

Selena Xu mengamati dengan teliti gaun pengantin mermaid yang ada di depan matanya, akhirnya menganggukkan kepala, "kamu coba pakai dan lihat dulu."

"Baiklah!"

Pelanyan toko membawa Laura Wen masuk ke ruang ganti, Selena Xu menunggu di luar, sangat cepat, dia sudah keluar.

Dia memakai gaun pengantin mermaid yang cantik itu, tubuh yang ramping terurai keluar semua lekuknya, ekor gaun yang selapis-selapis terbentang dibelakang, suci dan romantis.

"Lena, menurut kamu bagaimana?" Laura Wen bertanya dengan wajah memerah.

Pertama kali memakai gaun pengantin, merasa agak malu, tetapi sedikit gugup dan gembira.

"Eng, lumayan, jika Louis Li melihat kamu memakai gaun pengantin, pasti akan terkejut. Benar...."

Sambil berbicara, dia mengeluarkan ponsel, menghadap ke Laura Wen dan memotret sekali.

"Buat Louis Li, kirim !"

"Aduh Lena, buat apa kamu kirim ke dia?"

"He, masih ada apa? Louis Li orang pasif begitu, aku malah mau melihat reaksinya!"

Laura Wen memang menyukai yang ini, ditambah lagi Selena Xu mengatakannya cantik, dia tidak tahan langsung memberikan uang muka dulu, dan meninggalkan ukuran badannya, toko akan membuatkan sesuai dengan ukurannya dan model yang sama.

Kedua orang keluar dari toko itu, Selena Xu memainkan ponselnya, bergumam sebentar dengan rasa kecewa.

"Louis Li ini, kenapa masih belum membalas pesan, jangan-jangan terlalu cantik sampai membuatnya bodoh?"

"Dia, kemungkinan sedang sibuk, takutnya sudah tidak keurus lagi."

"Selanjutnya kita kemana?" Selena Xu menyimpan ponsel dan bertanya.

"Eng...beli baju saja? Di depan telah dibuka satu toko pakaian di dalam mall namanya "Luwes Mall!"

Kedua orang langsung setuju, saling bergandengan tangan berencana pergi "Shopping".

Samping jalanan yang jaraknya tidak terlalu jauh ada sebuah hotel, seorang wanita dan seorang pria bergandengan tangan berjalan keluar.

Selena Xu secara tidak sadar melihatnya sekilas, tidak terlalu mempedulikannya, tapi terasa tidak asing.

Dia melihatnya lagi dengan teliti, terkejut sampai langkah kaki pun berhenti.

"Lena, kenapa tidak jalan lagi?" Laura Wen penasaran dan bertanya.

Seketika, di benak Selena Xu terasa kacau, setelah kekacauan yang tidak lama, dia langsung menghadang didepan pandangan Laura Wen.

"Itu apa, Laura Wen, kita jalan lewat sebelah sana saja."

"Tapi bukankah lewat sini lebih dekat?"

"Aduh, tidak usah peduliin lagi, aku tiba-tiba ingin jalan lewat sana."

Selena Xu tidak memberinya kesempatan berbicara langsung menarik Laura Wen berjalan, tapi Laura Wen merasakan ada yang tidak beres, sebelum pergi mengarah ke sana dan melihat sebentar.

Sekejap, rasanya mendingin bagaikan kepingan salju.

Itu Louis Li, pria itu sedang bersama seorang wanita.

Dan wanita yang bertubuh indah dan membanggakan itu, kebetulan adalah Sharon Li yang baru dipindahkan dari departemen sekertaris ke kedepartemen Humas.

Dua orang keluar dari hotel, pergi sambil bergandengan, penuh canda tawa, seperti sepasang kekasih yang sedang kasmaran.

Selena mengangkat tangan menepuk kening.

Habis sudah, akhirnya masih terlihat juga!

Meski dia juga sangat terkejut, tapi yang pertama kali terpikir olehnya adalah membawa pergi Laura Wen, setelah itu baru berencana pergi menanyakannya pada Louis Li."

"Sudah membuatnya terpukul."

Laura Wen dengan dingin berkata, memakai sepatu hak yang sangat tinggi, "Tut tut tut" langsung menyeberangi jalanan.

Dia mau pergi cari masalah dengan Louis Li.

Selena Xu takut akan terjadi masalah, bergegas mengikutinya ke sana.

Louis Li sedang membicarakan sesuatu dengan Sharon Li sambil tertawa, saat Laura Wen muncul dihadapannya, dia menghentikan pembicaraan, senyuman juga perlahan menghilang.

"Laura Wen?" Dia sepertinya sedikit terkejut.

Laura Wen selangkah demi selangkah, gerakannya seperti gerakan pelan yang sangat kaku, dia berjalan ke sana, raut wajah sangat tenang tidak seperti biasa.

Terlalu tenang, malah terasa lebih menakutkan.

Sharon Li menyapa sambil tersenyum, " Ternyata adalah sekertaris Wen, kebetulan sekali, apakah kamu sedang berbelanja?"

"Memang sangat kebetulan." Wajah Laura Wen tanpa ekspresi bertanya padanya.

Louis Li berbicara pada Sharon Li yang ada di sebelahnya, "Kamu kembali ke perusahaan dulu."

Sharon Li

"Baik, aku pergi dulu." Sharon Li melangkah pergi dengan cepat.

Setelah melihat kepergian Sharon Li , Louis Li menarik kembali pandangannya, bertanya sambil tersenyum, "Laura Wen, bagaimana kamu bisa ada di sini?"

Baru saja selesai bicara, kemarahan Laura Wen yang ditahan dalam hatinya seketika jadi tidak terkendalikan.

"Prakkkkkk!"

Dia langsung menampar Louis Li, seketika meninggalkan lima sidik jari yang berwarna merah di wajahnya, dan satu tamparan ini, membuat Louis Li jadi bengong, kaca mata juga sampai terjatuh.

Mata Louis Li miopia tinggi, kehilangan kaca mata, dia bahkan tidak bisa melihat ekspresi Laura Wen yang ada di depan matanya.

"Laura Wen, kamu...buat apa kamu memukulku?!"

Pandangan Laura Wen yang kacau menatapnya, bibir yang pucat di gigit erat-erat olehnya, di dalam mata yang memerah, sepertinya setiap saat bisa menitikkan air mata.

"Louis Li, kamu bagus sekali!"

Selesai bicara, dia membalikkan badan langsung pergi, saat itu juga air mata terbang keluar.

"Laura Wen, Laura Wen apa yang sedang kamu bicarakan!"

Louis Li panik, baru terpikir mau mengejarnya, tapi kedua mata cuma ada kepingan yang buram, dia hanya bisa membungkkukkan pinggang dengan menyedihkan sambil meraba-raba.

Sepasang sepatu hak tinggi berwarna krem berhenti di hadapan Louis Li.

Selena Xu membungkuk dan mengambil kaca mata di bawah, diberikan padanya, "Kaca matamu."

"Terima kasih!"

Louis Li meraba-raba dan mengambil kaca matanya, bahkan tidak sempat mengelap debu di atas, dia buru-buru memakainya.

Melalui kaca yang berdebu, dia melihat wajah Selena Xu yang penuh dengan kekecewaan.

"Lena? Ini....ini sebenarnya ada apa?"

"Ada apa, bukankah kamu sendiri yang paling mengerti." Selena Xu menggelengkan kepala, tidak bisa mempercayainya dan berkata, "Louis Li, aku sungguh tidak menyangka kamu adalah orang seperti ini."

"Aku orang seperti apa? Memangnya aku kenapa?"

Selena Xu menatapnya beberapa detik, pandangan mata penuh kekacauan.

Agak lama, dia mendesah.

"Aku sudah salah menilaimu, begitu juga dengan Laura Wen ."

Selesai bicara, dia pergi dengan langkah besar, meninggalkan Louis Li sendirian yang sedang termenung di jalanan.

Saat Selena Xu memegangi Laura Wen yang sedang menangis pulang ke rumah Leng, pria yang duduk di atas sofa perlahan menaruh korannya.

Everett Leng melihat mereka berdua, mengerutkan kening. "Ada masalah apa?"

"Nanti baru dibicarakan, Laura Wen, kita naik ke atas."

Di kamar tidur, Laura Wen terus menangis, di bawah ranjang penuh dengan tisu berserakkan, dan tisu yang ada di dalam kotak masih terus digunakan.

"Sudahlah sudahlah, jangan menangis lagi, jika terus menangis sudah akan menjadi si cengeng."

Selena Xu memberikannya tisu, sambil sedikit bercanda dengannya, tapi dia sama sekali tidak bisa tersenyum, malah menangis lebih kencang lagi.

"Lena, aku sangat sedih......" Dia mengatakannya dengan berat.

"Eng eng eng, aku tahu." Selena Xu memeluknya, menepuk punggungnya dengan pelan.

"Sebenarnya...sebenarnya dari awal aku sudah merasakan diantara dia dan Sharon Li ada masalah."

Selena Xu mengerutkan kening, "Bagaimana kamu bisa tahu?"

Laura Wen membuang selembar tisu, dan mengambil selembar lagi, menangis dengan sedih, "Dia selalu suka berbicara dengan Sharon Li, dulu aku sudah menyadarinya, tidak menyangka, mereka ternyata memang...."

Sahabat paling baik tidak mudah baru berpacaran sekali, tapi malah berakhir seperti ini, Selena Xu juga merasa sedih.

Dia tidak tahu harus bagaimana membujuknya.

"Louis Li dia....dia sudah meniduriku, begitu membalikkan badan sudah tidak menginginkanku lagi, Lena, kenapa nasibku begitu tragis!"

Selena Xu menghibur dan berkata, "Jangan sedih lagi, mulai besok aku akan memecat Louis Li dan Sharon Li, membantumu balas dendam."

Laura Wen menggelengkan kepala, raut wajah sangat pucat sekali, "Tidak usah, aku pikir, lebih baik aku yang pergi...."

Pada saat ini, ponsel Laura Wen berdering, di depan layar muncul sebuah nama.

"Louis."

"Angkat tidak?" Selena Xu bertanya.

"Angkat apa?" Laura Wen melempar ponselnya agak jauh, dengan suara serak berkata, "Aku tidak ingin mendengarnya berbicara...."

"Baiklah."

Laura Wen memegang tangannya, wajah penuh air mata, "Lena, malam ini aku tinggal di sini, aku tidak ingin pulang, dia mungkin akan mencari ke sana."

"Tinggal dengan tenang, berapa lama pun boleh. Kamu tenang saja, masalah ini belum selesai, aku akan menegakkan keadilan untukmu."

"Lena." Dia menghapus ingus, tampang yang menyedihkan, "Aku lapar."

Selena Xu mendesah dan turun ke lantai bawah, menyuruh bibi gemuk membuatkan makanan dan mengantarkannya ke atas.

Everett Leng melipat koran dan menaruhnya di samping, dengan pandangan mata yang mendalam melihat sekilas ke lantai atas.

"Apakah emosinya sudah lebih stabil?"

"Sudah agak baikkan."

"Apa yang sudah terjadi?" Everett Leng bertanya.

Sudah lama menahannya, Selena Xu melototnya sekilas, nada bicara sedikit meremehkan.

"Kalian para pria....semuanya adalah Pigboy."

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu