Predestined - Bab 366 Pernikahan Yang Mewah

Selena tidak tahu apa yang sebenarnya ada di pikiran wanita ini, namun membahas sampai bagian ini, dia juga tidak enak menolak lagi.

“Jika kamu ingin datang, datang lah.”

Dari dalam mobil ia mengambil sebuah surat undangan yang berlapis emas, dan memberikan pada nya.

Tangan Aileen menjulur dan menerimanya dari jendela mobil, dengan senyum yang mendalam.

“Terima kasih.”

Tidak lama, supir pengganti telah datang.

Selena pun memberikan kunci kepada supir pengganti itu, baru saja hendak naik ke mobil, di belakangnya, terdengar 1 kalimat dari Aileen.

“ Nona Xu, besok pasti akan sangat ramai, aku jamin.”

Selena selalu merasa perkataanya ini sangat aneh, tapi aneh dimana, dia juga tidak sanggup mengatakannya.

Tanpa meresponnya, ia pun menutup pintu.

Malam hari, Selena tidak pulang ke kediaman Leng, ia diatur Everett untuk ke hotel,lalu, Everett akan pulang mengurus urusan pernikahan hari ke dua.

Namun, Selena ditemani oleh pamannya.

Karena dia yatim piatu, sesuai proses, ialah ayah yang menggandeng tangannya, menemani dia berjalan di atas karpet merah, lalu menyerahkannya ke tangan mempelai pria.

Tidak ada cara lain, Everett pun mencari pamannya.

Paman dan keponakan ini sudah tidak jumpa bertahun-tahun, berbincang tentang hal yang terjadi tahun itu, tentu saja menghela nafas.

Sekali berbincang, waktu pun sudah larut.

Dan disisi lain, Louis mengendarai mobil mengantar Laura pulang, menghabiskan tenaga yang begitu besar, baru menggendongnya pulang.

Dengan perlahan ia meraba dan membuka lampu, menemukan kamar tidur ia pun meletakkannya di atas kasur, baru lah ia bernafas lega.

“Hari biasa kurangi makan makanan manis, tidak pernah didengar, kamu tahu seberapa berat tidak?”

Dia sudah mengeluarkan kalimat ejekan itu, namun Laura mabuk berat, berguling kesana kemari dan mengeluarkan suara yang tidak jelas.

“Kepala.... Kepala sakit.”

“Tunggu, aku membuatkan mu sedikit sup penghilang mabuk,”

Louis keluar dan berjalan sampai ke ruang tamu, melihat sekeliling, saat ia membuka kulkas, ia menemukan secarik kertas menempel di pintu kulkas.

“Anak ku tersayang, nenek mu sedang tidak enak badan, aku pergi merawatnya beberapa hari, ingat makan dengan teratur.”

Ternyata begitu.

Dengar-dengar wanita ini dan ibu hidup saling bergantungan, pantas saja tidak bertemu dengan ibunya, ternyata sudah pergi.”

Dia menemukan beberapa bahan di dalam kulkas, dia pun mulai membuat sup penghilang mabuk.

“Bangunlah, minum sedikit, kamu akan merasa lebih enak.”

Dia menyajikan sup penghilang mabuk di samping kasur dan duduk, memapah Laura untuk bangkit.

Paras Laura sangat cantik, saat ini dibawah pengaruh alkohol, sepasang matanya kabur,pipi wajahnya sedikit merah, semakin ada ketertarikan yang sulit dideskripsikan.

Dia menggeleng-gelengkan kepala, dan menatap Louis, bertanya dengan ambigu.

“Louis, kamu menyukai ku ya?”

“……” Louis tertegun.

“Katakan, ya.... atau tidak.” Ia mengedipkan mata, menatapnya hingga membuat hati nya kacau.

“ ten, tentu saja.”

“Seberapa besar rasa suka nya?”

“Sangat... suka.” Dia tidak bisa berkata manis, hanya terpikirkan sampai disini.

Laura tiba-tiba tertawa, dengan mabuk, tawanya tidak begitu jelas.

Louis gugup selama beberapa saat, “Apa yang kamu tertawakan?”

Laura berhenti tertawa,dengan mabuk ia berkata, “Louis, sebenarnya... aku juga menyukai mu.”

“Apa?” Louis mengerutkan alis, sangat terkejut.

“Ada 1 kali.... aku dan seorang pria kencan buta, ia adalah bos dari perusahaan terdaftar, kami janjian untuk berjumpa di sebuah kafe. Kesan dia terhadap ku cukup baik, dan aku jug tertarik dengannya, tapi kami sampai sekarang belum jadi, kamu tahu kenapa?”

Louis berpikir.

Latar belakang keluarga Laura biasa saja, dan kedua orang tuanya sudah bercerai bertahun-tahun , dari kecil ia kekurangan kasih sayang seorang ayah, tapi memiliki paras yang cantik---ini juga alasan Ibu Wen selalu bisa menemukan seorang pria dari kalangan atas untuk nya di kencan buta.

Namun dia sungguh tidak habis pikir, Laura sungguh adalah ahli untuk kencan buta, bahkan dalam 1 minggu ada 6 hari ia terus menciptakan catatan mengerikan tentang kencan buta , berdasarkan teori , dengan presentase yang begitu tinggi, pasti bisa menemukan yang cocok bukan?

Tapi, 1 pun tidak ada yang jadi, benar-benar seperti terkena kutukan jahat.

“Kenapa?” Dia bertanya.

“ Karena, orang itu memberitahu ku, dia melihat seorang pria membuntuti ku dari belakang, sedang bersembunyi di luar jendela, dengan sembunyi-sembunyi melihat ke arah sini.”

Wajah Louis tiba-tiba berubah.

Kali itu, dia dan dia lembur sampai larut malam, Laura malah berkata setelah ini akan pergi kencan buta.

Sedikit khawatir ia pergi kencan buta meskipun waktu sudah sangat malam, jadi ia pun secara sembunyi-sembunyi mengikutinya, tidak sangka malah disadari oleh nya?

Laura tersenyum pahit, “Orang itu mengira, kamu adalah mantan yang terus menjeratiku, takut terjadi masalah, jadi ia menolakku.”

Setelah cukup lama, Louis baru berkata, “ Aku kira, kamu tidak menyadari keberadaan ku.”

“ Bodoh, aku hanya berpura-pura tidak tahu. Setelah keluar dari kafe, kamu terus mengikuti ku dari jauh, sampai aku tiba di rumah, kamu baru pergi.”

Louis tidak berkata apapun, lingkar mata Laura pelan-pelan memerah.

“ Apakah kamu tahu? Aku dari jendela bisa melihat bayangan kamu pergi , kamu berjalan di jalannya dengan cahaya yang kekuningan, ditengah kedinginan berlindung di balik pakaian, dan bersin beberapa kali, jelas-jelas begitu lucu, tapi....”

Namun, hal ini malah membuat nya merasa cukup.

Wajah Louis pelan-pelan memerah, dia sedikit kebingungan untuk sesaat, dengan sibu ia meletakkan sup penghilang mabuk di lemari kasur.

“Kamu ingat minum, aku... aku pergi dulu, besok pagi aku datang menjemput mu.”

Tapi, Laura menariknya.

Matanya yang mabuk dan kabur menatapnya, pandangan nya tidak pernah sedalam ini, lengan nya yang putih menarik leher kaku pria itu, lalu bibir merahnya menempel kesana.

Bibir yang lembut, dengan aroma arak yang begitu berat yang mendekati wajahnya, sentuhan yang lembut dan aroma arak, sangat merangsang urat Louis.

Api hasrat menyala. Mereka saling berpelukan, lalu berbaring di atas kasur.

Keesokan harinya , ialah pesta pernikahan Selena dan Everett.

Suara lonceng suci gereja berbunyi, terdapat beberapa ekor merpati putih turun di atas persilangan atap gereja, cahaya matahari membiaskan pantulan yang begitu indah melalui jendela bercorak warna-warni .

Ditengah gerja, seluruh tamu yang menerima undangan telah duduk di atas bangku panjang di ruang altar, di atas podium tinggi, pendeta dengan sepasang tangan memegang alkitab melihat para undangan dengan cinta kasih.

Demi pesta pernikahan kali ini, Everett sangat bersusah payah, dia tidak sungkan menghabiskan banyak uang mengundang uskup besar dari Eropa untuk hadir, bahkan juga mempersiapkan 1 grup anak-anak penyanyi hymne.

Dia hanya ingin memberikan sebuah pengalaman dan memori pernikahan paling baik untuk Selena.

Semua orang sedang menunggu, menunggu sang pengantin wanita Selena, termasuk Everett yang berdiri di samping uskup.

Waktu semenit sedetik pun berlalu, Everett yang selalu tegas dan teliti berjalan ke daerah yang tenang, dan menelepon Selena.

Saat ini, di atas jembatan Kota Bin, ada pasukan mobil yang terdiri dari mobil rolls Royce membuka jalan di depan, beberapa ekor kuda putih dengan badan yang indah menarik sebuah kereta kuda yang mewah, balon dan pita dengan warna cerah dan indah menggantung di atasnya, bergerak dengan lambat di tengah aliran mobil.

Kemegahan yang begitu besar, siapa yang tahu hari ini adalah acara pernikahan anak pertama Keluarga Leng yang kaya raya di Kota Bin, mobil-mobil 1 per 1 memberikan jalan, sepanjang jalan lancar tanpa hambatan.

“Everett.” Selena mengangkat telepon.

Dia mengenakan gaun pengantin suci yang berwarna putih salju, mengenakan tiara berlian yang mewah, ditambah dengan riasan wajah yang indah, dia yang hari ini, terlepas dari semua gaya kekanak-kanakan, sangat anggun dan indah.

“ Kamu kapan tiba?”

“ Pasukan mobil sudah berjalan sampai di atas jembatan, seharusnya akan segera tiba kan? 10 menit.”

“ Tunggu kamu, ingat harus tepat waktu.”

Setelah menutup telepon, pria itu menyimpan kembali handphonenya , alis nya yang tegang, sedikit melemas.

Hari ini, semua ini, bahkan dia juga merasa sedikit linglung.

Sama seperti banyak orang, dia terhadap calon belahan jiwanya, juga pernah membuat banyak sekali syarat dan peraturan.

Namun sampai Selena memasuki dunia dia, dan bahkan kemudian memasuki hatinya, dia baru mengerti, ternyata semua doktrin itu bisa dihancurkan, dia menjadi pengecualian itu.

Ditengah – tengah tamu, Louis dan Laura duduk di barisan paling depan.

Semalam, mereka mengalami malam yang mencekat dan sulit dilupakan, saat ini mereka saling menggegam tangan, saling menatap.

“ Mengenai masalah tentang kita, kamu sudah memberitahu ibu mu belum?”Louis bertanya.

Membahas tentang hal ini, wajah Laura sedikit memerah, “ Belum, belakangan ini nenek tidak enak badan, tunggu sampai dia pulang , aku akan membawa mu berjumpa dengannya.”

Teringat harus bertemu dengan calon mertua, Louis sedikit gugup.

“ Menurut mu, dia akan setuju atau tidak?”

Laura sedikit mengangkat bibir merahnya, “Kalau begitu, harus liat bagaimana performa kamu, jika bagus, aku akan mempertimbangkan untuk memberi mu pujian beberapa kalimat.”

Louis mengangguk-angguk kepala, menggegam tangan nya dengat erat beberapa saat.

“ Aku bisa,Laura.”

Tidak jauh, Aileen dan Johnny juga hadir dengan pakaian mewah.

“ Aku kira, kamu tidak akan datang.” Ujung bibir Johnny tersenyum.

Aileen yang disamping menaikkan mata nya yang indah, “Kenapa ?”

“Bagaimana pun juga, kamu dan Everett...”

“Itu semua sudah berlalu, lagi pula dia dengan tulus mencintai Selena, tentu saja aku akan memberi nya selamat.”

Johnny menatap dia beberapa detik, senyumnya semakin dalam.

Dia menjulurkan tangan mengelus-elus kepala Aileen, dengan nada bicara yang menunjukkan rasa bersyukur, “Aileen sudah dewasa, juga sudah pengertian.”

“Abang sepupu, kamu lihat kamu......”

“Kenapa?”

“Rambut aku sudah kamu buat berantakan, aku pergi sebentar.”

Aileen dengan pandangan menyalahkan menatap abang sepupu, bangkit dari kursi panjang, lalu pergi.

Di toilet, Aileen berdiri di depan kaca.

Dia mengeluarkan handphone, memilih beberapa foto, kemudian mengirimkannnya ke Selena

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu