Predestined - Bab 467 Nyonya, Hati-Hati, Raut Wajah Tuan Begitu Buruk

Tiga hari kemudian, pihak pengadilan telah mengadakan proses pengadilan, Selena Xu tidak muncul, karena dia tidak ingin hadir.

Di dalam rapat perusahaan siang hari, Wakil CEO, Loius Li sedang berbicara di depan dalam ruang dapat, Selena Xu menopang dagunya dengan sebelah tangan, pikirannya melayang-layang.

Dia melamun di sini, seluruh pandangan dari petinggi perusahaan tertuju padanya.

Louis Li batuk sejenak, dan memberikan isyarat pandangan mata terhadap Laura Wen yang duduk di sampingnya.

Laura Wen mendekat, memanggilnya dengan suara kecil." CEO Xu."

Selena Xu kembali sadar, baru mulai menyadari dia telah dibanjiri dengan pandangan mata banyak orang.

"Apakah ada masalah?" Dia bertanya.

Louis Li bertanya, "Proposal yang kubahas dengan semua orang ini barusan, anda rasa bagaimana?"

"Apa yang telah kalian bahas?" Dia menunjukkan sebuah wajah yang memancarkan tanda tanya.

Louis Li dengan tak berdaya menunjuk ke ppt di layar belakangnya, baru Selena Xu kembali mengerti.

"Oh, yang ini ya, boleh, lakukan seperti yang kalian katakan." Dia menganggukkan kepalanya sejenak.

Akhirnya telah bubar rapat, Selena Xu menutup laptopnya, dan pergi dengan pikiran yang penuh masalah.

Di belakangnya, Laura Wen bertanya dengan penuh perhatian, "Lena, apakah kamu sedang memiliki masalah?"

Selena Xu tersenyum, "Tidak ada kok."

"Bohong." Laura Wen tidak percaya, "Kalau tidak ada masalah, kenapa kamu terlihat begitu murung, saat rapat pun sering melamun, dulu, kamu tidak akan seperti itu."

"Sungguh tidak ada. Sudahlah, bukankah masalah mengenai proposalnya telah diputuskan? Pergi bantulah Louis Li, dan segera merancang prosesnya."

Dia berusaha menutupinya dengan alasan kerja.

"Oh, baiklah."

Melihat dia tidak bersedia untuk mengatakannya, Laura Wen tidak menanyakannya lebih lanjut, setelah menjawabnya sejenak, dia langsung pergi.

Selena Xu kembali ke kantornya, duduk di kursi bos, sepasang tangannya menopang dagu, dan lanjut melamun.

Hingga, pengacaranya menelponnya.

"Nona Xu, pengadilan telah berlalu."

"Benarkah?" Selena Xu bertanya dengan tegang, "Bagaimana?"

Sang pengacara berkata, "Aileen Ya telah mengakui kesalahannya sendiri di pengadilan, dan juga telah menyampaikan perbuatannya yang telah menuduhmu."

Selena Xu kembali bertanya, "Bagaimana fonisnya?"

"Begini. Karena Aileen Ya menuduhmu bertujuan untuk membuatmu bertanggung jawab, awalnya pihak pengadilan tidak akan memberikan toleransi terhadap perbuatan ini, tapi mengingat usahanya tidaklah berhasil, maka fonisnya di kurangi, dan memfonisnya selama setahun penjara."

"Begitu."

Saat mendengar kabar ini, Selena Xu menghela nafas lega sejenak.

Aileen Ya begitu licik, dia yang awalnya ingin membuat dirinya masuk penjara, tapi hasilnya, malah dia sendiri yang berujung menikmati makanan penjara, jika dibahas kembali, hal ini sudah cukup untuk meredakan amarah.

"Oh iya, apakah dia menerima fonis hukumannya?" Dia merasa tidak tenang dan kembali memastikannya.

"Dia tidak menyatakan keberatan sama sekali."

"Bagus kalau begitu. Pengacara Zhou, sungguh berterima kasih terhadapmu untuk kali ini. Oh iya, bayaranmu, akan kutransfer kepadamu sesuai kesepakatan."

"Nona Su terlalu sungkan, kalau begitu, sampai jumpa."

Setelah menutup panggilan, suasana hati Selena Xu sangatlah baik.

Dia membukakan tirai jendela kantornya, cahaya matahari musim dingin menyinari wajahnya, terasa begitu hangat.

Laura Wen masuk dengan membawakan sebuah dokumen, "Lena, mohon tanda tangan sebentar di sini."

Selena Xu berjalan hingga ke samping rak bir, mengambil sebotol wine, dan menuangkan cairan berwarna merah dengan aroma murni kedalam dua buah gelas berkaki panjang yang tembus pandang berkilau.

Salah satu gelas, disodorkan ke hadapan Laura Wen.

"Mari, temani aku meminum segelas."

Laura Wen sama sekali tidak mengerti dengan situasinya, dia menerima gelas anggur itu, lalu kembali melihat orang yang penuh dengan senyuman di hadapan matanya ini, sangat kebingungan.

"Lena, kamu tidak demam bukan?"

"Tidak."

Jadi kenapa kamu merasa murung untuk sesaat, lalu tiba-tiba malah menjadi senang?"

"Tidak apa, hanya saja hari ini telah diadakan proses pengadilan, Aileen Ya difonis selama setahun." Dia berkata sambil tersenyum manis.

"Wah, benarkah?"

"Tentu saja, aku baru saja mendapat telpon dari pengacara."

"Bagus sekali, wanita itu kali ini pasti akan mengalami balasannya, hal ini memang sebuah hal yang patut disenangkan, tapi, waktu setahun terasa begitu sedikit, kalau bisa, lebih bagus kalau sepuluh tahun."

"Bersulang."

"Bersulang."

Kedua gelas berkaki panjang saling berbenturan bersama, dan mengeluarkan suara nyaring yang merdu.

Kasus telah berakhir, kebenaran juga telah terkuak, lalu terhadap upacara pernikahan konyol diantara Everett Leng dan Aileen Ya, pihak media sosial juga memberitakannya dengan heboh, Aileen Ya dalam sekejab telah hancur, bahkan, nama baiknya telah menjadi buruk.

Yang menarik adalah, yang mengkritik Aileen Ya dengan komentar yang begitu negatif, bukanlah kalangan warganet biasa, melainkan berasal dari fans Aileen Ya yang terdiri dari ribuan bahkan puluhan ribu.

Di tengah kritikan dan komentar negatif terhadap Aileen Ya, para fans itu berebutan untuk memarahinya duluan, membuat orang merasa sangat menyedihkan.

Mungkin, karena faktor pengharapan yang terlalu tinggi, maka kekecewaan yang dirasakan akan besar juga. Aileen Ya pernah menjadi dewi sempurna di mata para fans ini, tapi saat ilusi ini hancur dan musnah, cinta telah menjadi benci, membuat orang spontan menghela nafas sedih.

Malam hari, Selena Xu pergi menjemput putrinya karena searah, dan akan segera tiba di kediaman Keluarga Leng.

Carol memikul tas kecil, melompat turun dari mobil, menggosok tangannya di tengah tiupan angin dingin.

"Mama, dingin sekali."

Selena Xu mengelus wajahnya sejenak, "Cepat masuklah ke dalam, paman pengurus rumah harusnya telah menyalakan perapian."

"Hmm" Carol menarik tangan mamanya, matanya berkedip sambil bertanya, "Mama, kapan akan turun salju?"

"Kamu suka terhadap salju?"

"Suka, Salju sangat indah, bagaikan dongeng."

"Dasar kamu, sepertinya kamu tidak begitu takut dingin."

Sepasang ibu dan anak saling bergenggaman tangan, saat masuk ke ruang tamu, terlihat adanya percikan api di dalam perapian dinding yang sederhana, seluruh ruang tamu, menjadi hangat bagaikan musim semi.

Pengurus rumah segera menyambut, "Nyonya, anda telah pulang."

"Hmm."

Pengurus rumah membalikkan kepala melihat ke arah ruang kerja sejenak, lalu kembali menarik pandangan, berkata dengan suara kecil.

"Tuan telah kembali."

"Everett?" Selena Xu bertanya dengan gembira, "Kapan dia kembali?"

"Saat petang hari, baru saja tiba."

"Bagus sekali." Selena Xu merasa begitu gembira dan menaiki tangga spiral sambil melompat riang, terlihat jelas dia telah merasa sangat tak sabaran untuk bertemu dengannya.

Di belakangnya, pengurus rumah kembali berkata, "Nyonya, mohon berhati-hati, raut wajah Tuan tidak begitu baik."

Langkah kaki menuju ke atas telah terhenti sejenak, Selena Xu bertanya dengan penasaran, "Apakah kamu tahu apa alasannya?"

Pengurus rumah menggelengkan kepala, "Mohon maaf, aku tidak tahu."

"Sudahlah, aku akan pergi melihatnya sendiri. Paman, mohon anda bantu mengawasi Carol untuk mengerjakan PR dia, kalau tidak, dia akan bermain hingga melupakannya."

"Baik,Nyonya."

Selena berjalan dengan langkah kaki yang pelan menuju ruang kerja, lalu berdiri di depan pintu, dan tidak langsung masuk ke dalam, melainkan membukakan kupingnya lebar-lebar untuk mendengar.

Di dalam ruangan sangatlah hening, dia mencoba untuk memanggil sang pria.

"Everett."

"Masuk." Suara yang rendah menembus pintu dan terdengar, tidak bisa mengetahui seperti apa suasana hatinya dari nada bicaranya ini.

Menarik nafas yang dalam, dan memberanikan diri, Selena Xu membuka pintu dan masuk.

Sang pria sedang duduk di samping meja melihat laptop, parasnya dengan lekukan wajah yang terlihat jelas sangatlah menawan, tapi malah tidak terdapat ekspresi apapun, saat melihatnya, membuat orang merasa sangat menyesakkan.

Sang wanita berjalan dengan perlahan, tersenyum, "Sudah pulang ya."

Sang pria dengan datar menatapnya sejenak, dan segera menarik pandangannya kembali, tidak mengatakan apapun.

Hal ini sungguh membuat Selena Xu merasa bingung. Jelas-jelas saat sebelum dia pergi, dia masih baik-baik saja, bahkan mengatakan akan membawakan hadiah untuknya, tapi kenapa malah menjadi seperti ini setelah pulang.

"Kamu tidak merasa senang?" Sang wanita duduk di depan sang pria, sepasang tangan menopang dagunya.

Everett Leng tidak melihatnya, bibirnya mulai terbuka, "Benar."

"Biarkan aku menebaknya." Selena Xu merenungkannya, "Apakah, pekerjaan kali ini ke Hongkong tidak begitu lancar, dan kerja sama bisnisnya tidak berhasil?"

Everett Leng menutup laptopnya, mengganti posisi tubuhnya menjadi lebih santai, dan menatapnya dengan pandangan tanpa ekspresi.

"Tebak lagi."

Kalau tidak benar, memangnya bisa karena alasan apa lagi?

Selena Xu kembali menebak, "Harga sahamnya menurun? Ataupun penyakit mag mu kambuh? Ataupun kamu telah mendengar kabar tentang Aileen Ya masuk penjara, makanya tidak senang?"

"Cukup sudah."

Sudut bibir sang pria melekuk, memotong perkataannya dengan dingin, "Selena, tebakanmu semakin lama semakin tidak benar."

Selena Xu berkata dengan senyuman manis, "Kalau begitu, jangan membuatku menebaknya lagi, langsung katakan padaku."

"Ingin mengetahuinya?"

"Hmm. Aku adalah istrimu, jika kamu memiliki hal yang membuatmu tidak senang, tentu saja boleh membaginya bersamaku, agar aku bisa membantumu mengatasi kemurunganmu." Sang wanita berkata dengan diiringi rasa malu, bersikap bagaikan seorang istri yang pengertian.

Everett Leng memandangnya dengan tatapan yang mendalam, "Hmph!" menghela nafas kesal.

"Baiklah. Aku tanyakan padamu, sebelum aku pergi, apa pesanku terhadapmu?"

Selena Xu berpikir sejenak, dan berkata dengan spontan, "Kamu menyuruhku untuk menunggumu pulang dengan penurut."

"Lalu, apa kamu telah melakukannya?"

"Sudah kulakukan."

"Masih berani mengatakannya." Kening sang pria sedikit berkerut, pandangan mata sedikit dingin, "3 hari lalu, kamu telah pergi menemui Aileen Ya bukan?"

Ketika mendengarnya, Selena Xu seketika gemetaran, dalam hati bergumam, "Gawat."

"Ah, kamu sudah lapar bukan? Aku coba pergi melihat apakah Bibi Mei telah selesai masak atau belum."

Dia segera mencari sebuah alasan secara sembarangan, dan bangun dengan berhati-hati.

Namun, dia belum melangkah begitu jauh, langsung terdengar suara sang pria yang tidak senang.

"Berhenti. Apakah aku telah menyuruhmu pergi?"

Langkah kakinya seketika mengkaku, dia berhenti dengan penurut, suasana hatinya langsung tak karuan, perasaan tak tenang seketika menjalar ke hatinya.

Memalingkan kepalanya dengan diiringi sebuah senyuman, tapi senyuman itu malah begitu tegang.

"Begini ceritanya. Aileen Ya mengatakan dia ingin melompat bunuh diri, aku berpikir, nyawa seseorang sangatlah penting, meskipun memiliki dendam terhadapnya, tapi aku tetap tidak boleh membiarkannya mati begitu saja."

Everett Leng dengan wajah yang kaku, duduk di sana, terlihat bagaikan seorang "Kaisar" yang memerintah seluruh penjuru dunia.

Tapi "Kaisar" Ini, terlihat jelas sangat tidak senang.

"Dia ingin melompat bunuh diri, kamu cukup dengan pergi melapor ke polisi, untuk apa pergi menemuinya? Bahkan nyaris saja kehilangan nyawamu sendiri."

"......" Selena Xu terbungkam.

Aneh, ini sungguh aneh.

Saat kejadian ini berlangsung, Everett Leng jelas-jelas sedang berada di Hongkong, jadi bagaimana caranya dia mengetahui seluruh kejadian ini dengan begitu rinci?

Di tengah melamunnya dia, sang pria berjalan dengan perlahan ke hadapannya, wajahnya begitu gelap bagaikan abu.

"Tidak apa jika kamu pergi ke sana, tapi kamu malah tidak membawa satu orang pun menemanimu, dan bahkan tidak mengabarkan pengurus rumah sedikit pun, Selena, kamu menganggap perkataanku sebagai angin lalu?"

"Aku... Aku mengaku salah." Dia menyusutkan kepalanya, bersikap bagaikan seorang anak kecil yang telah melakukan kesalahan.

Sang pria mengangkat sebelah alisnya, "Mengaku salah?"

"Mengaku salah, mengaku salah."

Penampilan wajahnya yang begitu murung seperti ini, sangatlah mengerikan, jadi bagaimana mungkin Selena Xu masih berani untuk tidak mengakui kesalahannya.

Hati Everett Mo penuh dengan bara amarah. Tentu saja, wajar jika dia marah.

Kejadian yang terjadi pada malam hari itu, membuatnya yang sangat khawatir dan jantungnya berdebar kencang. Untung saja Johnny Lin menyelamatkannya tepat waktu, kalau tidak, takutnya gadis ini akan ikut tertarik jatuh bersama dengan Aileen Ya dari rooftop.

Dia tidak mempedulikan dirinya sendiri, tapi apakah dia tidak mempedulikan anak yang berada di dalam perutnya?

Novel Terkait

That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu