Predestined - Bab 375 Ingin Berbincang, Datang Carilah Aku

Matanya melihat sepasang suami istri semakin bertengkar semakin hebat, bahkan tamu hotel yang berjalan di koridor itu semuanya merasa terganggu, 1 per 1 mencondongkan kepala keluar untuk melihat.

Selena sedikit gugup.

Parker kelihatannya memang sedikit marah, sangat khawatir dibawah amarahnya ia mengeluarkan kata “cerai” seperti ini, oleh karena itu dengan segera ia melerai.

“Sudah lah, bertengkah tengah malam bisa mempengaruhi orang lain yang beristirahat, disini adalah luar negeri, harus perhatikan ucapan dan prilaku.”

Mungkin nasehat dia berbuah hasil, dan mungkin juga pandangan aneh dari orang-orang di koridor itu membuat mereka merasa malu, mereka benar-benar tidak bertengkar lagi.

“Mungkin aku bisa membantu, aku saja pergi menjaga anak .”

Aura tertekan diantar kedua suami istri ini membuat nya tidak tahan, mencari suatu alasan untuk pergi.

Masuk ke kamar kedua orang itu, tampak sebuah kereta bayi lipat yang sudah terbuka, anak kecil itu menangis tegang hingga wajahnya merah.

Hati Selena sangat sakit, segera ia memeluk anak itu, dan bersenandung lagu anak-anak.

Bayi kecil ini sekarang pelan-pelan buka, kelopak matanya sudah terlihat jelas, wajahnya sangat mirip dengan Parker, ketika tumbuh besar pasti ialah gadis yang lembut dan elegan.

Parker dan Adele juga sudah ikut masuk, Adele mendengus jijik, Parker malah melihat hingga seperti linglung.

3 tahun yang lalu saat di Andora University, Selena sambil belajar, sambil menjaga anak kecil.

Saat itu, Parker dan dia berbagi ruangan, pemandangan menghibur anak seperti ini bisa ditemui hampir setiap hari, begitu teguh, bahkan dari dirinya bisa melihat jiwa keibuan suci yang agung.

“He, bukankah kamu sangat hebat, kenapa dia masih menangis?”Adele tersenyum dingin.

Selena tidak berkata apa-apa, hanya sambil bersenandung, sambil menggunakan tangan mengelus- elus badan bayi itu.

Dia sudah menemukan letak masalahnya.

Di tengah pandangan 2 orang, dia meletakkan bayi itu di atas kasur, membuka popok, dan kembali mengganti yang baru.

Hasilnya begitu cepat , dengan cepat bayi itu tenang.

Selena menghela nafas, dengan senyum menjelaskan.

“Juga bukan apa-apa, hanya saja ketika popok dilepaskan, mungkin orang dewasa merasa bukan apa-apa, tapi kulit bayi sangat sensitif, sedikit kerutan apapun mungkin bisa membuat nya merasa tidak nyaman, oleh karena itu ia menangis.”

Adele memiringkan bibirnya, dengan ekspresi mengabaikan.

He, ternyata hanya seperti ini, juga bukan sesuatu yang hebat kan!

“Lena, kamu sudah membantu banyak, terima kasih.”

Setelah berterima kasih, Parker kembali berkata pada Adele, “Sudah dengar? Ketika menjaga anak, bisa kah kamu teliti sedikit?”

“Sudah tahu.” Dia menjawab dengan acuh tak acuh.

Setelah itu, Selena pun kembali ke kamar sendiri, ia menguap, naik ke ranjang dan tidur.

Ketika mengatur alarm, mengaktifkan handphone dan melihat, pandangannya mendalam.

50 lebih panggilan tak terjawab berbaris rapat di layar.

Meskipun setelah mengganti handphone dan tidak lagi menyimpan nomor Everett, tapi rangkaian nomor ini, dia benar-benar sudah menghapalnya.

Ketika pikiran dia sedang bercampur, datang lagi.

Dia tetap berusaha.

Berdasarkan situasi seperti ini, mungkin saja dia bisa menelepon semalaman, meskipun mematikan handphone , jika seperti ini maka hari kedua alarm tidak akan bisa digunakan lagi.

Dia menggaruk-garuk kepala dengan gelisah, dia sangat tidak berniat untuk mengklik menerima panggilan itu.

“Everett, kamu masih belum selesai?”

“He, akhirnya kamu angkat.” Ia mendengus dingin, mencerminkan sifat pria ini yang arogan dan sombong.

“Jika ada masalah katakan, aku sudah mau tidur!”

“Terima kasih pada mu, aku pertama kali dibawa ke kantor polisi untuk seumur hidup ini.”

“Jadi menyalahkan aku?” Dia berkata dengan marah.

“Ayo kita berbincang,Selena.” Everett mengalihkan pembicaraan.

“Aku merasa tidak ada yang perlu diperbincangkan.”

“Kamu akan setuju.”

“Datang dari mana kepercayaan diri mu? Aku sekarang menutup telepon!”

Selesai berbicara, dia mengambil posisi untuk menutup telepon, tapi setelah terdengar ancaman secara dingin dari pria itu, dia menghentikan tindakan itu.

“Kamu boleh tidak berbincang, juga boleh tidak pulang, tapi mulai dari hari ini, kamu jangan berharap bisa bertemu dengan Carol lagi.”

Perkataan ini, seketika membuat Selena marah hingga wajah kecilnya menggelap.

“Kamu.... kamu ini sedang menggunakan anak perempuan untuk mengancam ku?”

“Terserah kamu berpikir seperti apa.”

“Kejam!”

“Terima kasih atas pujian mu.”

Dengan nada bicara yang sangat dingin, memperjelas bahwa dia sepenuhnya kebal terhadap kata-kata negatif “ancam” dan “kejam”.

Kulit muka pria ini, sungguh setebal ini kah?

“Kamu....”

Selena dengan putus asa menundukkan kepala, dipikir-pikir masih tidak bersedia, ia pun berkata, “Baik, kamu ingin berbincang dengan ku, aku setuju. Tapi hal ini dibicarakan di telepon sedikit terlalu tidak tulus.”

“Jadi, kamu mau gimana?”

“Temukan aku!”Selena juga membuat sebuah permintaan, “Aku tidak akan memberitahu kamu aku sedang berada dimana, tapi kamu harus muncul di hadapan saya dalam kurun waktu 3 hari, kita bicara secara langsung.”

Pada akhirnya, dia tidak ingin berbicara, maka dia membuat sebuah permintaan yang sulit.

Hal ini tentu saja tidak menyalahkan dia.

Wanita mana yang bisa bersama pria yang dicintainya saat hari pernikahan, menerima foto pria yang dicintainya dengan wanita lain, dan masih tidak marah , tidak menyalahkan?

Syarat ini tentu saja cukup sulit, juga cukup berat, tapi.....

“Boleh, jika begitu dimulai dari sekarang.”

Nada bicara yang santai, bukan seperti akan menghadapi kesulitan yang tidak ingin dihadapi tapi memaksa orang lain untuk menghadapinya, tapi ialah akan segera dimulai permainan kucing menangkap tikus.

Setelah menutup telepon, Selena duduk termenung, untuk waktu yang cukup lama ia tidak sadar.

Dia.... serius?

Hari kedua pagi hari, Selena dibangunkan oleh alarm.

Awalnya sedikit tidak terlalu sadar, namun ketika dia mendorong buka jendela, gorden yang seperti kain kasa lembut membelai sisi wajahnya,setelah melihat horizon laut dan terdengar suara kicauan burung camar, hati pun senang dalam sekejap.

1 lagi hari yang indah.

Hotel menyediakan sarapan gratis, namun ada batasan waktu, untung saja Selena bangun cukup pagi.

Ketika memegang bubur gandum dan waffle sambil mencari tempat duduk, ia malah menyadari tidak ada tempat duduk kosong di dalam hotel.

Tiba-tiba, ia bertemu dengan Parker sekeluarga 3 orang, ia pun dengan cepat berjalan ke sana.

“Tidak ada tempat duduk kosong lagi, tidak masalah jika bergabung disini kan?” Dia tersenyum manis.

Mata Parker tersirat rasa terkejut dan senang, sembari membantunya menarik kursi, “Duduk dan makanlah.”

Adele menemani pria itu duduk disampingnya, menggendong si bayi, dengan dingin menatapnya, mengeluarkan suara hendusan dingin.

“Oh ya, hari ini kalian berencana bermain dimana?”Selena bertanya.

“Belum terpikirkan, kami datang lebih awal 1 hari dibanding kamu, sudah melihat isi kota dengan menaiki sampan. Apa rencana mu?”

Bergumam sejenak, Selena berkata, “Aku tidak ingin dibawa oleh pendayung lagi, aku ingin bermain sendiri!”

“Kamu bisa mendayung kah?”

“Bisa belajar kan, disini banyak toko yang menyewakan sampan, mereka juga bertanggung jawab mengajari ku.”

Parker juga mulai tertarik, “He, jika begitu, kita sama-sama pergi bermain, juga lebih ramai.”

Dia memang suka keramaian, dengan senang ia menyetujui nya, “Baik lah!”

2 orang sudah membuat kesepakatan dengan gembira, hanya saja ekspresi wajah Adele yang duduk disamping kurang bagus.

“Adele, bagaimana menurut mu?”Parker menatapnya dan bertanya.

“Ha? Baik lah.” Dia mengangguk- anggukkan kepala, sedikit menyipitkan mata namun tersirat kesuraman.

Insting yang tajam , membuat ia tahu apa yang sedang dipikirkan Parker.

Pria ini melihat kakaknya pun jadi tidak bisa berjalan,takutnya, sangat berharap 1 hari 24 jam bisa terus menempel bersama nya!

Dia tentu saja mau pergi melihat, jika tidak.... siapa yang tahu mereka berdua berbuat apa-apa dibelakang!

Di sebuah perusahaan “The Orange Planet” yang menyewakan sampan, 3 orang menyewa 2 sampan.

Badan sampan ini dibuat dengan sangat aman, kemungkinan terbalik itu sangat kecil, juga disediakan fasilitas baju pelampung dan alat komunikasi bantuan keselamatan wireless.

Melewati pengajaran sederhana dari pelatih, Selena dan Parker dengan lancar menguasai beberapa cara, 2 sampan kecil perlahan berlayar maju di atas air yang biru.

Sepanjang perjalanan, mood Selena cukup baik.

Dia berulang kali berhenti untuk memotret dan membagikannya ke momen Wechat, perlahan, mereka jauh meninggalkan kota, juga melihat pemandangan indah yang belum pernah dilihat sebelumnya.

Tidak lama, Parker menyadari tempat mereka sekarang sudah cukup terpencil.

Demi keamanan, Parker menyarankan, “Lena,di depan sepertinya tidak ada yang bisa dilihat lagi, kita balik saja ya?”

Selena menyipitkan mata melihat sekeliling, melihat di kejauhan, depan matanya terang.

“Kalian lihat, disana ada sebuah pulau!”

Parker melihat ke arah yang dia tunjuk, ternyata.

Permukaan laut yang jauh, ada sebuah pulau sepi terletak disana, jika dilihat dari jauh, bisa terlihat dengan samar diatas pulau kecil itu ada sebuah bangunan yang megah.

“Itu adalah Gereja!” Selena yang mempunyai penghlihatan yang tajam berkata dengan semangat, “Karena ada gereja, maka ini bukanlah pulau yang tak berpenghuni, kebetulan kita bisa membawa makan siang untuk dimakan di pulau!”

Ide ini, mendapatkan persetujuan Parker, Adele juga tidak menolak.

Sampan perlahan menepi, 1 baris orang mendarat di pulau, di depan mata mereka gereja dengan bangunan yang mewah membuat mereka takjub.

“Tidak sangka Venice masih menyembunyikan tempat indah seperti ini, mungkin karena terlalu terpencil jadi tidak ada yang datang, kita sangat beruntung.”

Selena berkata dengan semangat, perasaannya seperti menemukan sebuah daratan baru, disini memegang-megang disana melihat-lihat.

Parker memapah Adele turun dari kapal, “Gendonglah sebentar.”

“Baik.”

Adele mengoper anak ke dia, menggerak-gerakkan pergelangan tangan, seperti juga penasaran dengan pulau yang ada di depan mata.

Dia mengeluarkan sebuah panduan perjalanan dari kantongnya,mencari di atas peta, dia sudah menemukannya.

Sekejap, ekspresi ketakutan muncul di wajahnya.

Dia terburu-buru mengejar Parker, ingin dia segera meninggalkan tempat ini. Namun, dia baru menjulurkan tangan menarik ujung baju Parker, ia malah tiba-tiba ragu.

Melihat ke bayangan tubuh Selena, ekspresinya perlahan berubah menjadi aneh, di dalam hatinya tiba-tiba muncul sebuah ide.

“Kamu kenapa, wajahmu sepertinya tidak begitu bagus.”Parker bertanya.

“Ah? Tidak... Tidak apa-apa.”

Dia segera menggeleng-gelengkan kepala, menyembunyikan sepasang tangannya di belakang, panduan perjalanan ia remuk menjadi gumpalan, dengan ekspresi yang tetap tenang ia melemparnya ke dalam laut.

Di tengah bebatuan yang berantakan di tepi laut yang diterpa oleh ombak hitam, terdapat sebuah prasasti rusak yang miring yang tidak menarik mata.

“Pemakaman San Michele, dibangun pada abad ke 19.”

Novel Terkait

I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu