Predestined - Bab 372 Pergi Berliburlah

Dibawah aura tekanan Everett yang besar dan kuat, Aileen lebih baik mengikuti semuanya.

“Foto-foto itu.... Memang benar aku yang mengirimkannya ke Selena.”

“Aku tahu. Yang aku tanyakan ialah, dari mana asalnya?”

“Aku yang memfotonya.”

“Kapan?”

“Saat.... saat kemarin, kamu mabuk, aku memfotonya saat mengantar mu pulang.”

Alis Everett mengerut,dengan nada bicara yang dingin, “Kenapa aku tidak mengingatnya?”

Aileen dengan perlahan berkata, “Kamu mabuk, tentu saja tidak ingat.”

Saat ini, fakta sudah terkuak.

Everett memang sedikit memahami, memahami alasan anak kecil itu begitu marah, pada saat yang sama, dia juga terkejut dengan cara yang digunakan Aileen.

“Sangat bagus.”

Bibir nya yang dingin mengeluarkan 2 kata, malah membuat Aileen merasakan kepanikan yang tidak bisa diucapkan.

“Everett, aku bukan sengaja ingin melakukan nya, aku sungguh tidak mempunyai pilihan lain....”

Mata pria itu semakin dingin, “Jawab aku, alasan.”

“Aku.... Aku hanya terlalu mencintai mu, aku sungguh tidak bisa tanpa mu, jadi baru lah untuk sesaat tidak bisa berpikir jernih, aku sungguh tidak ingin!”

Pandangan Everett yang dingin menuju ke wajah dia yang panik, alis nya mengerut seperti membentuk “sungai”.

“Cara mu memang sangat hebat, meninggalkan mu, ialah pilihan yang tepat.”

Selesai berbicara, ia menyimpan pandangannya, dengan dingin membalikkan badan dan pergi.

“Everett!”

Nada bicara pria yang begitu dingin dan pandangannya yang sama sekali tidak berperasaan, membuat Aileen gelisah.

Dia mengejar dengan buru-buru, dengan erat menarik tangan pria itu, ia menggeleng-gelengkan kepala dengan tidak berdaya, dengan wajah kasihan dan mengeluarkan air mata mulai menangis.

“Everett, kamu jangan pergi, aku sungguh mencintaimu sehingga berbuat demikian, haruskah Selena, tidak bisa aku kah Everett?”

Pria itu perlahan menyampingkan wajahnya, melihatnya dengan ujung mata, dalam matanya dipenuhi rasa dingin.

“Lepaskan tangan.”

“Aku tidak, aku tidak lepas, aku mohon pada mu Everett, jangan tinggalkan aku, jangan.....” Dia memohon dengan putus asa.

Bergumam sesaat, ia berkata dengan dingin.

“Aileen, kamu dan aku sudah berakhir, sebelum aku membenci mu, tahan diri sedikit.”

Bibir nya yang tipis dan dingin mengeluarkan kata-kata yang tidak berperasaan, ia mengerutkan alis, mengangkat tangan dan melepaskan tangan Aileen.

Dia pergi, sosok dia dari belakang begitu dingin, tak berperasaan dan tak tergoyahkan.

Aileen terjatuh di atas tanah yang dingin, menangis dengan putus asa, sampai asisten mendorong pintu dan masuk, benar-benar membuat ia terkejut.

“ Nona Aileen, apa yang terjadi dengan mu?”

Aileen mengigi erat bibir merah nya, setelah dipapah berdiri oleh asisten, berbicara dengan nada gemetar, “Maaf.... aku ingin, aku perlu menenangkan diri.”

Selesai berbicara, ia berlari keluar dari ruangan siaran sambil menutup wajahnya, asisten itu dalam sekejap tertegun.

Selena melewati beberapa hari ini dengan perasaan pesimis, ia tidak pernah keluar, terlebih tidak pergi ke perusahaan.

Karena Laura menelepon dan memberi tahunya, Everett pernah pergi ke perusahaan mencarinya, dan sepertinya akan pergi lagi.

Dia tidak ingin bertemu dengan Everett.

Setelah sejak turun embun , cuaca pelan-pelan mendingin, daun rerumputan ditutupi satu lapis embun beku tipis, menyampaikan bahwa pertengahan musim panas akan segera berakhir.

Di ruangan, api yang menari di dalam pemanas ruangan, 2 orang yang duduk di masing-masing sisi papan catur memperindah kuning hangat.

Selena sedang bermain catur dengan Johnny.

Tapi, Johnny hebat dalam bercatur, Selena selalu berada di situasi pasif terperangkap dalam lingkaran lawan dia, meskipun masih bisa berjuang 2 langkah, namun setelah 2 langkah, kembali masuk ke dalam jalan buntu yang baru.

Johnny mengangkat secangkir teh merah yang panas, dengan santai dan bahagia meneguknya, tersenyum melihat perempuan kecil yang sedang berpikir keras memeras otak itu.

“Jika tidak memikirkan cara lagi, aku akan menang lagi.”

Jelas-jelas sudah unggul saat itu, namun dia masih saja mengeluarkan kata-kata sombong seperti itu, sungguh menambah kekesalan orang.

Ratu dia sudah dikelilingi oleh prajurit dan jenderal lawan, tidak ada jalan keluar lagi.

Selena berpikir keras, dan pada akhirnya masih saja tidak bisa mendapatkan jalan keluar, langsung saja bertindak bodoh.

Dia mengambil prajurit Johnny, lalu memakan jenderal Johnny.

“Anak kecil, apa yang sedang kamu lakukan? Yang kamu gunakan itu prajurit ku.” Johnny bingung.

“Ratu menggunakan jurus rayuan, sukses menyihir prajurit kecil, jadi prajurit kecil bertekuk lutut pada ratu, pada saat genting berbalik memanah, membunuh sang jenderal.”

Johnny hampir memuncratkan 1 teguk air teh.

Dia tertawa pahit dan berkata, “Kamu ini jelas-jelas sedang bertindak bodoh.”

Selena merasa dirugikan dan berkata, “Jika aku tidak bertindak bodoh aku sama sekli tidak bisa menang dari mu.”

“Seni catur mu sungguh jelek hingga tidak berlogika, tidak adakah yang mengajari mu?”

“Ada, Everett pernah mengajari ku, dia sangat hebat. Aku beritahu kamu, saat ia berusia 18 tahun ia telah mengikuti.....”

Saat berkata, dia tiba-tiba menyadari sesuatu.

Dia meletakkan catur di tangannya, wajahnya suram, sedih dalam sekejap.

Johnny melihat matanya, meletakkan cangkir teh, dibatasi sebuah papan catur, menjulurkan tangannya mengelus-elus kepalanya.

“Anak kecil, bisakah kamu jangan terus bersedih, jika tidak, pergi keluar jalan-jalan, menghilangkan kebosanan.

“Berlibur kah?”

“Ya.”

“Kemana bagusnya?”

“Karena menghilangkan kebosanan, selain pemandangan indah, juga harus bisa membuat hati tenang.”

Johnny berpikir sejenak, memberi ide, “Dengar-dengar cuaca di Hokaido tahun ini tidak biasa, salju turun lebih awal, di Otaru akan diselenggarakan festival salju, lampu es disana sangat indah loh.”

Selena menggeleng-geleng kan kepala, “Ampuni saya, aku tidak ingin ke tempat yang sangat dingin lagi.”

Pepatah mengatakan, 1 hari digigit ular, 10 tahun takut akan tali sumur, kemarin di gunung Alpine, dia hampir mati di atas gunung es.

Sesaat, Johnny kembali berkata, “Jika begitu, ke Venice saja, aku pernah kesana, sana lumayan.”

“Baik, pergi ke Venice saja. Oh ya, maukah kamu dan aku bersama.....”

Perkataan belum selesai, sebuah panggilan untuk Johnny pun masuk.

“Maaf, aku asisten.”

Dia menerima panggilan itu, tidak tahu mendengar kalimat apa, setelah menutup panggilan, wajahnya di penuhi ekspresi tidak berdaya.

“Aku juga harus pergi ke luar negeri, bank Korea mengundang ku untuk menambah Firewall mereka. Oh ya, tadi kamu mengatakan apa?”

“Ah, tidak apa-apa, aku pergi sendiri.”

Johnny menaikkan bahu, “Sungguh mengecewakan, aku juga ingin pergi ke Venice lagi. Lagipula, jika bersama anak kecil, pasti akan semakin menarik.”

“Apa yang kamu katakan, tentu saja pekerjaan lebih penting, aku bisa sendiri.”

“Baik lah, semoga liburan kamu menyenangkan!”

Johnny selalu pergi sana sini bagaikan angin, mengambil jaket lalu keluar, 3 jam kemudian, Selena pun menerima pesan singkat dari nya yang dikirim dari bandara Korea.

Dan pada saat ini, ia sedang di sekolah taman kanak-kanak.

Sesaat setelah ia melarikan diri dari pernikahannya, dalam waktu 1 minggu lebih,dia belum bertemu dengan putrinya Carol。

Sebelum pergi, ia ingin melihat putrinya.

Setelah pulang sekolah, teman-teman kecil tertawa dan berlari ke pelukan ayah dan ibu, Carol menggunakan tas sekolah kecil, dengan ikatan rambut sanggul yang imut, sendiri berjalan di tengah sekumpulan orang.

“Carol!” Selena melambaikan tangan.

Anak kecil itu melihat nya, dengan lari-lari kecilnya berlari ke pelukan Selena, bagaimana pun juga tidak melepaskan tangan.

“Ibu, Carol sangat merindukan mu, kamu sudah tidak mau Carol ya?”, dia bertanya dengan mengeluh.

Hati Selena melembut, jongkok lalu menggendongnya, “Anak bodoh, apa yang kamu katakan, mana mungkin ibu tidak menginginkan mu?”

“Tapi Carol sudah lama tidak bertemu dengan ibu, aku tanya ayah, tanya ke paman pengurus rumah, mereka semua tidak memberi tahu ku, hu hu.....”

Sambil berkata, anak kecil itu ternyata merasa sedih dan menangis.

Percakapan itu, Selena yang mendengarnya merasa masam dalam hati. Ia mencium wajah Carol, hati nya sangat sedih.

Bagaimana mungkin dia tidak terpikir untuk pulang melihat putrinya, hanya saja... dia tidka ingin bertemu pria itu.

“Baik lah, sayang, menangis jadi jelek loh.”

Dia sambil mengusap air mata Carol, melihat sekeliling, melihat di depan pintu sekolah ada orang yang menjual gulali.

“Ibu membelikan mu gulali, mau makan tidak?” Ia bertanya.

Carol mengendus, matanya merah, namun masih mengangguk-anggukkan kepala.

“Mau.”

“Anak kecil, terus memikirkan makan, ayo jalan!”

Dia dengan kasih sayang mengelus-elus kepala putrinya, menggandeng tangannya pergi membeli gulali.

Pikiran anak memang sederhana, detik yang lalu menangis terisak-isak, sekali gulali di tangannya, air mata itu pun berubah jadi tawaan.

Di kursi panjang taman sekolah, ia menemani anaknya duduk.

“Ibu, kamu kapan pulang?” Tanya anak kecil itu.

Bergumam sesaat, Selena memaksakan sebuah senyuman bahagia, “Ibu sangat sibuk, takut untuk selanjutkan akan sangat jarang pulang ke rumah, tapi, aku akan sering ke sekolah melihat mu.”

Wajah kecil Carol berubah suram, “Jika begini, maka ayah sangat kasihan....”

“Dia? ”

“Ya, ibu kamu beberapa hari ini tidak di rumah, ayah seharian sangat menderita, dia minum arak sangat banyak.....”

Menderita?

Selena tertawa dingin. Perasaan menderita ini, orang yang tak berperasaan seperti dia, mana mungkin bisa?

“Nenek mu? Dia bagaimana? “ Dia tidak tahan untuk bertanya.

“Nenek sangat sedih, dulu, dia selalu menemani ku bermain, sekarang, dia diam saja.”

Selena kira-kira bisa membayangkan seberapa besar tekanan yang dirasakan Ibu Leng karena masalah ini.

Dia juga tidak ingin begini, hanya saja, akhir seperti ini, semuanya disebabkan oleh Everett sendiri.

Pada saat ini, sebuah mobil Rolls-Royce hitam perlahan berhenti di sisi jalan

Novel Terkait

Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu