Predestined - Bab 432 Keributan di Kediaman Keluarga Leng

Polisi menjelaskan padanya, "Kami mendapat laporan, ada seorang pria yang mengenakan topeng menutupi wajahmu dengan kantong jerami, lalu membawanya ke bawah jembatan di dekat sungai."

"Apa?" Tanya Selena kaget.

Ia langsung melihat ke arah tubuhnya, para perawat sudah mengganti pakaiannya dengan baju rumah sakit, namun bajunya yang sudah terkoyak-koyak di samping ranjang itu membuat dirinya sangat ketakutan.

Seketika, sebuah pikiran yang mengerikan terbesit di bayangannya.

Ia menggigit bibirnya yang pucat itu, tubuhnya yang kecil itu gemetaran, lalu mulai menangis.

"Nona, jangan menangis!" kata polisi itu.

Selena bertanya sambil menangis, "Apa, apa aku di......"

Polisi itu tak berkata apa-apa, sang perawat pun langsung berjalan ke arahnya dan berkata, "Nona, jangan khawatir, kami sudah memeriksa tubuh Anda, Anda baik-baik saja."

Selena tercengang, kedua matanya memerah, "Maksudmu, aku tidak di......"

"Iya. Untung sekali. Kalau para polisi datang terlambat, tidak tahu apa yang akan terjadi pada Anda."

Aduh, hampir saja ia mati terkejut, kalau dia benar-benar di...... ia pasti sudah tak bisa hidup lagi!

Sambil terisak-isak dan mengusap air matanya ia berkata, "Siapa yang menculikku, apa sudah diselidiki?"

"Maaf, saat kami sampai di sana, sang pelaku sudah melarikan diri. Tapi tak perlu khawatir, kami pasti akan menangkapnya."

"Terima kasih banyak!"

"Sekarang, kami butuh bantuanmu. Tolong beritahu kami alur kejadiannya secara detail......"

Selena menceritakan semua kejadian sebelum ia kehilangan kesadarannya, setelah mencatat keterangan dengan lengkap, kedua polisi itu pun pergi.

Sang perawat memberitahu Selena, ada seseorang yang mengatakan bahwa dirinya adalah pengurus rumah Keluarga Leng sudah dikontak rumah sakit, sebentar lagi ia akan datang untuk menjemputnya.

Selena duduk di atas ranjang rawat dengan santai, setelah sang pengurus rumah datang untuk menjemputnya, ia hanya menceritakan apa yang ia alami malam itu.

Ia berpikir keras, siapa yang berani melakukan hal ini padanya?

Musuh yang sengaja merencanakan ini semua, atau hanya kebetulan bertemu dengan orang jahat saja?

Selena benar-benar tidak mengerti, ia hanya bisa berharap polisi bisa segera menemukan pelaku itu, orang seperti itu benar-benar menakutkan.

Tak lama, handphone yang diletakkan di atas baju-baju robek itu berbunyi, Laura yang menelepon.

"Lena, akhirnya kau angkat juga, aku sudah meneleponmu semalaman."

"Ada apa Laura?"

"Kau...... Kau lupa hari ini hari apa?"

Setelah mendengarnya, Selena pun tercengang.

Gawat! Hari ini adalah hari pernikahan Laura dan Louis, kenapa ia bisa lupa pada hal ini!

"Aku tak bisa menemukanmu di pesta pernikahan, kutelepon juga tak kau angkat, aku benar-benar panik, kenapa kau tidak datang?"

Dengan kesal Selena pun berkata, "Maaf, Laura, aku sedang ada masalah."

"Hah? Masalah apa, kau tak apa-apa kan?"

"Aku tidak apa-apa, tapi...... Aku melewatkan pernikahanmu, maaf sekali."

"Ya sudah, mau bagaimana lagi kalau kau sedang tertimpa masalah, tak usah kau pedulikan, aku akan membawakan bingkisan pernikahanku padamu."

Meskipun Laura berkata tidak apa-apa, namun Selena tetap bisa mendengar rasa kekecewaan dari ucapannya itu.

Dipikir-pikir memang semestinya seperti itu, mereka adalah sahabat terdekat, namun karena tertimpa sial, ia malah melewatkan pernikahan sahabat baiknya itu, benar-benar kesal rasanya.

Pintu kamar itu pun terbuka, sesosok pria paruh baya berkemeja rapi masuk ke dalam.

"Nyonya."

"Paman pengurus rumah, akhirnya kau datang menjemputku."

"Iya, Nyonya. Aku sudah mendengar semuanya, benar-benar menakutkan, apa Anda baik-baik saja?"

Selena menghela nafasnya, "Lumayan. Untung saja polisi datang menolongku, meskipun agak sedikit sial, tapi yang penting tidak terjadi apa-apa."

Pengurus rumah itu pun menatap Selena dengan sedih, sorotan matanya penuh dengan rasa bersalah, sepertinya ia ingin mengatakan sesuatu, namun tidak bisa membuka mulutnya.

"Kenapa, paman pengurus rumah, sepertinya ada yang ingin kau bicarakan?" tanyanya.

"Tidak ada apa-apa. Nyonya, ayo kita pulang."

Dalam perjalanan, si pengurus rumah membawa mobil dengan sangat tenang, Selena yang duduk di belakang melihat ke arah luar jendela sambil menopang dagu dengan tangannya.

Tiba-tiba ia bertanya, "Paman pengurus rumah, apa...... Everett dan Ibu tahu akan hal ini?"

Setelah diam beberapa saat, sang pengurus rumah pun berkata, "Mungkin saja masih belum tahu."

Benar juga, Everett sekarang sedang rapat di New York, sedangkan Nyonya Besar Leng sejak ia pensiun, ia selalu berada di rumah setiap hari, jarang sekali mengurusi masalah di luar.

Mungkin baik juga kalau mereka tidak tahu, apalagi Nyonya Besar Leng, daripada ia khawatir.

"Kalau tidak tahu, apa kau boleh tidak memberitahunya?" tanyanya.

"Baik, Nyonya."

Si pengurus rumah menjawabnya dengan nada yang sangat tenang, namun di sudut yang tak terlihat oleh Selena, ia menghela nafasnya panjang-panjang.

Nyonya Besar memang tidak tahu, tapi Tuan...... mungkin ia sudah sedang ada dalam perjalanan pulang.

Hari semakin gelap, mobil pun sampai ke kediaman Keluarga Leng, tapi bukannya melewati pintu utama, malah putar ke belakang.

Rumah Keluarga Leng sangat besar, halaman belakangnya saja sudah sebesar taman hiburan, melewati tempat sebesar ini, tentu saja Selena menyadarinya.

"Paman pengurus rumah, kenapa tidak lewat pintu utama?"

"Nyonya tidak tahu, di pintu utama sering ada seekor anjing buas yang muncul, berbahaya sekali."

"Oh begitu......"

Setelah sampai di rumah, Selena pun menaburkan kelopak-kelopak bunga mawar ke dalam bak mandinya, lalu ia melepaskan bajunya, dan merendamkan sekujur tubuhnya yang sangat kelelahan itu ke dalam bak mandi.

Air yang hangat membuat semua pori-porinya terbuka, kulitnya pun juga perlahan-lahan berubah menjadi merah.

Ia memandangi dirinya sendiri dari kaca, tiba-tiba ia mengerutkan keningnya.

Di dekat lehernya, ada sehelai rambut.

Dengan bingung ia menegakkan rambut itu, lalu melihatnya dengan seksama, rambut ini sangat pendek dan lebih tebal dari rambutnya, jelas itu bukan rambutnya sendiri.

Selena menatap rambut itu sambil melamun, tiba-tiba ia teringat bahwa ia sempat melakukan perlawanan pada orang jahat itu, mungkin...... rambut itu adalah rambut orang jahat itu.

Ia pun menyimpan rambut itu dengan baik sebagai bukti. Lalu ia membasuh tubuhnya dengan kuat, seperti ada kotoran yang menempel di tubuhnya.

Tentu saja seperti itu.

Tiap kali ia membayangkan dirinya dibawa oleh orang gila ke bawah jembatan, lalu bajunya disobek-sobek, ia merasa jijik dan mual.

Di lantai bawah, si pengurus rumah tak henti-hentinya berputar-putar di ruang tamu, wajahnya tampak sangat panik.

Seorang pembantu pun berjalan ke arahnya dan berkata, "Pak pengurus rumah, para wartawan masih berkumpul di depan pintu besar, bagaimana ini?!"

"Apa? Masih belum pergi?"

"Iya! Makin lama makin bertambah banyak!"

Pengurus rumah pun semakin panik, ia tak punya cara lain lagi, si pembantu pun berkata, "Atau, aku carikan beberapa orang untuk mengusir mereka?"

"Jangan! Kalau begitu, pasti Nyonya akan tahu! Panggil beberapa orang untuk menjaga pintunya, jangan sampai ada satu orang pun yang masuk!"

"Baik!"

Si pengurus rumah pun menghela nafas panjang sambil melihat ke arah pintu utama dan tembok besar itu.

Nyonya baru saja mendapat masalah, ia pasti sangat ketakutan...... Ia pasti akan mencegah para wartawan itu menemukannya, kalau tidak ia pasti akan sangat terpukul!

Setelah mandi, Bibi Mei mengantarkan makan malam ke kamarnya, setelah makan beberapa sendok, Selena meletakkan sendoknya lagi.

Ia melihat jam dindingnya, seperti biasa, ini adalah waktunya untuk menelepon Everett.

Ia duduk di sebuah sofa yang sangat empuk, lalu mencoba mem-video call Everett, ia berpikir, sebaiknya ia tidak menceritakan masalah ini pada Everett.

Bagaimanapun, ia sekarang berada di New York, masalah pembelian itu sudah sangat rumit dan memusingkan, kalau tidak ia tak mungkin pergi sendiri ke sana, sebaiknya Selena tidak mengganggunya.

Namun, panggilan telepon itu sama sekali tidak diangkat.

"Aneh, apa dia sedang sibuk?"

Selena mencobanya lagi, tetap saja tidak bisa, lalu tiba-tiba ia pun merasa mengantuk dan ingin tidur.

Di kejauhan, sebuah sinar lampu menyorot kemari, beberapa mobil mewah pun datang ke depan pintu utama kediaman Keluarga Leng, namun di depan pintu ada banyak mobil wartawan, para wartawan itu mengepung pintu utama sampai tak ada jalan untuk lewat.

Supir dalam Rolls Royce yang berada di barisan paling depan pun menekan klakson mobilnya, tiba-tiba ada seseorang yang berteriak dan berkata.

"Princeton Leng!"

Lalu, para wartawan itu pun segera mengelilingi mobil Rolls Royce itu, mereka terus memotret sesosok pria paruh baya di dalam mobil itu tanpa mengulur waktu, sinar kamera yang menyilaukan itu membuat sang pria pun marah.

"Dasar orang-orang menyebalkan! Kenapa kau diam saja, cepat masuk ke dalam!"

Pintu gerbang pun terbuka perlahan-lahan, mobil-mobil itu akhirnya bisa masuk ke dalam taman rumah, para wartawan yang gila itu awalnya ingin ikut masuk ke dalam, namun suara lolongan anjing yang menyeramkan dari dalam sana menghentikan langkah kaki mereka.

Di dalam taman, seekor anjing besar dan ganas yang ditarik oleh dua orang pembantu rasanya sudah hampir mau lepas dan tak tahan lagi untuk maju ke depan.

Bagaimanapun, tak ada seorang pun yang ingin menjadi santapan malam untuknya.

Novel Terkait

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu