Predestined - Bab 429 Hanya Lelucon

"Oh ya? Coba kulihat."

"Nih." kata Selena sambil menyodorkan handphonenya.

Dengan bingung, CEO Zhang pun berkata, "Oh, ternyata benar, tengah malam seperti ini, tak mungkin bukan hal yang sangat amat penting, tapi kenapa aku tidak dapat?"

Selena pun mengambil kembali handphoneya, "Atau, kita pergi tanya bersama?"

"Boleh, mungkin saja benar-benar ada sesuatu yang penting."

Kedua orang itu pun berjalan bersama sambil bercakap-cakap, saat melewati lorong, seluruh tim ekspedisi pun terbangun oleh suara percakapan mereka, dan mereka pun keluar ruangan dan bertanya-tanya.

Saat mengetahui sang walikota ingin mengatakan suatu hal penting, semua orang pun segera bergegas mengganti pakaian dan ikut berjalan ke ruangannya, semua orang itu pun berdiri di depan pintu ruangan itu.

Selena mengangkat tangannya dan mengetuk-ketuk pintu, "Parker Ji, apa kau tertidur?"

Tak lama, pintu kamar pun terbuka, melihat segerombolan orang berdiri di depan pintunya, Adele pun terkejut.

"Ka, kalian......"

Selena bertanya, "Apa Parker sudah tidur?"

"Kenapa?"

"Bukankah dia mengirimkan pesan dan berkata ada suatu hal penting yang ingin dibicarakan? Mana orangnya?"

Adele pun berdiri tercengang di belakang pintu, bibirnya sedikit gemetaran, ia tak bisa berkata apa-apa.

Kenapa...... Kenapa malah jadi seperti ini?

Menyadari bahwa dirinya mungkin akan ketahuan, Adele pun segera menyadarkan dirinya.

Dengan panik ia berkata, "Tidak mungkin, Parker sedang tidur di dalam, ia sama sekali tidak mengirimkan pesan pada kalian, jangan berkumpul di sini, kembalilah ke kamar masing-masing!"

Mendengar perkataan Adele, Selena pun merasa ada yang aneh, para anggota tim ekspedisi yang lainnya malah terlihat sangat kesal.

"Aneh, apa yang terjadi?"

"Iya, tengah malam seperti ini......"

Tiba-tiba, sebuah suara yang bertanya-tanya pun terdengar di sana.

"Apa yang kalian lakukan?"

Adele tersentak kaget, wajahnya memucat, dengan kaku ia pun melihat ke belakangnya.

Melihat kejadian itu, Parker yang sedang mengenakan sebuah jaket tebal itu mengerutkan keningnya.

Adele segera berkata, "Tidak ada apa-apa, Parker, tidur saja lagi, aku akan menyuruh mereka pergi!"

"Diam."

Pria itu menatap Adele dengan dingin, lalu ia memindahkan sorotan matanya pada Selena, "Lena, katakanlah."

Jujur saja, Selena sekarang juga sangat binging.

"Aku mendapatkan pesan darimu, kau bilang ada hal penting yang ingin kau bicarakan, oleh karena itu...... semua orang langsung segera datang kemari setelah mendengarnya."

"Mana pesannya?"

Selena memperlihatkan pesan itu padanya, Parker terdiam sejenak, wajahnya tampak sangat mengerikan.

Ia pun mengerti apa yang terjadi.

"Bubarlah, aku yang salah kirim, kembalilah dan istirahatlah kalian semua."

Para pebisnis itu pun membubarkan diri dan kembali ke kamar masing-masing, melihat wajah Selena yang penuh dengan pertanyaan, Parker pun mengangkat kepalanya, "Sudahlah, Lena, cepat istirahat sana, besok masih ada jadwal lainnya."

"...... Oh, kalau begitu kau juga cepat istirahat."

Selena kembali ke kamarnya dengan penuh tanda tanya.

Benar-benar, apa yang sebenarnya terjadi tengah malam seperti ini?

Ia berjalan ke samping ranjangnya, lalu melepas jaketnya dan masuk ke dalam selimut, namun tiba-tiba ia melihat mata Everett yang terbuka lebar.

"Kau terbangun?" tanyanya sambil tersenyum.

"Di luar seribut itu, tak mungkin kalau tak bangun."

Selena memeluk tubuh hangat sang pria seperti seekor kera, berusaha merasakan kehangatan dari tubuh sang pria itu.

"Huh, kukira ada masalah apa, ternyata hanya salah paham saja, hampir saja aku mati kedinginan."

"Tidurlah." Everett tak berkata apa-apa lagi, lalu menutup matanya.

"Iya."

Sang wanita yang berada di dekapnya itu memeluknya dengan erat, menempelkan kepalanya ke dadanya, merasakan kehangatan yang mengalir dari tubuh pria itu.

Sampai akhirnya Selena tertidur pun, Everett masih terbangun.

Seumur hidupnya, ini pertama kalinya ia merasa dirinya sangat amat bodoh, bodoh sampai-sampai ia mempercayai ucapan Adele, bisa-bisanya wanita itu menanamkan duri di hatinya.

Ia menatap wanita yang berada di dalam pelukannya itu, wajahnya tampak sangat cantik.

Wanita ini sangat seenaknya sendiri, terkadang juga sangat tidak dewasa, tapi, ia tidak pernah melakukan sesuatu yang tidak benar.

"Maaf." katanya.

Satu kata yang pendek ini, terdengar sangat jelas di dalam kegelapan malam yang tenang itu.

Namun sepertinya Selena tidak dengar, ia hanya mengecap-kecapkan mulutnya, dan berbisik pelan, entah makanan lezat apa yang sedang ia impikan sekarang.

Tiba-tiba, suasana seisi kamar sebelah pun terasa sangat berat.

Sang pria berdiri di depan jendela, dengan marah ia bertanya.

"Beritahu aku, apa yang terjadi."

Adele berdiri terdiam di sana, melihat sosok pria di depan jendela yang sama sekali tak bergerak itu, wajahnya pun memucat.

"Parker......"

"Aku ingin mendengar penjelasanmu!"

Parker membalikkan kepalanya, wajahnya tampak sangat mengerikan, "Beritahu aku, apa yang sudah kau lakukan?"

Adele terkejut mendengar suara Parker yang tiba-tiba meninggi itu, ia pun terbata-bata,

"Parker, aku...... Aku tidak melakukan apa-apa."

"Tidak melakukan apa-apa? Apa aku sendiri yang mengirimkan pesan itu pada Lena saat aku tertidur? Apa aku boleh berpikir begitu. katakan padaku?"

Biasanya Parker adalah seorang pria yang sangat sopan, Adele benar-benar ketakutan, karena, ia belum pernah melihat pria ini marah.

"Maaf, Parker, aku...... Aku yang melakukannya!"

Karena sudah tak bisa ditutup-tutupi lagi, Adele pun mengatakan yang sejujurnya.

Parker bertanya dengan dingin, "Beritahu aku, apa yang ingi kau lakukan? Kenapa kau mengirimkan pesan pada Lena tengah malam menggunakan handphoneku dan mengajaknya untuk bertemu di kebun belakang hotel?"

Tubuh sang wanita pun gemetaran.

Sejenak, jantung Adele berdetang kencang.

Tidak boleh memberitahunya! Jangan sampai Parker tahu ia ingin menggunakan Everett untuk menghikup Selena, kalau tidak, Parker pasti tidak akan mengampuninya!

Pikirkan baik-baik...... Pikirkan sebuah alasan yang bagus!

Melihat wajah pucatnya tak berkata apa-apa, Parker pun marah besar, ia mencengkeram tangan Adele, lalu bertanya dengan galak.

"Kenapa tidak bicara?"

Mendengar sentakan itu, mata Adele pun memerah, dan mulai menangis.

Parker tercengang, "Kenapa kau menangis?"

"Parker." kata Adele sambil menangis, "Maaf, aku yang terlalu egois, aku hanya ingin membuat lelucon saja, aku hanya ingin membohongi Selena agar dia ke kebun belakang di cuaca yang dingi seperti ini......"

"Lelucon?" Parker tidak mengerti, "Kenapa ingin mempermainkannya, apa Lena pernah mengganggumu?"

Tangisan Adele bertambah keras, air matanya terus mengalir pada wajah pucatnya itu, dengan suara seraknya ia berkata.

"Aku yang terlalu jahat, aku hanya merasa meskipun aku selalu berbuat baik padamu, tapi kau tetap saja bersikap dingin padaku, tapi kau selalu bersikap lembut pada kakak, mungkin karena aku terlalu mencintaimu, makanya aku cemburu......"

"Kau...... Omong kosong!"

"Bruk......", Adele menjatuhkan dirinya ke lantai, memegangi tangan sang pria, sambil berlinang air mata ia menatap wajah sang pria yang sangat mengerikan, memohon dengan sungguh-sungguh.

"Parker, maafkan aku, aku tahu aku salah, aku pasti akan mengubah sifatku, aku akan berusaha agar bisa menjadi lebih perhatian dan lembut, aku akan berusaha berubah menjadi seperti yang kau inginkan!"

Adele menangis tersedu-sedu, air matanya bercucuran ke lantai, juga ke tangan Parker.

Parker menarik tangannya dengan dingin, namun segera dipegang erat kembali oleh Adele.

"Parker...... Maafkan aku ya, demi anakmu!"

Meskipun hatinya sangat marah, meskipun ia sangat tidak suka pada wanita yang berlutut dan memohon-mohon padanya ini, namun ia juga bukanlah seorang pria yang berhati batu.

"Cukup, berdirilah."

Meskipun sang pria itu malas untuk melihatnya, meskipun nada bicaranya terdengar sangat dingin, Adele tetap merasa masih punya sedikit harapan.

Ia mengusap air matanya, lalu bangkit berdiri dan berkata.

"Parker, apa kau mau memaafkanku?"

Parker tidak menjawab, ia melepas jaketnya, lalu langsung berbaring di atas ranjang.

"Besok, bereskan barangmu lalu pulanglah."

"Baik, aku pulang, besok aku langsung pulang!"

Adele langsung menyetujuinya, ia tak berbuat apa-apa lagi, namun setelah sang pria tertidur pulas, ia mengepalkan tangannya erat-erat.

Awalnya ia datang ke Kota N ini agar ia bisa memberi Selena pelajaran, namun tak disangka, hanya karena sebuah pesan saja, bukan Selena yang celaka, malah dirinya sendiri yang kena batunya!

Ia sudah tahu.

Ia tahu sikap Parker padanya, kalau malam ini ia tidak memohon-mohon pada Parker, mungkin Parker sungguh ingin mengajukan cerai.

Keesokan paginya, Selena mulai terbangun.

Dengan setengah sadar, ia meraba-raba selimutnya, lalu menggulungkan tubuhnya di dalam selimut itu, sisa kehangatan yang tersisa di dalam selimut itu membuatnya tersadar perlahan-lahan.

Terdengar suara seseorang yang sedang memakai pakaian di telinganya, ia pun menoleh ke arah suara itu.

Sang pria mengenakan jas hitamnya, sangat rapi dan bersih, cocok dengan aura dinginnya.

Selena mengusap-usap rambutnya yang berantakan dan duduk, suaranya terdengar pelan.

"Kau bangun sepagi ini?"

Novel Terkait

His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu