Predestined - Bab 405 Kemalangan

“Jangan asal bicara!” Parker Ji sedikit cemberut.

“Lena, kamu adalah ibu Carol. Kalau kamu sendiri begitu pesimis, apalagi yang bisa kita perbuat?”

Setelah terisak beberapa saat, Selena Xu memandang bulan yang bersinar di langit malam, dan menutup matanya dengan perasaan pedih.

“Tuhan jagalah dia, selama Carol baik-baik saja, aku rela membayar berapapun...”

Melihat wanita yang rapuh ini di depannya, hati Parker Ji terasa pedih.

Ia mengepalkan tangannya, matanya menunjukkan keteguhan, seperti nada bicaranya.

“Lena, tenanglah, aku pasti akan menangkap David Zhong, apapun yang harus kulakukan. Aku bersumpah.”

Pria yang selalu terlihat hangat dan kalem ini, ternyata bisa mengeluarkan suara yang begitu gagah.

Selena Xu membuka matanya yang kabur karena air mata, dan menatapnya dengan diam.

Matanya berkilat.

“Terimakasih... Parker.”

Pada saat itu, di sebuah gubuk yang terabaikan.

David Zhong sedang duduk di depan sebuah meja bobrok, menyisip minuman keras, namun matanya tetap waspada.

Sebuah suara tangisan terdengar, dan ia dengan tidak sabar memandang ke tumpukan jerami di ujung ruangan.

Di tengah malam, suhu udara di gunung sangat rendah. Carol memeluk dirinya sendiri, tubuh kecilnya meringkuk, kedua matanya penuh air mata, ia terus-terusan menangis.

“Menangis terus! Menangis lagi dan aku akan melemparmu keluar!” dengan cemberut ia mengancam.

Carol gemetar karena ketakutan, ia menahan tangisnya, wajahnya memerah.

Di sebelahnya, Robby jauh lebih tenang.

Mata berwarna biru laut yang indah itu menatap Carol, lalu menatap David Zhong yang jahat dan kejam.

“Jangan mengancamnya, ia seorang anak yang penakut.”

“Siapa yang menyuruhnya menangis tak henti-henti?”

“Paman, menculik adalah sesuatu yang ilegal.”

David Zhong terkikik, “Bocah ingusan, tahu apa kau! Kalau aku takut melanggar hukum, untuk apa aku menangkap kalian!”

Anak lelaki yang tampan itu mendesah, lalu ia berusaha berdiskusi.

“Paman, aku tahu, kau dan orangtuaku ada perselisihan. Tapi menangkapku saja sudah cukup, tidak perlu menangkap adikku.”

“Apa?” David Zhong terkejut. “Gadis ini adalah adikmu?”

“Ya.”

“Ingin membodohi siapa kau! Gadis ini adalah putri Everett Leng dan Selena Xu, tapi kau... kau jelas-jelas berdarah campuran.”

“Paman, ayahku adalah Everett Leng, ibuku orang Italia. Walaupun mereka tidak menikah, namun ayahku jauh lebih menyayangiku daripada adikku.”

David Zhong terkejut, ia merasa sungguh kebetulan.

Awalnya, ia hanya ingin menangkap Carol.

Saat itu, kedua anak itu sedang bermain di pinggir jalan. Saat ia memasukkan Carol ke dalam mobil, anak lelaki itu memegangi tangan gadis itu erat-erat, tak mau melepasnya. Karena waktunya sangat mendesak, akhirnya ia menangkap keduanya.

Tak terpikir, rupanya anak lelaki ini adalah anak haram Everett Leng, pantas saja ia sangat melindungi adiknya.

Carol menatap Robby dengan ekspresi kosong, matanya yang basah berkedip-kedip, gadis itu merasa heran.

Bagaimana bisa ayahnya tiba-tiba menjadi ayah Robby?

Robby Mo membuat tanda “Diam” dengan tangannya, mengisyaratkannya untuk tidak berbicara.

Ia lalu berkata, “Paman, tolong lepaskan adikku, aku akan tetap disini sebagai tawanan.”

“Tidak!” David Zhong langsung menolak. “Bocah, jangan omong kosong, jujurlah, atau aku akan memukulmu!”

Melihat tak ada celah lagi untuk berdiskusi, Robby Mo tak mengatakan apapun lagi.

Ia menggenggam tangan Carol, dan merendahkan suaranya.

“Maaf, aku 2 tahun lebih tua darimu, tapi tak bisa melindungimu.”

“Lalu... apa yang harus kita lakukan?”

“Tak ada cara lain, hanya menunggu.”

Carol merasa sedikit kecewa, lalu saat itu ia teringat ayah ibunya, hatinya menjadi lebih sedih, dan kembali menangis.

“Sst.” Robby Mo berbisik, “Jangan menangis, kalau kita membuatnya jengkel, ia akan benar-benar memukul kita.”

Carol terisak, sambil menangis ia berkata, “Aku rindu ayah dan ibu...”

Robby Mo mengusap kepalanya seperti seorang kakak lelaki.

“Carol, jangan menangis, pasti ada orang yang akan menolong kita, tunggulah dengan sabar, oke?”

“Hmm.” Carol menyedot hidungnya.

Waktu berjalan semenit demi semenit, David Zhong mengangkat tangannya untuk melihat jam.

1 jam telah berlalu.

Di ruang tamu Tuan Leng, telepon berdering.

Everett Leng dengan cepat mengangkatnya.

“Tuan Leng, uang yang kuminta, tentunya sudah disiapkan?”

Sambil memandang 2 koper penuh uang di atas meja, Everett Leng menjawab, “Sudah siap.”

“Benar-benar Tuan Leng, bekerja dengan cepat.”

Everett Leng mengerutkan alis, “Bagaimana aku menyerahkannya padamu?”

“Dengar, datanglah ke paviliun Gunung Barat, hanya kuberi kau waktu 30 menit.”

Setelah kalimat itu, telepon terputus. Polisi yang bertugas mengawasi terlihat putus asa.

Parker Ji melepas earphone nya dan bangkit berdiri.

“Kalian semua mendengarnya? Paviliun Gunung Barat, David Zhong berada disana, segera bergerak!”

Satu persatu para polisi keluar dari ruangan, Parker Ji menatap Everett Leng, “Tuan Leng, bawa uangmu dan ikut dengan kami.”

Tanpa bicara, Everett Leng mengambil 2 koper berat itu.

Di dalamnya, seperti yang David Zhong minta, terdapat uang 40 miliar.

Selena Xu mengikuti di belakang Everett Leng. Pria itu berjalan 2 langkah, lalu menoleh kepadanya.

“Kamu benar-benar mau ikut?” ia bertanya.

“Tentu! Aku ingin menyelamatkan putriku. Kalau kau menyuruhku hanya duduk disini menunggu, tidak bisa!” ia mengusap air matanya dan berkata dengan keras kepala.

Everett Leng tak mengatakan apa-apa, ia berjalan keluar dengan cepat. Roy Mo juga mengikutinya, dan rombongan ini dengan cepat berangkat menuju Paviliun Gunung Barat.

Sepanjang jalan, hati Selena Xu semakin panik.

Ia sangat khawatir terhadap Carol. Ia tak sabar melihatnya dan memeluknya.

Di sisi lain, Everett Leng menyetir dengan diam, setengah bagian wajahnya tertutup bayangan gelap.

Sejak awal munculnya masalah, ia menunjukkan ketenangan yang luar biasa.

Bagaimanapun, tangannya yang memegang setir berkeringat.

Saat itu, sebuah panggilan masuk ke ponselnya.

Ia mengangkat teleponnya, tak tahu apa yang didengarnya, ekspresinya menjadi suram.

Selena Xu menyadari perubahan raut wajah pria itu, dan setelah telepon ditutup, ia bertanya.

“Siapa yang menelepon?”

“David Zhong.”

Begitu ketiga kata itu keluar dari mulutnya, Everett Leng melambatkan laju kendaraan sampai berhenti.

“Dia... apa lagi yang dia katakan?” Selena Xu gugup.

“Pria itu sudah menduga kita akan memanggil polisi, maka ia memberikan alamat palsu sebelumnya, sekarang ia menyuruh kita untuk meninggalkan polisi dan pergi ke dermaga sendirian.”

“A... apa?” ia terkejut.

“Dia jauh lebih licik dari yang kita sangka.”

“Kita harus segera memberitahu Parker Ji tentang hal ini.”

Selena Xu merasa panik sesaat, sambil gemetaran ia mengeluarkan ponselnya, namun sebelum ia menelepon, ponselnya direbut oleh Everett Leng.

“Apakah kamu gila?” Everett Leng menyipitkan matanya dan memandangnya.

“Ke...kenapa?”

“Ia berkata, kita harus memberikan uangnya sendiri. Jika terlihat 1 polisi saja, kesempatan ini hangus.”

Selena Xu membeku seperti es.

“Kurang ajar!”

Everett Leng melihat mobil-mobil polisi bergerak menjauh, lalu memutar arah mobilnya menuju dermaga.

Selena Xu merasa semakin sedih dan mengkhawatirkan kedua anak itu. Ia diam-diam menangis.

“Mengapa... mengapa kedua anak ini mengalami hal seperti ini, sungguh kejam.”

Wajah Everett Leng menegang, bibir tipisnya hampir membentuk garis lurus, menandakan ia sedang menahan emosi.

“Everett Leng, aku sungguh menyesal. Kalau saja aku tidak datang ke pesta itu...”

Selena Xu meratap, dan berbicara tidak jelas. Everett Leng mengerutkan alis.

“Cukup!”

Pundak Selena Xu bergetar, matanya menatapnya.

“Di saat seperti ini, apakah menangis ada gunanya?” Wajahnya dingin, matanya berkilat.

“Tapi... tapi aku tidak bisa menahannya.”

“Tidak tahukah kamu, tangisanmu membuatku sebal?” ia berkata dengan dingin, rupanya pikirannya sedang sangat kacau.

Selena Xu menggigit bibirnya yang pucat, wajahnya penuh kesedihan.

Tak lama, mobil itu tiba di dermaga.

Angin bertiup sejuk, di kegelapan, terlihat sesosok bayangan berdiri di dermaga.

Everett Leng menghentikan mobilnya, dalam cahaya lampu mobil, muncul wajah David Zhong yang dipenuhi kebencian.

Kedua tangannya masing-masing menggandeng satu anak, Carol dan Robby, keduanya baik-baik saja.

“Carol!” Selena Xu meneriakkan nama putrinya dengan hati yang pedih, Carol juga menangis penuh air mata.

“Ibu, tolong aku ibu!”

Novel Terkait

More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu