Predestined - Bab 430 Bachelor Party yang Ramai

Everett menatapnya, sambil mengenakan dasinya ia berkata.

"Aku harus pergi."

"Ke mana?"

"New York, ada rapat dengan sebuah perusahaan sumber daya baru untuk membicarakan masalah pembelian."

Mendengar perkataan Everett, Selena merasa sedikit tidak rela, juga kecewa.

Ternyata, ia benar-benar hanya kebetulan lewat dan datang untuk menjenguknya sebentar saja, ia kira ia sengaja datang ke sini untuk melihatnya, sampai-sampai ia merasa sedikit terharu.

"Kapan tim ekspedisi kalian pulang?" tanyanya.

"Tak lama lagi, dalam beberapa hari ini. Kalau kau, kau akan tinggal di New York berapa hari?"

"Lihat situasinya, dalam satu minggu ini."

Kata sang pria sambil mengenakan jam Rolex emasnya, jam mahal itu membuatnya terlihat lebih berwibawa.

"Tunggu sebentar!"

Selena turun dari ranjangnya, lalu merapikan dasi Everett.

"Lihat, dasimu miring."

Tubuh Selena tidak tinggi, ia sangat kecil dan pendek, saat ia membantu Everett merapikan dasinya, wajahnya terangkat ke ats, sepasang mata besarnya yang hitam sangat berkilau, seperti mutiara.

Rupanya yang sangat imut itu, membuat orang yang melihatnya tidak pernah merasa bosan.

"Sudah, sekarang sudah rapi."

Setelah merapikan dasi Everett, ia mengangguk-anggukkan kepalanya dengan puas, baru saja ia mau menarik tangannya kembali, Everett menariknya ke depan.

Everett menatap wajahnya yang kebingungan itu, lalu bertanya.

"Apa kau dengar perkataanku tadi malam?"

"Tadi malam?" Ia mengedip-kedipkan matanya, "Apa yang kau katakan tadi malam?"

Sepertinya, ia tidak dengar, baguslah.

"Bukan apa-apa."

"Tidak bisa!" kata Selena, "Apa yang kau katakan! Kau pasti mengatakan sesuatu!"

"Sudah kukatakan, tidak ada."

"Siapa yang percaya! Apa kau mengatai wajahku jelek saat aku tertidur pulas, seperti babi atau apalah...... Katakan padaku!"

Everett tersenyum sedikit.

"Selamat, Anda benar."

Selena tercengang, ia sangat kesal, lalu memukul-mukul pria itu dengan kepalan tangannya, dengan kesal ia berkata.

"Dasar Everett Leng, ternyata benar kau mengataiku yang jelek-jelek saat aku tertidur, jangan harap kau bisa pergi kalau kau tidak minta maaf padaku!"

Everett menaikkan alisnya, "Kau ingin aku meminta maaf?"

"Tentu saja!"

Baru saja selesai bicara, kepalanya ditahan oleh tangan besar sang pria, tanpa sadar, wajah tampan sang pria itu sudah menempel pada wajahnya sendiri.

"Kau...... Uh!"

Everett menicumnya tanpa mempedulikan perlawanan dan wajah kecilnya yang memerah itu.

Sampai merasa puas, barulah Everett melepaskannya, nafas Selena terengah-engah, dengan marah ia berkata.

"Everett Leng, apa yang kau lakukan!"

Everett mengusap bibir tipisnya itu dengan ibu jarinya, lalu tersenyum licik.

"Kau yang menyuruhku meminta maaf padamu, inilah caraku meminta maaf."

"Kau...... Mata keranjang, tak tahu malu, tak punya etika, seenaknya sendiri!"

"Terima kasih atas pujiannya."

Sang pria pun mengambil tas kopernya, tiba-tiba ia merasa wajah Selena yang memerah itu sangat amat imut, setelah ia mencubit-cubit pipinya sejenak, ia pun berjalan keluar dari kamar itu.

Setelah tersadar, Selena segera mengejarnya keluar, namun bayangan pria itu sudah hilang dari lorong itu.

Ia berdiri di lorong sambil melamun, tanpa sadar ia meraba-raba pipinya yang tadi dicubit oleh Everett.

Tenaga pria itu sedikit terlalu keras, pipinya terasa sedikit sakit. Tapi entah kenapa, ia merasa wajahnya sangat panas, dengan marah bercampur malu, ia berkata.

"Dasar tak tahu malu......"

Pintu di seberangnya pun terbuka, Adele berjalan keluar sambil membawa tas kopernya.

Lalu, kedua orang itu pun saling bertatapan mata.

"Adele, kau mau pergi?" tanya Selena sambil melihat tas koper yang berada di tangan Adele.

Dengan ketus ia menjawab, "Iya."

"Bukankah kau datang untuk menemani Parker, kenapa baru saja datang langsung mau pulang?"

"Tak usah mengurusi urusanku, urusi saja urusanmu sendiri!"

Kata Adele dengan dingin, sikapnya yang ketus itu terlihat sangat tidak ramah dan membuat Selena tercengang.

"Aku? Ada apa denganku?"

"Ada apa denganmu, hanya kau sendirilah yang tahu!"

Lalu, Adele melotot ke arahnya dan pergi dari situ, meninggalkan Selena berdiri sendirian di lorong itu.

Tiba-tiba, ia merasa sangat bingung.

Kenapa sih, apa Adele kurang tidur kemarin?

Setelah itu, ia pun berjalan masuk ke kamar Parker, pria itu sedang membereskan tas kerjanya, setelah mendengar suara langkah kaki yang datang, ia pun mengangkat kepalanya, wajahnya yang kaku itu pun berubah tenang.

"Lena, ada apa?"

Selena bertanya dengan pelan. "Tadi aku lihat Adele......"

Ekspresi wajah Parker berubah, ia menghentikan tangannya, lalu beberapa detik kemudian, ia melanjutkannya lagi.

"Tak usah kau pedulikan." katanya pelan.

Baru saja Selena ingin bertanya lagi, Parker sudah selesai membereskan barangnya, lalu berjalan kemari.

"Apa kau sudah siap? Hari ini kita masih ada jadwal lagi."

"Iya...... Sudah."

"Kalau begitu ayo berangkat, yang lain sudah menunggu di lobby."

Selena tahu, Parker tak ingin membicarakannya, bahkan ia sengaja mengalihkan pembicaraan.

Namun, meskipun ia tidak mengatakannya, ia bisa menebak apa yang terjadi.

Dua orang ini pasti bertengkar.

Selama di Kota N beberapa hari ini, Selena sempat menelepon Laura.

Di dalam telepon itu, Laura memberitahunya bahwa ia sudah memutuskan untuk menikah dengan Louis, mereka juga sudah memilih hari yang tepat.

Selena sangat senang mendengar pasangan musuh bebuyutan ini bisa berbahagia, di malam saat tim ekspedisi kembali ke Kota Bin, Selena langsung menerima undangan "Bachelor Party" Louis.

Malam itu sangat ramai, petinggi-petinggi kantor mereka semua berkumpul di ruangan mewah di sebuah hotel yang sangat besar.

Dari luar pun bisa terdengar suara teriakan kemeriahan pesta di dalam.

Selena membuka pintu itu, tiba-tiba keramaian di ruangan itu terhenti, suasana di sana sekejap berubah menjadi sangat aneh.

"Hai, CEO Xu!"

"CEO Xu!"

"CEO Xu, kau datang?"

Semua orang segera memberi hormat pada Selena, melihat bawahan-bawahan kantornya ini, Selena merasa sangat lucu.

"Ini adalah Bachelor Party milik Louis, kalian memanggilku seperti ini rasanya seperti bukan berada di pesta saja, rasanya seperti di kantor."

Dengan tertawa Louis berkata, "Iya, santai saja. Malam ini, kalian semua adalah tamu-tamu yang kuundang pada Bachelor Party ku!"

Seseorang pun berkata, "Malam ini adalah Bachelor Party CEO Li, kalau kita melewatkannya begitu saja, mungkin kita tidak akan punya kesempatan lain lagi, bagaimana enaknya menurut kalian?"

Selena juga ikut berceloteh.

"Menurutku, kita cari wanita-wanita cantik saja untuk menemani CEO Li minum di sini, tapi...... Tak tahu apa CEO Li punya keberanian untuk melakukannya! Bagaimanapun, ia kan sangat takut pada si cantik Laura Wen!"

"Iya, iya, dia paling takut pada Laura, semua orang juga tahu!"

Mungkin karena sudah minum terlalu banyak, Louis pun tidak mau kalah dan berkata, "Siapa yang takut padanya? Cari saja kalau mau, siapa yang tidak berani?"

Selena pun tersenyum dan bertanya, "Louis, kau yakin?"

"Yakin!"

"Baik! Aku akan membawa para wanita cantik kemari, tunggu di sini!"

Di tengah keramaian, Selena pun berjalan keluar dan membawa seorang wanita cantik masuk ke dalam.

Seketika, suasana di ruangan itu pun meledak.

Louis tercengang, "Laura, kenapa kau datang?"

Laura berjalan kemari, lalu langsung menarik telinga Louis.

"Dasar Louis Li, berani-beraninya kau membuat Bachelor Party tanpa sepengetahuanku, mau mencari wanita cantik pula, sejak kapan nyalimu sebesar ini!"

"Laura, lepaskan, katakan baik-baik!"

"Tidak bisa! Katakan padaku, apa kau benar-benar ingin mencari wanita lain?"

"Tidak!" kata Louis, "Semua ini gara-gara Lena, dia yang sengaja menjebakku, jangan salah paham!"

Melihat pasangan itu bercekcok mesra, Selena pun tak bisa menahan tawanya, semua orang juga sudah tertawa terbahak-bahak.

Ia tahu, setelah mereka menikah, Louis pasti akan dikekang habis oleh Laura.

Suasana di ruangan itu sangat ramai.

Karena suasana yang sangat menyenangkan itu, Selena lupa bahwa dirinya sendang hamil, ia minum setengah gelas anggur, dan saat ia tersadar, ia merasa sangat amat menyesal.

Meskipun tidak terlalu banyak, tapi kalau sampai Everett tahu...... Ia masti akan dimarahi habis-habisan.

Pesta itu berlangsung sampai larut malam, sampai semua orang mabuk berat, barulah pesta itu selesai.

Orang-orang mulai beranjak pergi.

Laura juga minum banyak, ia menggenggam tangan Selena erat-erat, tak mau melepaskannya.

"Lena, besok aku dan Louis akan menikah, kau pasti harus datang, kau sudah janji!"

Selena mengangguk-anggukkan kepalanya, "Iya iya."

Novel Terkait

Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu