Cinta Di Balik Awan - Bab 291 Menceritakan Kisah

Keesokan hari, Kelly pergi pergi ke kuil Datong lagi, mencari Bhikkhu kemarin, dan mulai mendengarkan dia menceritakan kisah kedua.

Seorang Buddha dalam perjalanannya bertemu seseorang yang tidak menyukainya. Selama beberapa hari, dalam perjalanan yang cukup panjang, orang itu menggunakan segala macam cara untuk memfitnahnya.

Hingga akhirnya, Buddha berbalik dan bertanya kepada orang itu: “Kalau ada orang yang memberimu sebuah hadiah, tapi kamu menolak menerimanya, lalu hadiah itu menjadi milik siapa?”

Orang itu menjawab: “Menjadi milik pemberi hadiah.”

Buddha tersenyum berkata: “Benar sekali. Kalau aku tidak menerima pelecehan verbalmu, bukankah itu artinya kamu sedang memarahi dirimu sendiri.

Kisah kedua lebih singkat, tapi maknanya sangat mendalam, Bhikkhu itu bertanya kepadanya: “Setelah Buddha mengatakan ini, kamu tahu orang itu mengatakan apa?”

Kelly menggelengkan kepala.

Orang itu tidak mengatakan apa pun, dia menyentuh hidungnya dan pergi……

Bhikkhu tersebut membuat ringkasan: “Selama pikiran sehat, orang lain bagaimana pun tidak dapat mempengaruhi kita. Kalau kita secara membabi buta memperhatikan ide atau pernyataan orang lain, kita akan kehilangan pengambilan keputusan diri sendiri.”

Pengambilan keputusan diri sendiri……

Kelly berpikir dalam-dalam, dia berdiri di bawah pohon bodhi di kuil dan memahami apa yang dirangkum oleh Bhante, Bhante ingin mengatakan kepadanya: “selama di hati kita tidak merasa melakukan kesalahan, maka jangan menjadi kepompong, harus bersikap jujur, tidak peduli apa yang orang lain pikirkan dan katakan, pegang erat hak itu di tangan sendiri……”

Besok adalah hari terakhir, Kelly mulai penasaran, pemahaman dan kejutan kisah seperti apa yang akan disampaikan di kisah terakhir Bhante.

Malam hari Dion menelepon lagi, kali ini dia tidak menanyakan Kelly apakah merindukannya, melainkan mengganti pertanyaan lain——

“Apakah hari ini pergi mendengar kisah Bhikkhu tua lagi?”

Kelly menjawab dengan tidak puas: “Bhikkhu tua apa, seharusnya dipanggil Bhante, hati-hati kamu dihukum Buddha.”

“Yaa, aku benar-benar semakin menyesal membiarkanmu pergi ke India, aku lihat kamu sudah benar-benar tersesat.”

“Yaa apaan, aku memang mendengar cerita Bhante, hanya saja tidak tersesat, kisah yang diceritakan Bhante membuat hatiku lebih terang.”

“Benarkah?” Tanya Dion penuh penasaran.

“Iya.”

“Baguslah, kalau begitu segera beli tiket pulang!”

……Benar-benar speechless. Kelly menggosok dahinya: “Tidak bisa, aku belum selesai mendengar kisahnya.”

“Kisah apa sampai harus di dengarkan setiap hari? Kalau kamu ingin dengar pulang aku akan menceritakan untukmu, aku jamin lebih bisa memuaskanmu daripada apa yang di ceritakan Bhikkhu tua itu.”

“Sudahlah, memberimu waktu 10 tahun juga tidak bisa berlatih seperti Bhante.”

“Hei, ada apa denganmu, aku adalah orang yang ingin kamu nikahi, kenapa kamu bantu orang lain, dan menghancurkan ambisi suamimu, Buddha tidak akan memaafkanmu!”

“Buddha tidak akan tidak memaafkan mereka yang mengatakan kebenaran.”

Dion marah sekali: “Aku peringatkan kamu, besok tidak boleh berhubungan dengan Bhikkhu tua itu lagi, mereka mencuci otakmu, mengajarimu bagaimana berdebat denganku.”

“Aku bersedia dicuci otak, ke depannya kalau ada kesempatan, aku ingin membawamu kemari.”

Tut tut…… Kelly kembali mematikan telepon.

Dion benar-benar gila, seperti kata pepatah ada sekali pasti ada dua kali dan tiga kali, tiga hari berturut-turut telepon dimatikan olehnya, amarah ini tidak bisa diredam lagi, dia memustuskan untuk tidak menelepon mulai besok, biarkan Kelly merasakan rasanya di diamkan.

Benar-benar dimanja sampai terlewat batas, belum menikah saja sudah tidak menghargai dirinya, bagaimana kalau sudah menikah? Ehn? Makin menjadi-jadi!

Dion berbaring di tempat tidur, dengan wajah cemberut.

Hari ketiga, Kelly bertemu Bhikkhu, Bhikkhu tersenyum dan berkata: “Nona, hari ini adalah kisah terakhir, semoga Buddha bisa membantumu.”

"Terima kasih……" Kelly merapatkan kedua tangannya.

“Ada seseorang mengemudi perlahan-lahan di tengah keramaian, ketika menunggu lampu merah, seorang pengemis bocah kecil mengetuk jendela dan bertanya apakah dia ingin membeli bunga. Dia yang ingin mengeluarkan uang 10 ribu tiba-tiba lampu hijau menyala, mobil dibelakang membunyikan klakson dengan kencang. Dia dengan kasar berkata kepada bocah yang bertanya kepadanya warna bunga apa yang ingin dia beli: “Warna apa saja boleh, selama kamu cepat sedikit itu sudah bisa. Bocah itu menjawab dengan sopan: “Terima kasih, Tuan.”

“Setelah menyetir sebentar, dia gelisah, dirinya bersikap kasar dan tidak sopan, sedangkan orang lain menjawab dengan sopan. Lalu dia menghentikan mobilnya di pinggir jalan, berjalan menghampiri bocah itu dan meminta maaf padanya, dan memberikan uang 10 ribu memintanya membeli sekuntum bunga untuk seseorang yang dia sukai. Bocah itu tersenyum, berterima kasih padanya dan menerimanya.”

“Ketika dia menyalakan mobil, dia menyadari mobilnya bermasalah, tidak bisa dinyalakan, setelah gelisah sesaat, dia memutuskan mencari bantuan sebuah trailer. Ketika sedang mencari, dia terkejut sebuah trailer mendekat, supir tersenyum dan berkata kepadanya: “Ada seorang anak memberiku uang 20 ribu, memintaku membantumu, bahkan menuliskan secarik kertas. Dia membuka dan membacanya, kertas itu bertuliskan: “Ini mewakili sekuntum bunga.”

Kisah terakhir berakhir, saat Kelly membuka matanya, tiga hari dilewati seperti tiga tahun, seolah dia telah berjalan jauh, dalam perjalanan, yang dia dengar mungkin selama tiga puluh tahun juga tidak bisa mendengarkan kisah yang membersihkan pikiran.

Bhikkhu itu menatap matanya dan dengan jelas mengatakan kepadanya: “Segera ungkapkan isi pikiran, berani untuk mengakui kesalahan adalah keberanian yang sebenarnya. Kebaikanmu akan segera mendapatkan balasan, dan kelegaan bathin adalah hadiah terbaik.”

Dia bangkit dan memberi hormat pada Bhikkhu, dan berkata dengan penuh syukur: “Bhante, terima kasih banyak, aku sudah tahu harus berbuat apa.”

“Sama-sama, ini adalah ajaran Buddha.”

Ketika pergi, Kelly menyumbangkan banyak uang dupa, baik Bhante atau dewa yang hidup di hati orang-orang, dia harus memiliki hati bersyukur, terima kasih ketika dia berada dalam keadaan paling tidak berdaya, ketiga kisah pendek itu bisa memengaruhi hidupnya.

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu