Cinta Di Balik Awan - Bab 186 Bermuka Tebal (2)

“Diam di tempat! “

Mulan tiba-tiba mendekat menahan mereka:” suruh dia minta maaf padaku, aku sama sekali tak membolehkannya bicara hal yang mempermalukanku. “

“Bagaimana ia mempermalukanmu? Dibanding kata-katamu padanya, kata-katanya masih bisa disebut sebagai mempermalukan? Lagipula, aku rasa yang ia katakan itu fakta, apa kamu bahagia? Tidak bahagia kan? “

Kelly terkejut melihat orang yang demi melindunginya didepan mata ini, pria yang tidak ragu berseteru dengan anggota keluarganya, sekejap saja, dalam hati ada banyak perasaan yang bercampur aduk.

Di jalan pulang, Dion bertanya: “aku sekarang mau pergi lihat Jesan, kamu mau ikut?”

Ia mengangguk:” tidak, ia sekarang seharusnya tak ingin melihatku. “

“Kalau begitu baiklah, aku antar kamu ke kampus.”

“Ya. “

Dion mengantar Kelly ke universitas Zurich, segera setelahnya berputar dan pergi ke rumah sakit.

Melihat di luar kamar rawat, ada 2 pria yang berdiri menjaga, orang yang ia suruh Maxim atur kemarin, ia berjalan mendekat, pria tersebut mengangguk: “Presdir Dion.”

“Apa Nona Jesan merasa ada yang aneh? “

“Tidak. “

“Apa ada bicara dengan kalian? Atau dengan dokter.”

“Tidak juga. “

“Baik, aku mengerti. “

Ia bergumam sendiri sebentar, membuka pintu dan berjalan masuk.

Sinar matahari dari luar jendela menyinari wajah putih pucat Jesan, ia tertidur, bernafas dengan sangat tenang.

Dion duduk di sampingnya, menatap cukup lama, memegang dahinya dan menghela nafas, Jesan semakin diam seperti ini semakin membuat orang khawatir.

“Kapan datangnya? “

Tiba-tiba mengangkat kepala, Dion bertanya dengan kaget: “kamu sudah bangun?”

“Aku tak mungkin terus tertidur lelap. “

“Kalau begitu kamu mau makan apa, aku suruh orang bawakan? “

Dion melihat akhirnya Jesan bersedia bicara, hatinyapun jadi tenang.

“Aku tak ingin makan apapun, kita ngobrol saja. “

“Baik. “

Bola mata Jesan yang hitam dan tak bersinar itu berpindah menatap ke plafon: “kamu bisa membantuku supaya aku duduk? “

Ia agak ragu-ragu, ia tersenyum:” tak apa, aku bisa duduk, peluk saja. “

Dion mengulurkan tangannya memeluk Jesan pelan-pelan, pandangannya, sengaja tidak melihat pahanya kebawah.

“Apa aku sekarang terlihat sangat buruk? Apa tidak mirip monster?”

“Tidak. “

“Kamu jangan bohongi aku, kamu tidak bilangpun aku juga tahu, aku sekarang tak ada bedanya dengan monster. “

“Jesan. “

Ia merespon dengan ringan:” kamu jangan berpikir negatif seperti ini. “

“Kalau begitu aku harus berpikir seperti apa? Aku jadi seperti ini, memangnya aku masih harus bicara dengan penuh percaya diri: tidak apa, kakiku hilang ya hilang saja, hidup saja sudah cukup?”

Dion menutup mulut tak bersuara, Jesan tertawa dingin, lanjut bicara dengan sedih: “mungkin saja hidup untuk setiap orang, ada bagian berwarnanya, tapi untukku, hidupku, tak ada bedanya dengan kematian.”

“Jesan, aku paham hatimu sedih, aku lebih sedih darimu, aku sama sekali tak berharap kamu kenapa-napa apa kamu tahu? “

“Aku tahu, kamu tak berharap aku kenapa-napa, hanya saja karena, kamu takut aku sekali lagi jadi beban untukmu.”

“Sudah berlalu, jangan berpikir lebih banyak lagi, aku sudah suruh Maxim bantu pesankan kamu kaki palsu paling baik dari luar negeri, asal kamu percaya diri, kamu bisa berdiri lagi. “

“Aku tidak percaya diri. “

Jesan memelototinya putus asa: “kaki palsu tetap saja kaki palsu, aku juga tak bisa lagi kembali ke rupa awalku, hidupku, sudah tidak ada artinya. “

“Kenapa bisa tak ada artinya? Nick Vujivic saja bisa membuat hidup menjadi berarti? Kenapa kamu tak bisa?”

“Karena aku bukan Nick Vujivic.”

*****************(Nick Vujivic = motivator terkenal yang tidak mempunyai tangan dan kaki)************

Atmosfernya agak berat, mereka berdua sesaat tidak ada yang bicara setelah cukup lama, Dion mendengar, “kamu akan merawatku kan?”

Ia mengangguk:” ya, nanti aku akan menyetujui semua permintaanmu.”

“Apapun permintaanku?”

Jantungnya berdegup, ia terjerat sebuah kalimat: “selain untuk masalah menikah.”

“Kalau begitu maaf sekali, aku hanya ada 1 permintaan, kamu nikahi aku.”

Dion mengelus-elus dahi, yang paling ia khawatirkan, adalah Jesan akan membuat permintaan seperti ini, sekarang, kekhawatirannya terwujud.

Novel Terkait

Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu