Cinta Di Balik Awan - Bab 253 Kata-Kata Tulus

Orang-orang terdiam sejenak, kemudian terdengar suara tepuk tangan yang riuh, di tengah riuhnya tepuk tangan, gadis-gadis yang pernah atau belum pernah merasakan cinta, bahkan mereka yang baru saja putus cinta, wajahnya tersenyum dan matanya menangis.

TIdak peduli kapan, yang paling membuat orang lain terharu adalah kata-kata yang diucapkan dengan sangat tulus.

“Baiklah, ini sudah malam, permainannya berhenti sampai di sini.”

Kelly bangkit berdiri, dia juga tidak berani melanjutkan, jika dilanjutkan maka masa lalunya dengan Dion akan diungkap habis-habisan.

Tidak mudah berteman dengan Dion, beberapa orang malah enggan untuk pergi, hasilnya mereka malah mengerumuni Dion dan mengajaknya bicara.

“Tuan Dion, aku dengar ada bursa kerja yang diadakan esok lusa di kampus, apakah Stenheim Group akan merekrut orang?”

Dion mengangguk : “Benar, pada saat itu kalian bisa mengirimkan resume kalian.”

“Apakah ada harapan dengan mengirim resume? Apakah syarat rekruitmen kalian sangat tinggi?”

“Tidak terlalu tinggi, selama kalian punya rasa percaya diri, semuanya memiliki kesempatan.”

“Bagus sekali!”

Semua orang menari dengan gembira, kata-kata Dion membuat hati mereka menjadi tenang.

“Kamu akan pergi juga, bukan?”

Selagi mereka bersorak-sorai, Dion langsung membidik Kelly yang sedari tadi diam, membuat Kelly gelagapan : “Pergi kemana?”

“Melamar kerja?”

“Nanti saja dibicarakan.” Kelly menjawab dengan santai.

Dion tidak tahan ingin segera menempatkan Kelly langsung di sebelahnya, tapi Dion memahami watak Kelly, dia pasti tidak akan setuju dengan cara seperti itu.

Dion tidak akan memaksa Kelly, tapi pada waktu yang bersamaan, Kelly harus dipastikan melamar di perusahaan Keluarga Stenheim.

Setelah mengantar kepergian teman-teman sekelasnya, Kelly naik ke lantai dua karena lelah, ia membuka pintu dan melihat Dion tersenyum memandangnya.

“Apa lihat-lihat?”

“Apa kamu terharu barusan?”

Dion berjalan sampai ke depan wajah Kelly, kemudian meraih tangan Kelly dengan lembut.

“Terharu bagaimana?”

“Kalimat yang aku katakan tadi, masa kamu tidak terharu?”

Dion menaikkan alisnya dengan cara tidak masuk akal.

“Lumayan.”

“Lumayan? Kamu hanya menjawab begini? Apa kamu tahu, mengatakan hal yang sejujurnya di depan banyak orang tidaklah mudah untuk orang sepertiku?”

“Kamu mau aku seperti apa? Menangis seperti teman-teman sekelasku?”

“Tidak bisa ya?”

“Bukannya tidak bisa, aku tidak punya air mata lagi untuk dititikkan, air mataku sudah lama mengering.”

Badan Dion menjadi kaku : “Apa kamu belum memaafkanku?”

Kelly tersenyum, kemudian mengubah topik: “Mengapa kamu tidak marah?”

“Marah kenapa?”

“Aku mengadakan pesta di rumah.”

“Mengapa aku harus marah?”

“Bukankah kamu tidak suka pesta yang berisik?”

“Selama kamu suka tidak jadi masalah.”

Dion mengecup dahi Kelly: “Selama kamu suka, nanti lama-lama aku pasti suka, selama kamu senang, aku juga akan senang.”

Kelly menatap Dion dengan curiga, apa yang terjadi padanya malam ini? Mengapa dia mengatakan hal-hal yang sangat membosankan?

“Kalau begitu kenapa kamu kalah? Beberapa idiom saja kamu tidak bisa menyebutkannya, apakah kamu menyuap dan membeli sertifikat studi-mu?”

Dion tersenyum penuh amarah : “Bagaimana denganmu? Apa kamu tidak kalah?”

Kelly tertegun, dia diam sebentar kemudian bicara: “Bagaimana kamu bisa tahu aku kalah?”

Bukankah pada saat itu Dion belum kembali?

“Aku kembali lebih awal, sedari tadi melihatmu dari luar pintu, tadi kamu tertawa sangat senang, aku takut ketika kamu melihatku, senyummu akan hilang.”

Dion memandang lembut Kelly : “Hasilnya seperti dugaanku, setelah aku muncul, kamu tidak lagi tersenyum.”

Kelly kesulitan mengalihkan pandangan, kemudian sambil melihat kamar mandi dia bilang: “Aku mau mandi.”

“Semuanya disengaja.”

Kelly mengerutkan dahi: “Apanya yang disengaja?”

“Aku kalah dengan sengaja, padahal aku bisa menjawabnya, tapi aku dengan sengaja kalah.”

“Kenapa?”

“Karena hanya dengan kalah, aku bisa mengungkapkan isi hatiku padamu.”

“Oh...”

Mengangguk kaku, Kelly masuk ke kamar mandi, mengunci pintu, kemudian berjongkok.

Bohong jika dibilang Kelly tidak terharu, lebih tepatnya Kelly tidak berani terharu, sebab dia tidak boleh goyah, jadi hasilnya dia tidak berani terharu. Setiap kali, setelah Dion mengatakan sesuatu yang membuat hati Kelly tergerak, akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, siapa yang tahu, di balik ketegaran itu, ada rasa sakit yang menghancurkan hati dan jiwa.

Konferensi besar-besaran untuk rekruitmen akan diadakan di Universitas Zurich, perusahaan-perusahaan besar akan berkumpul di sini, Giselle sangat bersemangat dan diam-diam berdoa untuk resume-nya, Giselle berharap bisa masuk dan bekerja tetap di Stenheim Group.

Kemarin malam Kelly bertemu dengan Maxim, Kelly bertanya apakah Maxim bisa membukakan pintu belakang untuknya. Maxim bilang hanya satu orang yang bisa membukanya, yaitu Dion, dan hanya akan terbuka untuk satu orang, yaitu Kelly sendiri.

Kelly tertegun saat ini…..

Novel Terkait

Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu