Cinta Di Balik Awan - Bab 189 Ganti Rugi (2)

"Bahagia, kamu juga tidak bisa bahagia, mungkin saja kalian tidak bahagia sama sekali, lebih baik menyerah, memberi jalan satu sama lain, kamu membantunya sama dengan membantumu sendiri. "

"Diam ! "Jesan membuang apel yang ditangannya : "Kamu ingat ini, orang yang bahagia tidak mempunyai hak meminta orang yang tidak bahagia untuk menyerah !"

Pisau buah melukai jari tangan Kelly, sakit, sampai menusuk ke hati.

"Orang gila, benar - benar orang yang gila ! Kelly ayo kita pergi ! "

Giselle tanpa banyak omong menarik Kelly, dengan marah keluar dari kamar sakit.

"Menyebalkan, menyebalkan, menyebalkan ! Bagaimana dunia ini bisa ada orang yang begitu menyebalkan, dia ada penyakit jiwa, otaknya bermasalah, mentalnya bengkok, dia adalah orang gilak yang sangat aneh !"

Setelah keluar dari rumah sakit, Giselle marah sampai mengutuk, "kalau tadi Kelly masih tidak pergi, dia mungkin tidak bisa menahannya, akan membunuh makhluk aneh itu. "

"Sudahlah Giselle, aku tahu kamu sangat membencinya, tapi Jesan bukan orang yang harus kamu benci, kamu seharusnya mengasihaninya".

"Dia pantas untuk aku kasihani ? Semenjak kita masuk ke kamar sakit itu, dia tidak memberikan pandangan yang baik, ucapannya juga sangat tidak enak didengar, dia memang kasihan, dia memang tidak ada kaki, tapi apa kamu tidak pernah dengar ? Orang yang dikasihani itu pasti ada kebencian dibalik itu !"

Kelly menghembuskan nafas : "Ha, kejadian sudah terjadi, kami itu tidak jatuh sepertinya, jadi kamu tidak bisa merasakan sakit hatinya, seorang wanita, barusan kehilangan keluarga, dan kehilangan orang yang dicintainya lagi, pada akhirnya dia bahkan tidak ingin hidup lagi, kalau jadi aku, aku akan lebih sakit daripadanya. "

"Dia bukan sedang membantu" Jesan berbicara, "dia hanya menetapkan dia dalam kondisi tersebut, jangan bilang tiga hal utama dalam hidup hilang, bahkan salah satu saja yang hilang dia akan sakit sampai tidak ingin hidup. Memanglah kamu paling baik, intinya aku tidak bisa tahan dengan kemarahan seperti ini, kalau jadi aku, aku sudah lari dari awal. "

"Bagaimanapun karena Dion makanya baru seperti ini, karena bersangkutan dengan orang yang aku cintai, aku tidak akan meributkannya. "

Giselle tanpa harapan menghembuskan nafas, tiba - tiba teringat tadi Jesan sepertinya menggunakan pisau buah melukai tangan Kelly, dengan cepat mengangkat tangannya : "Ya Tuhan, berdarah !"

Dengan cepat mengeluarkan perban dan menempelnya, sambil menempelnya sambing mengomel :" lihatlah, lihatlah, masih membantunya bicara, tidak usah menunggu untuk membunuhmu, kamu baru tahu apa maksudnya !"

Lukanya sedikit dalam, perban tidak membantu apa - apa, belum satu menit darah sudah mengalir keluar, Giselle berdiri tegak : "ayo, cari klinik untuk mengobatimu. "

Keduanya mencari klinik terdekat, ketika Kelly sedang mengobati lukanya, Giselle diam - diam keluar menelepon Dion.

Sepuluh menit kemudian, Dion dengan cepat datang, turun dari mobil, dengan khawatir bertanya :" Ada masalah apa ? "

"Siapa lagi kalau bukan Jesan. "

Giselle menceritakan segala kejadian, setelah selesai mengatakannya, dan kemudian dia berbalik melihat punggung ceroboh di dalam klinik, dengan rasa bersalah mengatakan : "Kelly sangat mencintaimu hingga rela melakukan segalanya, kamu jangan mengecewakannya. "

Dion menurunkan matanya, menganggukan kepalanya dengan pelan : "Aku tahu. "

"Kamu masuklah, dia sepertinya hampir selesai. "

Kelly selesai memperbankan jarinya, mengambil tas keluar, dia menundukkan kepala melihat luka jarinya, sedang berpikir apa yang akan dijawabnya ketikan Dion melihatnya malam ini, suara tabrakan, menabrak seseorang.

Langsung mengangkat kepalanya, melihat dengan jelas orang di hadapannya, dia tertegun : "Dion..."