Cinta Di Balik Awan - Bab 438 Kota Asing: Jika Cinta Adalah Kehendak Tuhan
Bulan Juni, di bawah panas matahari yang terik, berjalan di jalanan Paris, tidak ada yang tahu dari mana aku berasal, ke mana aku akan pergi.
Sudah setengah tahun sejak aku meninggalkan Zurich. Aku telah berkeliling di setiap tempat di seluruh dunia selama setengah tahun ini. Aku ingin membiarkan waktu mencairkan ingatan yang tidak menyenangkan dalam pikiranku dan membiarkan semua hal baru mengisi kekosongan yang tak dapat dijelaskan yang ada di dalam hatiku.
Ketika melewati stasiun kereta bawah tanah, tatapanku tertarik oleh seorang penyanyi gelandangan perempuan. Dia duduk di tanah dengan beralas koran, bermain gitar, dan menyanyikan lagu "jembatan salju" Xu Song dengan sangat berperasaan. Di sampingnya, ada seekor kucing Persia seputih salju yang sedang berbaring malas.
Aku berada disamping dan mendengarkannya dengan diam untuk waktu yang lama. Yang menarik perhatianku bukan karena ia adalah penyanyi gelandangan perempuan, tetapi karena nyanyiannya yang samar menyentuh hatiku. Aku berjongkok, mengulurkan tanganku dan menaruh uang itu di atas koran yang ada di sebelahnya.
Pakaiannya sangat rusak, terutama celana jinsnya, terdapat banyak lubang, tetapi sangat bersih,bahkan rambut dan jari-jarinya juga sangat bersih. Ini adalah gelandangan terbersih yang pernah kulihat.
Saat aku berdiri, aku melihat matanya yang menatapku dengan terkejut. Aku berbalik dan langsung pergi, dia sepertinya mengatakan sesuatu, tetapi itu tidak penting lagi.
Ketika aku keluar dari stasiun kereta bawah tanah, ada seseorang yang memegang tanganku. Aku menoleh dan ternyata itu adalah penyanyi gelandangan perempuan yang barusan. Dia mengangkat 500 franc yang ada tangannya: “Terima kasih, aku sudah tidak mempunyai uang untuk makan selama satu minggu. Bagaimana jika aku mentraktirmu untuk makan mie sapi?” Senyum di wajahnya tampat seperti anak-anak, jelas, dan tidak tahu mengapa aku justru menganggukkan kepala.
Di toko mie sapi, kami memesan dua mangkuk mie sapi. Sambil makan mie dia mengintip dari tepi mangkuk untuk melihatku. Dia berkata: “Namaku Calem Yao, yang berarti "Tenang Dalam Menghadapi Masalah". Kamu?
Kami baru saja bertemu secara kebetulan, dan dalam sekejap mata, kami pasti akan pergi ke tempat yang berbeda. Dia sangat keras kepala, dan aku lebih baik mengatakan: “Huo Lingdong.”
Setelah selesai makan ramen, Calem Yao mengambil gitarnya dan menggendong kucing Persia yang ada disebelah meja dan mengarahkannya kearah ku: “Ini untukmu?”
Aku menggelengkan kepala: “Terima kasih, Tidak perlu.”
Dia mengejarku sampai keluar dari toko mie, dan berkata dengan sedih: “Tolong ambil kucing ini, kucing ini adalah jenis kucing langka, aku menemukannya malam lusa, jika ikut denganku sangat sia-sia.
Aku tersenyum: “Ikut denganku juga sama”.
Dia tidak mengerti maksudku, dan masih terus mengangguku, dan bersih keras agar aku mengambil kucing itu, karena sudah tidak tahan, aku lebih baik mengatakan yang sebenarnya: “Aku juga seorang gelandangan seperti dirimu yang tidak memiliki tempat tinggal yang tetap.”
Tidak mungkin?
Dia menatapku dari atas ke bawah. Mungkin pakaian dan temperamenku tidak terlihat seperti gelandangan, jadi dia tidak percaya padaku.
Sungguh, aku tidak membohongimu.
Aku langsung berjalan maju kedepan, tetapi dia justru mengikutiku dari belakang, aku tidak ingin mempedulikannya lagi. Di sepanjang hidupku aku belum pernah begitu menyedihkan untuk berdebat dengan orang asing.
Setelah naik tiga bus dan empat kereta bawah tanah, aku hampir mengelilingi Paris dan berjalan setengah lingkaran. Sebelum hari gelap, aku kembali ke hotel. Baru sampai di hotel tempat aku menginap, aku berdiri di depan jendela di lantai sembilan, melihat pemandangan pada malam di luar jendela. Itu memang kota mode. Tidak peduli itu siang atau malam, itu seterang mutiara.
Tatapku secara tidak sengaja menyapu ke arah bawah, dan aku terkejut menemukan bahwa di luar hotel, di bawah lampu jalan merah oranye, ada sosok kecil yang berdiri dengan gitar besar di bahunya, dan kucing Persia putih di lengannya.
Aku sangat terkejut, penyanyi gelandangan perempuan itu ternyata mengikutiku sampai disini, tadinya aku justru berpikir dia sudah tidak mengikutiku lagi. Setelah kejutan singkat itu, aku berbalik dan berlari keluar.
Aku bergegas berlari kebawah. Setelah keluar dari pintu putar hotel aku langsung menuju ke arah bayangan itu. Apakah karena aku tidak ingin mengambil kucing tersebut dan kamu berencana untuk mengikutiku sepanjang waktu?
Dia mengangkat kepalanya dan menyeringai: “Aku tidak punya tempat tinggal, dan aku ingin melihat di mana gelandangan sepertimu tinggal, aku juga ingin mengikutimu untuk semalam saja.”
Sambil menunjuk ke hotel di belakangku, dan berkata dengan menyesal: “Sayang sekali kau adalah gelandangan terkaya yang pernah kulihat, dan kau bahkan tinggal di hotel.”
“Kalau begitu di mana aku harus tinggal?”
“Jika kamu benar-benar adalah seorang gelandangan, kamu harus tahu jelas bahwa di bawah jembatan atau jalan bawah tanah adalah tempat yang cocok dengan identitas kita.”
Aku mengibaskan tanganku, dan dengan tatapan mengejek menilai dia dari kepala sampai ke kaki: “Melihat dirimu yang terlihat mulus dan cantik, tinggal di tempat semacam itu apakah kamu tidak takut dilecehkan?”
“Aku takut, itu sebabnya aku sering pindah tempat. Bukannya aku tidak punya tempat tinggal, aku hanya ingin menemukan tempat baru bersamamu, siapa sangka kamu tinggal di tempat yang sangat berbeda dari yang aku bayangkan.
Dia memberiku kucing yang di tangannya dengan paksa: “Karena kamu hidup dengan sangat baik, lebih baik membawanya, jelas akan lebih baik daripada harus tinggal di jalan bersamaku.”
Aku tertawa dengan tidak senang: “Definisi kata gelandangan bukan hanya tertuju pada gelandangan yang tidur di jembatan. Aku hanya tinggal di sini selama dua hari, dan aku akan pergi besok. Ke mana aku akan pergi selanjutnya? Aku sekarang belum tahu. Jika kamu hanya memintaku merawatnya hanya untuk satu malam itu tidak masalah, namun jika lebih dari satu malam aku tidak bisa, aku tidak mungkin membawa seekor kucing kemana-mana.
Dia menundukkan kepalanya dan tampak seperti anak kecil yang melakukan kesalahan. “Baiklah satu malam saja. Aku akan mencoba mencari cara lain besok, hanya saja.... bisakah kamu juga membiarkanku untuk tinggal malam ini?”
Sepertinya dia mengumpulkan banyak keberanian untuk mengatakan kalimat seperti ini. Penampilannya mengingatkanku pada wanita lain. Tiba-tiba, aku merasa kasihan. Aku mengangguk, dan dia dengan senang hati mengikutiku masuk ke dalam hotel.
Ketika dia tiba di kamar mewah, dia meletakkan gitarnya yang berat dan duduk di sofa dan mendesah: “Kamu adalah gelandangan paling mewah yang pernah kutemui.”
Aku menuangkan segelas air dan menyerahkannya padanya, dan berkata dengan nada bercanda "Kamu juga gelandangan terbersih yang pernah kutemui."
Dia sambil minum air sambil mengobrol denganku, hal yang dibicarakan hampir semuanya adalah tentang diriku, dari mana aku berasal dan siapa yang ada di keluargaku. Aku menjawab setiap pertanyaannya, tetapi aku tidak mengajukan pertanyaan kepadanya, bukan karena aku tidak ingin bertanya, tetapi karena aku tidak penasaran. Aku telah melewati usia rasa ingin tahu.
Setelah mengobrol selama lebih dari dua jam, dia bertanya kepadaku: “Apakah kamu suka mendengar aku bernyanyi?”
“Apakah kamu ingin menyanyikannya untuk saya?”
“Ya.” Dia tersenyum nakal: “Anggap itu sebagai balasan karena kamu telah membiarkanku tinggal.”
“Baiklh, aku akan dengan senang hati mendengarnya “.
“Dia mengeluarkan gitarnya dan mengambil posisi: “Lagu apa yang ingin kamu dengar?”
“Apakah aku hanya perlu menyebutkannya dan kamu akan bisa menyanyikannya?”
“Seharusnya.”
“Sehebat itukah? Aku akan memikirkannya sebentar: lebih dari cinta”
《Jika Cinta Adalah Kehendak TUhan》
Dia menarik senar gitar, dan melodi yang familier itu perlahan terdengar. Aku harus mengakui bahwa dia sangat hebat. Perlahan-lahan aku jadi terpesona mendengarnya. Tubuhku masih duduk di sana, tetapi pikiranku melayang jauh...
Setelah lagunya selesai, dia memainkannya lagi tanpa berkonsultasi denganku, seolah melihat ketertarikanku dengan lagu tersebut.
Sebenarnya, aku benar-benar tidak keberatan dia lanjut bermain.
Kali kedua sudah berakhir, dan kemudian yang ketiga, keempat, dan lagi dan lagi, sampai dia memainkannya berkali-kali, sampai aku menyadari bahwa dia mungkin sudah lelah, kemudian aku menarik kembali pikiranku yang melayang, bangkit dan berkata, "Terima kasih, sampai disini saja."
Calem Yao meletakkan gitar dan menggeliat. “Di mana aku akan tidur nanti?” Dia bertanya kepadaku.
Ikut denganku.
Aku membawanya ke salah satu kamar tidur, membuka pintu dan berkata, "Tidur saja di sini."
“Sudah malam. Tidurlah. Selamat malam.”
Aku berbalik untuk pergi, tetapi dia tiba-tiba meraih lenganku: “Tolong bawa aku untuk berkeliaran bersamamu?”
“Kau bercanda?”
“Aku tidak bercanda. Aku bersungguh-sungguh.”
“Tidak bisa.”
“Hampir tanpa berpikir, aku menolaknya, bagaimana aku bisa membawanya berkeliaran, aku dan dia hanyalah orang asing yang baru saja bertemu.”
“Aku akan bernyanyi untuk menghasilkan uang, dan tidak akan menjadi beban untukmu, pasti tidak akan menjadi beban untukmu, bolehkah? Aku mohon?”
Matanya dipenuhi keinginan, seketika aku menjadi bingung: “Mengapa kamu ingin mengikutiku berkeliaran? Atau mengapa harus aku harus mengizinkanmu? Apakah kita akrab?”
“Karena saya tidak punya tempat untuk pergi.”
Dia menundukkan kepalanya dan mengigit bibir bawahnya dengan ekspresi menyedihkan.
“Aku mengenal seorang pemilik bar. Aku bisa memperkenalkan kamu kepadanya untuk bernyanyi.”
Tanpa sadar aku mengatakan hal seperti itu, jelas-jelas aku bukanlah orang yang suka mengurusi urusan tidak penting.
Dia langsung mengangkat matanya, dan bertanya dengan terkejut: “Benarkah?”
“iya.”
“Wah sangat bagus, baiklah kalau begitu. Kau tidak bisa pergi dari sini sampai kau menenangkanku.”
“BAIK.”
“Ayo kita mengaitkan kelingking untuk membuat janji.”
Dia seperti anak kecil yang sedang berbicara serius denganku, tapi aku juga seperti anak kecil yang menanggapinya.
Setelah berjanji, dia dengan gembira membuat wajah hantu ke arahku dan menutup pintu kamar. Dalam waktu kurang dari satu menit, pintu terbuka lagi. Dia tersenyum: “Aku lupa mengatakan selamat malam.”
“Selamat malam.”
Aku mengangguk, dalam hatiku tidak bisa membantu dan merasa ada sedikit ketidaklogisan, di saat yang baik-baik saja, bagaimana gadis ini menjadi tanggung jawabku begitu? Aku tidak ingin menjadi ignorant yang hidup, dan aku tidak ingin menjadi orang yang senang membantu. Karena itu, aku tidak perlu ikut campur dalam urusan orang lain, baik terhadap dirinya atau kucingnya.
Sangat kebetulan, temanku yang membuka bar di Prancis, sedang melakukan perjalanan dan seminggu kemudian baru akan kembali. Aku terpaksa memperpanjang perjalananku karena janji malam itu.
Novel Terkait
Cinta Yang Tak Biasa
WennieAwesome Guy
RobinMy Cute Wife
DessySi Menantu Buta
DeddyLelaki Greget
Rudy GoldCinta Tak Biasa
SusantiCutie Mom
AlexiaCinta Di Balik Awan×
- Bab 1 Pria Yang Dikejar Pembunuh
- Bab 2 Kesucian Atau Keadilan
- Bab 3 Sepertinya Kenal
- Bab 4 Jarak Antar Mereka
- Bab 5 Memilih Selir
- Bab 6 Kabur Sejauh Mungkin
- Bab 7 Berani Menentang
- Bab 8 Peraturan Keluarga Kaya
- Bab 9 Pesta Topeng
- Bab 10 Takdir Buruk
- Bab 11 Pria Ini Tak Mudah
- Bab 12 Niat Satu Pihak
- Bab 13 Apa Kita Kenal Dekat
- Bab 14 Perlu Mengubah Image
- Bab 15 Gerakan Kecil Romantis
- Bab 16 Tak Ada Yang Bisa Didapat
- Bab 17 Pura-Pura Tidak Kenal
- Bab 18 Daya Tarik
- Bab 19 Senyuman Spesial
- Bab 20 Jangan Jadi Wanita Yang Orang Harapkan
- Bab 21 Pemikiran Yang Melampaui Batas
- Bab 22 Cinta Sampai Tak Berdaya
- Bab 23 Gosip Yang Membuat Gusar
- Bab 24 Salah Kirim Pesan
- Bab 25 Sumpah Mati Pengabdian
- Bab 26 Mudah Dicintai
- Bab 27 Lesung Bunga Mekar
- Bab 28 Fragnant Night
- Bab 29 Perasaan Mistis Membuat Perasaan Kacau
- Bab 30 Antara Laki-Laki dan Perempuan
- Bab 31 Rahasia yang Harus Dijaga Baik
- Bab 32 Hadiah Ulang Tahun
- Bab 33 Penyimpangan Perilaku
- Bab 34 Kemampuan Wanita Untuk Menjadi Pemenang
- Bab 35 Menjadi Yang Lain
- Bab 36 Pinggang Ramping Enak Di Peluk
- Bab 37 Orang Yang Berdansa Dengannya.
- Bab 38 Masalah Umum Pria
- Bab 39 Tidak Boleh Didekati
- Bab 40 Tidak Beda Dengan Binatang
- Bab 41 Hidup Dalam Kebahagiaan, Tidak Merasakan Bahagia
- Bab 42 Kita Jangan Kontak Lagi
- Bab 43 Ditakdirkan Hanya Sebagai Pengunjung
- Bab 44 Kebiasaan
- Bab 45 Dunia Kiamat
- Bab 46 Teman terbaik
- Bab 47 Ditakdirkan Bertemu Di Mana Saja
- Bab 48 Tatapan istimewa
- Bab 49 Tidak Ada Rahasia Yang Bisa Ditutupi Selamanya
- Bab 50 Kertas Tidak Bisa Menahan Api
- Bab 51 Memperlakukan Dengan Sopan
- Bab 52 Tak Bisa Dipisahkan Dan Dilupakan
- Bab 53 Jatuh Dalam Pelukan
- Bab 54 Napas Hangat
- Bab 55 Pria Tidak Berkomitmen
- Bab 56 Terluka
- Bab 57 Buka Bajunya
- Bab 58 Minta dia untuk melayani
- Bab 59 Menantang Batas Kesabaran
- Bab 60 Kamulah Protagonis
- Bab 61 Pilihan Terakhirnya
- Bab 62 : Jika Cinta Itu Bertahan Lama
- Bab 63: Sel-sel Yang Tidak Tenang
- Bab 64 Menggoda Hatinya
- Bab 65 Tanpa Sadar Perasaan Muncul
- Bab 66 Bertemu Di Jalan
- Bab 67 Apakah Kamu Menutupi Identitasku?
- Bab 68 Pernikahanku, Aku Yang Putuskan
- Bab 69 Tidak Jatuh Cinta
- Bab 70 Tidak Tega Melakukan Sesuatu Padamu
- Bab 71 Kekacauan Setelah Minum
- Bab 72 Tidak Menunggu Lama
- Bab 73 Kita Tidak Bisa
- Bab 74 Berjuang Meronta Akal Sehat
- Bab 75 Jatuh Ke Jurang
- Bab 76 Sementara Rahasia
- Bab 77 Cinta Yang Salah Seumur Hidup
- Bab 78 Ayam Goreng Kacang
- Bab 79 Rasa Buah Yang Segar
- Bab 80 Digosipkan Yang Tidak-Tidak
- Bab 81 Ketidaktahuan Juga Suatu Kebahagiaan
- Bab 82 Cinta Yang Unik
- Bab 83 Ciuman Berapi-Api
- Bab 84 Hati Akan Pergi Mengikuti Cinta
- Bab 85 Tinggallah Disisiku
- Bab 86 Sisi Gelap
- Bab 87 Tidak Masuk Kedalam hatinya
- Bab 88 Lempar Batu Sembunyi Tangan
- Bab 89 Makan Lalat
- Bab 90 Terbang Seperti Phoenix
- Bab 91 Pria Dia Pasti Kurebut
- Bab 92 Cari Pasangan Yang Cocok Untuknya
- Bab 93 Kamu Ganti Pacar Lagi?
- Bab 94 Tidak Pernah Menganggapmu Sebagai Orang Luar
- Bab 95 Pertengkaran yang Sengit
- Bab 96 Tunggu saja Hukumannya
- Bab 97 Lelucon Dingin
- Bab 98 Masuk Ketempat Yang Tidak Seharusnya
- Bab 99 Aturan Berbeda Karena Seseorang
- Bab 100 Panggilan Telepon Yang Tak Terduga
- Bab 101 Dia Bukan Mangsanya
- Bab 102 Tidak Bisa Dihentikan
- Bab 103 Sehari Tidak Bertemu Bagaikan Sembilan Bulan Tidak Bertemu
- Bab 104 Apa Yang Salah Dengan Sebuah Ciuman
- Bab 105 Kisah Coklat Dove
- Bab 106 Gengsi Membuatmu Menderita
- Bab 107 Penampilan Yang Kasar
- Bab 108 Godaan Selembar Cek
- Bab 109 Kita Putus Saja
- Bab 110 Mencintai Sesuatu Yang Berhubungan Dengan Dia
- Bab 111 Bersedia mempertaruhkan semuanya untukmu
- Bab 112 Sepuluh Ribu Macam Jalan
- Bab 113 Menggunakan Kebaikan Untuk Mendapatkan Cinta
- Bab 114 Darimana
- Bab 115 Berciuman Dengan Lembut
- Bab 116 Garis Pertahanan Hati
- Bab 117 Menginjak Ketulusan Orang Lain
- Bab 118 Hambatan Hati
- Bab 119 Wanita Seharusnya Lebih Bisa Bawa Diri
- Bab 120 Haid Sialan
- Bab 121 Percuma Sudah Memperingatkan
- Bab 122 Mencintaimu Butuh Berapa Banyak Keberanian
- Bab 123 Jadi Penjahat
- Bab 124 Kabar Baik Kabar Buruk
- Bab 125 Perubahan
- Bab 126 Tidak Berjuang
- Bab 127 Dion Brengsek
- Bab 128 Dandelion Ungu
- Bab 129 Benar-Benar Ingin Memintamu
- Bab 130 Bersikeras Tidak Kembali Ke Rumah
- Bab 131 Pernikahan
- Bab 132 Menghilang
- Bab 133 Gaun Pengantin Dengan Berlian
- Bab 134 Kamu Tidak Ada Harapan
- Bab 135 Gen Keluarga
- Bab 136 Hidup Di Mata Orang Lain
- Bab 137 Kotak Pandora
- Bab 138 Jangan Mengecewakanku
- Bab 139 Bertaruh Kebahagiaan Seumur Hidup
- Bab 140 Menunggu
- Bab 141 Pertama Kali (1)
- Bab 141 Pertama Kali (2)
- Bab 142 Senasib (1)
- Bab 142 Senasib (2)
- Bab 143 Kunjungan Khusus (1)
- Bab 143 Kunjungan Khusus (2)
- Bab 144 Mengapa (1)
- Bab 144 Mengapa (2)
- Bab 145 Bandara (1)
- Bab 145 Bandara (2)
- Bab 146 Taman Bunga Wisteria (1)
- Bab 146 Taman Bunga Wisteria (2)
- Bab 147 Dalam Masalah
- Bab 148 Malam Yang Indah (1)
- Bab 148 Malam Yang Indah (2)
- Bab 149 Lemah (1)
- Bab 149 Lemah (2)
- Bab 150 Makan Bersama Setelah Pulang Kerja
- Bab 151 Konferensi Pers
- Bab 152 Pembubaran Kontrak Pernikahan
- Bab 153 Kakak Kedua
- Bab 154 Mabuk Berat
- Bab 155 Menikah
- Bab 156 Jelek
- Bab 157 Bertemu Leheon
- Bab 158 Pelayan Meminta Maaf
- Bab 159 Sembuh
- Bab 160 Kelupaan
- Bab 161 Makan Pangsit
- Bab 162 Sesuatu yang terjadi datang secara bersamaan
- Bab 163 Selamat Ulang Tahun
- Bab 164 Kesal Sekali 1
- Bab 164 Kebahagiaan 2
- Bab 165 Perkumpulan
- Bab 166 Makan
- Bab 167 Terus Terang
- Bab 168 Gaun Pesta
- Bab 169 Harapan Kedepan
- Bab 170 Diculik
- Bab 171 Berani
- Bab 172 Terkejut
- Bab 173 Besok Datang Lagi
- Bab 174 Aku Mau Balas Dendam
- Bab 175 Khawatir
- Bab 176 Tunggu aku
- Bab 177 Chatting
- Bab 178 Liburan
- Bab 179 Menangis
- Bab 180 Bercanda
- Bab 181 Rumah Sakit
- Bab 182 Operasi
- Bab 183 Sakit Hati (1)
- Bab 183 Sakit Hati (2)
- Bab 184 Sadar (1)
- Bab 184 Sadar (2)
- Bab 185 Melihat Sunrise (1)
- Bab 185 Melihat Sunrise (2)
- Bab 186 Bermuka Tebal (1)
- Bab 186 Bermuka Tebal (2)
- Bab 187 Aku Menikahimu (1)
- Bab 187 Aku Menikahimu (2)
- Bab 188 Serigala Datang (1)
- Bab 188 Serigala Datang (2)
- Bab 189 Ganti Rugi (1)
- Bab 189 Ganti Rugi (2)
- Bab 190 Tanpa Sadar mengetahui Rahasia (1)
- Bab 190 Tanpa sadar mengetahui Rahasia (2)
- Bab 191 Omong Kosong (1)
- Bab 191 Omong Kosong (2)
- Bab 192 Sedih (1)
- Bab 192 Sedih (2)
- Bab 193 Menumpang (1)
- Bab 193 Menumpang
- Bab 194 Tak Menyerah
- Bab 195 Dandelion Bertunas (1)
- Bab 195 Dandelion Bertunas (2)
- Bab 196 Membeli baju
- Bab 197 Punya Anak
- Bab 198 Dandelion Sepenuhnya Hancur
- Bab 199 Maaf (1)
- Bab 199 Maaf (2)
- Bab 200 Bercerita Lucu (1)
- Bab 200 Bercerita Lucu (2)
- Bab 201 Aku Tidak Merayu Kakak Iparmu (1)
- Bab 216 Aku Tidak Merayu Kakak Iparmu
- Bab 202 Pria Brengsek
- Bab 203 Diikuti Hantu
- Bab 204 Cara Terbaik Melarikan Diri.
- Bab 205 Perjamuan (1)
- Bab 205 Perjamuan (2)
- Bab 206 Dia Akan Menikah
- Bab 207 Jalang
- Bab 208 Gaun Pengantin
- Bab 209 Belum Tidur ? (1)
- Bab 209 Belum Tidur ? (2)
- Bab 210 Cinta dan Takdir (1)
- Bab 210 Cinta dan Takdir (2)
- Bab 211 Jangan Menangis (1)
- Bab 211 Jangan Menangis (2)
- Bab 212 Pembohong (1)
- Bab 212 Pembohong (2)
- Bab 213 Siapa Yang Menyerah Terhadap Cinta (1)
- Bab 213 Siapa Yang Menyerah Terhadap Cinta (2)
- Bab 214 Aku Tidak Akan Membiarkanmu Kalah !
- Bab 215 Berbahaya
- Bab 216 Aku Berpikir Untukmu
- Bab 217 Nonton Film
- Bab 218 Tan
- Bab 219 Menyebalkan
- Bab 220 Pergi
- Bab 221 Apa Aku Boleh Cium Kamu (1)
- Bab 221 Apa Aku Boleh Cium Kamu (2)
- Bab 222 Istri Selingkuh Duluan
- Bab 223 Apa Kamu Mau Meninggalkan Dion
- Bab 224 Resah
- Bab 225 Menolak
- Bab 226 Malam Yang Sepi
- Bab 227 Tidak Ada Keberanian
- Bab 228 Antara Janji Dan Tanggung Jawab
- Bab 229 Cincin Nikah
- Bab 230 Cepat Pakai Baju
- Bab 231 Apa Cinta Itu Penting
- Bab 232 Karaoke
- Bab 233 Cinta Terakhir yang Berisi Air Mata
- Bab 234 Pembunuh (1)
- Bab 234 Pembunuh (2)
- Bab 235 Semalaman Tidak Pulang
- Bab 236 Selamat Jalan
- Bab 237 Berdoa
- Bab 238 Melihat Pernikahannya Dengan Mata Kepala Sendiri
- Bab 239 Aula Pernikahan
- Bab 240 Mimpi Yang Rusak
- Bab 241 Pembohong
- Bab 242 Terjadi Sesuatu
- Bab 243 Seumur Hidup
- Bab 244 Aku Tidak Meninggalkanmu
- Bab 245 Tetap Bersamaku
- Bab 246 Perpisahan
- Bab 247 Tan?
- Bab 248 Maafkan
- Bab 249 Bicarakan Soal Syarat
- Bab 250 Bertemu Lagi
- Bab 251 Permainan Kata-Kata Tulus
- Bab 252 Domino Idiom
- Bab 253 Kata-Kata Tulus
- Bab 254 Pameran Bursa Kerja
- Bab 255 Tidak Suka
- Bab 256 Wawancara
- Bab 257 Penghalang Cinta
- Bab 258 Lamaran
- Bab 259 Air Mata Dari Wanita
- Bab 260 Lembur
- Bab 261 Tamparan
- Bab 262 Memalukan
- Bab 263 Mau Tidak Coba Seberapa Keras
- Bab 264 Jangan Dikasih Hati Minta Jantung Ya
- Bab 265 Apa Ini Kejutan
- Bab 266 Bersekongkol
- Bab 267 Malam Natal
- Bab 268 Tan Hilang
- Bab 269 Tidak Tenang
- Bab 270 Tempat Judi
- Bab 271 Ambilah Hatiku
- Bab 272 Penundaan Pernikahan
- Bab 273 Kehidupan Sederhana
- Bab 274 Minum Anggur
- Bab 275 Marah
- Bab 276 Yang Paling Kejam Bukanlah Kegagalan
- Bab 277 Bunuh Diri
- Bab 278 Kematian Tan
- Bab 279 Kecelakaan Yang Tak Terduga
- Bab 280 Bertengkar
- Bab 281 Tidak Ada Akhir Ke Tiga
- Bab 282 Moodnya Sudah Bagus
- Bab 283 Fitting Gaun Pernikahan
- Bab 284 Berlama-Lama Sampai Mati
- Bab 285: Sindiran
- Bab 286 Kejadian di Hotel
- Bab 287 Berapa Lama?
- Bab 288 Mencium Kelly
- Bab 289 Aku Mencintaimu
- Bab 290 Lawan Kata Dari Aku Mencintaimu
- Bab 291 Menceritakan Kisah
- Bab 292 Aku Mencintaimu
- Bab 293 Jangan Katakan!
- Bab 294 Menggambar Lingkaran
- Bab 295 Rahasia
- Bab 296 Jangan Lepaskan Aku
- Bab 297 Mandi dan Tidurlah
- Bab 298 Kemarahan
- Bab 299 Lika-Liku Perjalanan
- Bab 300 Minum Alkohol
- Bab 301 Jebakan
- Bab 302 Kebenaran Selalu Pahit
- Bab 303 Cinta Yang Telah Mati
- Bab 304 Aku Membutuhkanmu!
- Bab 305 Mengambil Nyawanya!
- Bab 306 Apa Yang Sedang Kamu Lakukan?
- Bab 307 Mabuk
- Bab 308 Cinta Hingga Akhir
- Bab 309 Tidak Mengerti Arti Cinta
- Bab 310 Foto
- Bab 311 Perasaan Bersalah
- Bab 312 Sungguh Menderita
- Bab 313 Hamil
- Bab 314 Hidup Untuk Cinta
- Bab 315 Setia Pada Teman
- Bab 316 Hidup Dengan Baik
- Bab 317 Menggugurkan Anak
- Bab 318 Aku Tidak Mau Menggugurkan Anak
- Bab 319 Telah Pergi
- Bab 320 Identitas Asli Leheon Mozard
- Bab 321 Lupakan Saja
- Bab 322 Ada Pendukung
- Bab 323 Siapa Kamu Sebenarnya?
- Bab 324 Bersalah
- Bab 325 Hamil Diluar Nikah
- Bab 326 Mau Lahir (1)
- Bab 326 Mau Lahir (2)
- Bab 327 Aku Bersedia
- Bab 328 Keji
- Bab 329 : Langsung Berlari
- Bab 330 : Mencari Saudara
- Bab 331 : Loyalitas Bodoh !
- Bab 332 : Terlalu Kesepian
- Bab 333 : Perjanjian Lima Tahun
- Bab 334 : Pintar Sekali
- Bab 335 : Pulang
- Bab 336 Bertemu Samuel
- Bab 337 Ayahnya Adalah Dion ...
- Bab 338 Mengulangi Kesalahan
- Bab 339 Lima Tahun Yang Lalu
- Bab 340 Reuni Yang Tak Terduga
- Bab 341 Menangis
- Bab 342 Sakit Karena Cinta Yang Tidak Bisa Didapatkan
- Bab 343 Kedua Kali Bertemu
- Bab 344 Dia Tidak Ada Seharipun Yang Tidak Sakit
- Bab 345 Menginap Pada Malam Ini
- Bab 346 Mencium Sampai Berdarah
- Bab 347 Orang jahat
- Bab 348 Ayah dari Anak Itu
- Bab 349 Marah
- Bab 350 Jangan Bicara Dengan Paman
- Bab 351 Masih Belum Mati
- Bab 352 Tergila-Gila Padanya
- Bab 353 Merasa Bersalah
- Bab 354 Alergi
- Bab 355 Maaf
- Bab 356 Kalau Aku Perlu Kamu, Aku Harus Bagaimana?
- Bab 357 Kencan Buta
- Bab 358 Selamatkan Ibuku
- Bab 359 Kembali Ke Sisiku
- Bab 360 Harmonis
- Bab 361 Mengoles Obat
- Bab 362 Tidak Sempat Berpamitan
- Bab 363 Terakhir Kalinya
- Bab 364 Kamu Selalu Begitu Jahat.
- Bab 365 Hubungan Persaudaraan Yang Berharga
- Bab 366 Pengenalan Ayah Dan Anak
- Bab 367 Kenapa Bisa Namanya ?
- Bab 368 Mencari Wanwan
- Bab 369 Perbedaan Yang Drastis
- Bab 370 Menyalahkan
- Bab 371 Menangislah
- Bab 372 Bukan Tidak Cinta Melainkan Sangat Cinta
- Bab 373 Datanglah ke Kamarku
- Bab 374 Nenek Sudah Meninggal
- Bab 375 Kamu Tidur Saja
- Bab 376 Berjanji
- Bab 377 Bersedia Mati Di Sisimu
- Bab 378 Siapa Pelakunya?
- Bab 379 Keguguran
- Bab 380 Benarkah Itu Kamu?
- Bab 381 Apakah Tidak Senang Bertemu Denganku?
- Bab 382 Malam Pernikahan Yang Tragis
- Bab 383 Jesan Bishen
- Bab 384 Suami Istri Tua
- Bab 385 Pernikahan Akhirnya Berlangsung Sesuai Jadwal
- Bab 386: Malam Pertama
- Bab 387: Terima Kasih
- Bab 388: Mayat
- Bab 389: Kita Hadapi Bersama
- Bab 390: Kantor Polisi
- Bab 391 Investigasi
- Bab 392 Jesan Bunuh Diri
- Bab 393 Merebut Posisi
- Bab 394 Meninggal
- Bab 395 Curiga
- Bab 396 Kasusnya Sudah Ditutup
- Bab 397 Rubah Menunjukkan Ekornya
- Bab 398 Meninggalkan Zurich
- Bab 399 Hilang
- Bab 400 Masih Hidup?
- Bab 401 Runtuh
- Bab 402 Kebenaran Mengejutkan 20 Tahun Yang Lalu
- Bab 403 Membuat Orang Sangat Lelah
- Bab 404 Kebenaran
- Bab 405 Berhati Lembut Seperti Wanita
- Bab 406 Tidak Bisa Menahan
- Bab 407 Pengirim Surat Yang Misterius
- Bab 408 Siapa Kamu?
- Bab 409: Berdarah Dingin
- Bab 410 Rencana
- Bab 411 Pria Nenek
- Bab 412 Bertindak Gegabah
- Bab 413 Berpura-Pura?
- Bab 414 Menangis
- Bab 415 Ketidakadilan
- Bab 416 Amnesia
- Bab 417: Tidak Berani Menganggap Enteng
- Bab 418 Mencelakai Kamu
- Bab 419 Mencelakai
- Bab 420 Berkelahi Terus Terang
- Bab 421 Tidak Menyangka
- Bab 422 Terlalu Kelewatan
- Bab 423 Rindu
- Bab 424 Terjebak Bahaya
- Bab 425 Kehangatan
- Bab 426 Emosi Apa yang Menyelubunginya
- Bab 427 Bandit yang Bengis
- Bab 428 Jadi Hantu Pun Tidak Akan Membebaskanmu
- Bab 429 Segera Meninggal
- Bab 430 Kebencian di Dalam Hati
- Bab 431 Menyaksikan Pertunjukkan Asyik
- Bab 432 Mengatur Jadwal Operasi
- Bab 433 Terpisah Di Dua Alam Berbeda
- Bab 434 Jangan Khawatir
- Bab 435 Satu Tahun Kemudian (Tamat)
- Bab 436 Bab Tambahan: Cinta Antara Dion Dan Kelly (1)
- Bab 436: Bab Tambahan: Cinta Antara Dion Dan Kelly (2)
- Bab 436: Bab Tambahan: Cinta Antara Dion Dan Kelly (3)
- Bab 437: Bab Tambahan: Bulan Madu Yang Manis (1)
- Bab 437: Bab Tambahan: Bulan Madu Yang Manis (2)
- Bab 438 Kota Asing: Jika Cinta Adalah Kehendak Tuhan
- Bab 439: Negara Asing: Rencana Gila