Cinta Di Balik Awan - Bab 62 : Jika Cinta Itu Bertahan Lama

Pesawat mendarat di Bandara Pudong di Shanghai, di mana matahari terbenam mewarnai sebagian besar kota menjadi warna merah.

Sesampai di hotel tempat dia tinggal, Kelly meletakkan barang bawaannya dan berkata dengan tergesa-gesa: “Dion, aku pulang dulu. “

“Kamu tinggal dimana? “

“Jauh, di pinggiran kota. “

“Kalau begitu besok baru kembali saja, besok kuminta Maxim mengantarmu pulang. “

Tidak perlu. Dia melambaikan tangannya: “Ini tempatku, aku tidak takut tersesat. “

Dion berpikir selama beberapa detik dan bertanya dengan lembut: “Kalau begitu kapan kembali?“

Dia menjawab dengan sedikit ragu: “tergantung lihat keadaan. “

“Perjalananku kali ini ada lima hari, kamu jangan lima harinya tidak ada dirumah. “

Jelas, jawabannya membuatnya tidak puas.

“Iya tahu, aku tour guide yang kamu rekrut, tidak usah kamu bilang, aku juga tahu. “

“Bagus kalau begitu. “

Kelly bergegas keluar dari hotel dengan suasana hati yang tergesa-gesa, bergegas ke stasiun MRT terdekat, setelah hampir dua jam perjalanan ke stasiun, akhirnya tiba di rumah yang telah dia rindukan siang dan malam, dia berdiri di luar toko pangsit Blue Sky, melihat pemandangan yang familiar di depannya, hidungnya sakit dan dia bergegas ke depan, lalu berteriak, “Papa, Mama, aku pulang……”

Yang pertama kali keluar dari ruangan, adalah ibu dari Kelly, Yuni, dia hampir tidak percaya, dia membuka matanya lebar-lebar, dan setengah keras menjawab: “Kelly, apa itu kamu? Bagaimana mungkin itu kamu? Kenapa kamu Kembali? “

Kemudian di susul ayahnya keluar, Dian Hansen, yang mengenakan celemek di pinggangnya dan kedua tangannya penuh dengan tepung, tiba-tiba melihat putrinya wajahnya berseri bahagia, tapi lebih banyak ragu.

“Kelly, bukannya kamu lulus bulan Juni? Kenapa kembali sekarang? “

Dia memeluk orangtuanya dengan erat, menunggu pikirannya tenang, baru menjelaskan: “aku temani bos dinas ke Shanghai, sekalian pulang lihat kalian. “

“Bos? “

Ayahnya mengerutkan kening penuh dengan waspada: “ Bos apaan? “

“Iya bos part time ku di Zurich, dia ingin pergi ke Shanghai survey pasar, kebetulan aku orang Shanghai, lebih paham situasi ini, jadi dia mengajakku pergi bersama. “

“Berapa umur bosmu? “

“Lumayan tua, sekitar 50-an tahun. “

Untuk menghindari masalah yang tidak perlu, dia berbohong, meski hatinya merasa bersalah.

“Laki perempuan? Warga negara mana? “

“Aduh ayah, kamu ini apaan sih? Aku baru pulang, kenapa kamu tidak tanya masalah sekolahku diluar negeri, selalu nanya orang yang tidak penting?! “

Nyonya Hansen melototi ayahnya, dan berkata: “Iya nih, cepat masuk, jangan pedulikan dia. “

Setahun lebih tidak pulang, rumah masih seperti biasa, toko pangsit yang kecil, dua tiga orang duduk dimeja makan pangsit panas, meskipun tidak sebanding dengan hotel bintang lima international, restoran asing, tapi ini gambaran yang paling hangat di hatinya.

“Sudah lapar? mama masakkan semangkuk pangsit untukmu. “

“Ehn yeah. “

Tuan Hansen duduk didepannya, dan mulai memahami kehidupan sekolahnya selama setahun lebih, pertanyaan yang paling banyak ditanyakan, adalah masalah percintaan.

“Kali ini kamu pulang benar bukan kebetulan. “

“Kenapa? “

“Samuel pergi keluar kota menjalani pelatihan, dia kemarin baru pergi, kalian lihat diri kalian takdir macam apa ini. “

Dia menghela nafas dengan menyesal, dia menyalahkan putrinya: “tidak mengabari sebelum pulang, kalau tahu kamu pulang hari ini, dia kemarin pasti tidak pergi. “

“Kalau sudah pergi ya sudah, tidak masalah, ku pikir ada masalah apa. “

“Dasar kamu ini, sudah lama tidak ketemu, apa kamu tidak ingin ketemu dengannya? “

“Itu juga bukan tidak bisa ketemu lagi nantinya, masih ada hari esok. “ Dia menggunakan satu tangan menopang dagu: “seperti kata pepatah, kalau cinta bertahan lama, dimanapun pasti akan ketemu. “