Cinta Di Balik Awan - Bab 436: Bab Tambahan: Cinta Antara Dion Dan Kelly (2)
Bab 436: Bab Tambahan: Cinta Antara Dion Dan Kelly (2)
Aku yang saat ini, bahkan memiliki pikiran nakal, jika memotret dia yang sedang sibuk di dapur sambil menggunakan celemek dan fotonya dikirim ke studio majalah, tidak tahu akan ada berapa banyak orang yang akan tercengang dan tidak bisa menahan diri untuk diam-diam tertawa, aku merasa diri sendiri sangat jahat.
“Mama, pagi.”
Wanwan sudah bangun, sambil merenggangkan pinggangnya berjalan ke hadapanku, lalu mencium wajahku.
“Apakah papa masih belum bangun?”
“Sudah bangun, sedang membuat sarapan di dapur.”
“Ah, papa membuat sarapan?” Wanwan terkejut hingga mulutnya ternganga, ekspresi wajahnya sama sekali tidak bisa mempercayai hal ini, sebenarnya bukan hanya dia, mungkin semua orang di dunia ini tidak akan percaya bahwa tuan muda Stenheim yang selalu bertindak cepat dan keras dalam berbisnis, ternyata di rumah malah menjadi pembantu……
“Eng, benar, pergi lihat dia sudah selesai masak belum?”
Kata-kataku baru selesai terlontarkan, Dion langsung keluar dari dapur, tangan memegang piring makan, tersenyum sambil menyapa: “Dua nona yang imut, sarapan sudah siap, ayo cepat kemari, makan selagi masih panas.”
Wanwan yang lebih dulu berlari ke samping meja makan, menjulurkan kepala melihat, langsung berseru: “Astaga, apakah ini bisa dimakan?”
Aku bergegas jalan ke sana, melihat makanan yang ada di atas meja, mendongak sambil menghela nafas, memang benar, tidak boleh menaruh harapan yang terlalu besar pada pria ini, mungkin akan aneh kalau tidak tidak sampai dikecewakan.
Hidangan itu memang cukup beragam, telur goreng, panekuk goreng, susu, sandwich, daging asap, penampilannya hanya bisa dijelaskan dengan sepatah kata, terlalu mengerikan untuk dilihat.
Telur goreng warna hitam, panekuk gosong, daging asap juga gosong, daging yang ada di tengah sandwich sekali lihat sudah tahu kalau masih mentah, hanya lihat saja sudah membuat orang merasa tidak ada nafsu makan, jangan berharap makanan yang masuk ke dalam mulut akan ada rasa enak.
“Pertama kali masak, Wanwan harap maklum ya, anggap menghargai papa boleh tidak?”
Dion penuh harapan menatap putrinya.
Wanwan melihat ke arahku, sedang minta pendapatku, aku menarik kursi dan duduk, bersikap lapang dada mengatakan: “Meskipun terlihat tidak bagus, tapi papamu sudah sibuk sepanjang pagi baru berhasil membuatnya, mari kita hargai hasil jerih payahnya.”
Mendengar aku berkata seperti itu, putriku ikut duduk, menatap makan di meja sambil mengerutkan kening, tidak tahu harus mulai makan dari mana, lebih tepatnya tidak tahu yang mana baru bisa dimakan.
Dion melihat kebimbangan putrinya, penuh perhatian mengambilkan sepotong daging asap untuknya: “Makan ini saja, ini termasuk hasil yang paling bagus.”
Wanwan gigitnya, pelan-pelan dikunyah, Dion menatap ekspresinya, bertanya dengan tidak sabar: “Bagaimana? Apakah rasanya enak?”
“Apakah harus berkata jujur?”
“Tentu saja harus jujur, anak kecil tidak boleh berbohong.”
“Sama seperti memakan kayu bakar.”
……
Dion sudah terpukul, dia menundukkan kepala, mengambil sepiring daging asap itu ke hadapannya: “Aku makan yang ini saja, kalian makan yang lain.”
Wanwan mengambil sepotong sandwich, ragu-ragu sejenak, penuh penderitaan menggigitnya, meskipun sangat sulit dimakan, tapi demi menjaga harga diri papa, hanya bisa memaksakan diri menelannya ke dalam perut, sepotong sandwich hanya makan setengah, akhirnya Wanwan tidak bisa bertahan lagi, membalikan kepala melihatku, bertanya dengan serius: “Mama aku ingin tahu, apakah kelak papa yang akan menyiapkan sarapan pagi?”
Aku mengangguk: “Iya.”
“Kalau begitu lebih baik aku kabur dari rumah saja…….”
Dion terkejut mengangkat matanya: “Wanwan, kamu tidak boleh memojokkan papa seperti ini.”
“Aku juga tidak ingin memojokkanmu, tapi tidak boleh demi harga dirimu yang menyedihkan itu, menganiaya perutku.”
“Dari mana harga diriku menyedihkan?”
“Apakah kamu masih tidak cukup menyedihkan? Apa yang mama suruh kamu tidak akan pernah berani menentangnya, bagaimana seorang pria bisa menjalani kehidupan hingga begitu tak berguna?”
….….Dion hampir muntah darah.
“Ini bukan tidak berguna, ini adalah cara papa mencintai mama, sekarang kamu masih kecil tidak mengerti, tunggu kelak setelah dewasa akan mengerti.”
“Kamu jangan mencari alasan lagi, bibi kedua mengatakan kamu adalah kriteria suami penurut istri, kamu lihat kakekku, di rumah seperti seekor harimau, nenek tidak pernah berani berteriak padanya.”
“Itu ketika kakekmu sedang marah, ketika papa marah juga seperti seekor harimau, tidak percaya kamu tanya……”
Dion melihat ke arahku, aku mengangkat alis: “Wah, saat kamu marah seperti harimau ya? Kalau begitu aku mirip apa?”
“….…kamu seperti Pemburu yang memukul harimau.” Dion menatapku lama, baru melontarkan satu kalimat yang begitu tidak rela.
Aku mengangguk puas, tersenyum sambil berdiri: “Sudah siang, antar Wanwan ke sekolah, ingat belikan sarapan buat anak.”
Wanwan merasa senang dan memelukku: “Mama sungguh baik, memang benar anak yang memiliki mama seperti harta berharga.”
Dion mengendarai mobil membawa Wanwan turun gunung, aku mengikat celemekku, membersihkan dapur yang berantakan hingga bersih sekali, meskipun dengan perut besar terlihat sangat melelahkan, sebenarnya sedikit pun tidak lelah, bagi aku yang sudah pernah melahirkan seorang anak, jangankan bersih-bersih rumah, untuk cuci baju dan masak juga merupakan hal kecil.
Selesai bersih-bersih, aku mengambil sebuah buku karya Daphne Du Maurier yang berjudul (Butterfly Dream) pergi ke taman di luar, matahari pagi dengan lembut menyinari wajah, nyaman sekali, di udara tersebar aroma lembut bunga kacapiring, hari yang sangat indah.
Baru saja baca satu bab buku, langsung mendengar suara klakson mobil dari luar, aku penuh keraguan menutup buku dan berjalan keluar, ternyata di luar menemukan Dion kembali lagi.
“Apakah ada sesuatu yang ketinggalan?” Aku maju ke depan sambil bertanya.
Dion menggeleng: “Tidak ada.”
“Lalu untuk apa kamu kembali lagi?”
Dion membungkuk dan mengambil kantong plastik dari dalam mobil, disodorkan ke hadapanku: “Saat beli sarapan buat Wanwan sekalian beli satu porsi untukmu, semua adalah makanan kesukaanmu, bawa masuk dan makan.”
Wajahku sangat tegas menatap kantong makanan itu sambil berkata: “Jangan berharap bisa menyogok aku, aku tidak akan berubah pikiran!
“Berpikir membeli satu porsi sarapan pagi untukku, perjanjian tiga poin sudah bisa dibatalkan? Mimpi…..”
“Tenang saja, besok pagi aku tetap akan bangun untuk membuat sarapan pagi, kamu bisa tenang menikmati diperlakukan sebagai ratu, tunggu aku melayanimu dengan nyaman.”
Ratu……
Tiba-tiba teringat kata-kata iklan suatu produk, wanita adalah tuan putri selama sehari, ratu selama sepuluh bulan, aku segera bertanya: “Apakah ratu ini ada batas waktu?”
“Tidak ada, sehari kamu adalah ratuku, maka seumur hidup kamu tetap adalah ratuku.”
Aku merasa senang mengulurkan tangan memeluk lehernya, lalu mencium pipinya, sudah mendapatkan keuntungan masih bersikap tidak bersalah, mengatakan: “Di kehidupan sebelumnya aku sudah menanam berapa banyak berkah, baru bisa menemukan suami sebaik ini?!”
Dion tidak bersikap baik mengomel “bukan berkah yang kamu tanam, melainkan kehidupan sebelumnya aku berbuat terlalu banyak dosa……”
Berpikir aku tidak mendengarnya, sebenarnya aku mendengarnya dengan sangat jelas, sengaja bertanya dengan jahat: “Apa? Apa yang kamu katakan?”
“Tidak apa-apa, aku pergi ke perusahaan dulu.”
Dion mencium keningku, bergegas masuk ke dalam mobil, menatap mobilnya yang perlahan melaju pergi, aku berpesan dengan suara keras: “Suamiku, nanti malam pulang lebih awal ya, tunggu kamu masakan makanan……”
Satu suara menderu, mobilnya berlari keluar dari pandanganku, sekejap mata, langsung menghilang tanpa jejak.
Putra dilahirkan dengan lancar, setelah Dion mengalami kebahagiaan diawal, perlahan merasakan kehidupan yang bagai neraka mulai datang.
“Suamiku, cepat pergi buatkan susu, bayi sudah lapar.”
Aku memerintahkan Dion yang baru saja keluar dari toilet sehabis mandi, Dion tidak mengatakan apa pun, mengambil botol susu langsung turun ke lantai bawah.
Sekali pergi sepuluh menit masih belum naik, bayi terus menangis karena kelaparan, aku marah sekali, mengendong anak langsung berjalan ke depan tangga, berteriak: “Dion, apakah kamu pergi ke Amerika Serikat untuk buat susu?”
“Sudah, sudah!”
Dion bergegas lari ke arahku sambil membawa susu yang sudah diseduhnya, cepat-cepat menjelaskan: “Karena tidak tahu bagaimana cara mengatur proporsi air, jadi terus menelepon istri temanku untuk menanyakannya.”
Aku melototinya dengan galak: “Tidak bertanya pada istri sendiri malah bertanya pada istri orang lain? apa maksudmu? Hmm? Hmm?”
“Jika aku bertanya padamu, kamu pasti akan mengatakan--” Dion meniru suaraku: “Bahkan susu saja tidak bisa buat, coba kamu katakan apa yang bisa kamu lakukan? Kepala babi!”
“Apakah aku pernah memarahimu kepala babi?” Aku tidak bersikap baik bertanya padanya.
“Kamu pikirkan baik-baik apakah pernah memarahiku….”
Dion mengambil anak dalam pelukanku, masuk duluan ke kamar tidur.
Aku berpikir secara teliti, segera mengejar ke dalam: “Ah, bukahkan kemarin malam aku hanya memarahimu sekali saja? Apakah perlu ingat hingga begitu jelas?”
“Benar hanya sekali saja?”
Aku berpikir-pikir lagi, tidak terlalu percaya diri: “Sepertinya dua kali……”
“Yakin dua kali?”
Aku marah: “Kalau begitu kamu katakan berapa kali?”
“Segini.” Dion menunjukkan sembilan jarinya.
Aku tidak bersikap baik mendengus: “Walaupun aku memarahimu kepala babi memangnya kenapa? Aku adalah istrimu, sudah seharusnya aku memarahimu, apakah kamu perlu mengingatnya hingga sedetail itu? Perhitungan!”
Dion menggeleng kepalanya dengan polos: “Bukan aku yang perhitungan, tapi kata-katamu selalu aku simpan di hati, walaupun kata-kata untuk memarahiku, aku juga tidak berani melupakannya, coba kamu katakan apalagi yang membuatmu tidak puas……”
Selesai bicara, lalu mengela nafas dalam-dalam.
Anak menangis hebat, aku juga malas bertengkar dengannya, merebut botol susu yang ada di tangannya, di letakkan di samping wajah untuk mencoba suhunya, begitu dicoba hasilnya kelopak mataku langsung berkedut karena kepanasan, dalam sekejap aku langsung marah, “Apakah kamu papa tiri? Susu dibuat hingga begitu panas, apakah kamu ingin melukai mulut anak kita?”
Novel Terkait
Cinta Tak Biasa
SusantiPria Misteriusku
LylyAdieu
Shi QiAdore You
ElinaDoctor Stranger
Kevin WongPredestined
CarlyCinta Di Balik Awan×
- Bab 1 Pria Yang Dikejar Pembunuh
- Bab 2 Kesucian Atau Keadilan
- Bab 3 Sepertinya Kenal
- Bab 4 Jarak Antar Mereka
- Bab 5 Memilih Selir
- Bab 6 Kabur Sejauh Mungkin
- Bab 7 Berani Menentang
- Bab 8 Peraturan Keluarga Kaya
- Bab 9 Pesta Topeng
- Bab 10 Takdir Buruk
- Bab 11 Pria Ini Tak Mudah
- Bab 12 Niat Satu Pihak
- Bab 13 Apa Kita Kenal Dekat
- Bab 14 Perlu Mengubah Image
- Bab 15 Gerakan Kecil Romantis
- Bab 16 Tak Ada Yang Bisa Didapat
- Bab 17 Pura-Pura Tidak Kenal
- Bab 18 Daya Tarik
- Bab 19 Senyuman Spesial
- Bab 20 Jangan Jadi Wanita Yang Orang Harapkan
- Bab 21 Pemikiran Yang Melampaui Batas
- Bab 22 Cinta Sampai Tak Berdaya
- Bab 23 Gosip Yang Membuat Gusar
- Bab 24 Salah Kirim Pesan
- Bab 25 Sumpah Mati Pengabdian
- Bab 26 Mudah Dicintai
- Bab 27 Lesung Bunga Mekar
- Bab 28 Fragnant Night
- Bab 29 Perasaan Mistis Membuat Perasaan Kacau
- Bab 30 Antara Laki-Laki dan Perempuan
- Bab 31 Rahasia yang Harus Dijaga Baik
- Bab 32 Hadiah Ulang Tahun
- Bab 33 Penyimpangan Perilaku
- Bab 34 Kemampuan Wanita Untuk Menjadi Pemenang
- Bab 35 Menjadi Yang Lain
- Bab 36 Pinggang Ramping Enak Di Peluk
- Bab 37 Orang Yang Berdansa Dengannya.
- Bab 38 Masalah Umum Pria
- Bab 39 Tidak Boleh Didekati
- Bab 40 Tidak Beda Dengan Binatang
- Bab 41 Hidup Dalam Kebahagiaan, Tidak Merasakan Bahagia
- Bab 42 Kita Jangan Kontak Lagi
- Bab 43 Ditakdirkan Hanya Sebagai Pengunjung
- Bab 44 Kebiasaan
- Bab 45 Dunia Kiamat
- Bab 46 Teman terbaik
- Bab 47 Ditakdirkan Bertemu Di Mana Saja
- Bab 48 Tatapan istimewa
- Bab 49 Tidak Ada Rahasia Yang Bisa Ditutupi Selamanya
- Bab 50 Kertas Tidak Bisa Menahan Api
- Bab 51 Memperlakukan Dengan Sopan
- Bab 52 Tak Bisa Dipisahkan Dan Dilupakan
- Bab 53 Jatuh Dalam Pelukan
- Bab 54 Napas Hangat
- Bab 55 Pria Tidak Berkomitmen
- Bab 56 Terluka
- Bab 57 Buka Bajunya
- Bab 58 Minta dia untuk melayani
- Bab 59 Menantang Batas Kesabaran
- Bab 60 Kamulah Protagonis
- Bab 61 Pilihan Terakhirnya
- Bab 62 : Jika Cinta Itu Bertahan Lama
- Bab 63: Sel-sel Yang Tidak Tenang
- Bab 64 Menggoda Hatinya
- Bab 65 Tanpa Sadar Perasaan Muncul
- Bab 66 Bertemu Di Jalan
- Bab 67 Apakah Kamu Menutupi Identitasku?
- Bab 68 Pernikahanku, Aku Yang Putuskan
- Bab 69 Tidak Jatuh Cinta
- Bab 70 Tidak Tega Melakukan Sesuatu Padamu
- Bab 71 Kekacauan Setelah Minum
- Bab 72 Tidak Menunggu Lama
- Bab 73 Kita Tidak Bisa
- Bab 74 Berjuang Meronta Akal Sehat
- Bab 75 Jatuh Ke Jurang
- Bab 76 Sementara Rahasia
- Bab 77 Cinta Yang Salah Seumur Hidup
- Bab 78 Ayam Goreng Kacang
- Bab 79 Rasa Buah Yang Segar
- Bab 80 Digosipkan Yang Tidak-Tidak
- Bab 81 Ketidaktahuan Juga Suatu Kebahagiaan
- Bab 82 Cinta Yang Unik
- Bab 83 Ciuman Berapi-Api
- Bab 84 Hati Akan Pergi Mengikuti Cinta
- Bab 85 Tinggallah Disisiku
- Bab 86 Sisi Gelap
- Bab 87 Tidak Masuk Kedalam hatinya
- Bab 88 Lempar Batu Sembunyi Tangan
- Bab 89 Makan Lalat
- Bab 90 Terbang Seperti Phoenix
- Bab 91 Pria Dia Pasti Kurebut
- Bab 92 Cari Pasangan Yang Cocok Untuknya
- Bab 93 Kamu Ganti Pacar Lagi?
- Bab 94 Tidak Pernah Menganggapmu Sebagai Orang Luar
- Bab 95 Pertengkaran yang Sengit
- Bab 96 Tunggu saja Hukumannya
- Bab 97 Lelucon Dingin
- Bab 98 Masuk Ketempat Yang Tidak Seharusnya
- Bab 99 Aturan Berbeda Karena Seseorang
- Bab 100 Panggilan Telepon Yang Tak Terduga
- Bab 101 Dia Bukan Mangsanya
- Bab 102 Tidak Bisa Dihentikan
- Bab 103 Sehari Tidak Bertemu Bagaikan Sembilan Bulan Tidak Bertemu
- Bab 104 Apa Yang Salah Dengan Sebuah Ciuman
- Bab 105 Kisah Coklat Dove
- Bab 106 Gengsi Membuatmu Menderita
- Bab 107 Penampilan Yang Kasar
- Bab 108 Godaan Selembar Cek
- Bab 109 Kita Putus Saja
- Bab 110 Mencintai Sesuatu Yang Berhubungan Dengan Dia
- Bab 111 Bersedia mempertaruhkan semuanya untukmu
- Bab 112 Sepuluh Ribu Macam Jalan
- Bab 113 Menggunakan Kebaikan Untuk Mendapatkan Cinta
- Bab 114 Darimana
- Bab 115 Berciuman Dengan Lembut
- Bab 116 Garis Pertahanan Hati
- Bab 117 Menginjak Ketulusan Orang Lain
- Bab 118 Hambatan Hati
- Bab 119 Wanita Seharusnya Lebih Bisa Bawa Diri
- Bab 120 Haid Sialan
- Bab 121 Percuma Sudah Memperingatkan
- Bab 122 Mencintaimu Butuh Berapa Banyak Keberanian
- Bab 123 Jadi Penjahat
- Bab 124 Kabar Baik Kabar Buruk
- Bab 125 Perubahan
- Bab 126 Tidak Berjuang
- Bab 127 Dion Brengsek
- Bab 128 Dandelion Ungu
- Bab 129 Benar-Benar Ingin Memintamu
- Bab 130 Bersikeras Tidak Kembali Ke Rumah
- Bab 131 Pernikahan
- Bab 132 Menghilang
- Bab 133 Gaun Pengantin Dengan Berlian
- Bab 134 Kamu Tidak Ada Harapan
- Bab 135 Gen Keluarga
- Bab 136 Hidup Di Mata Orang Lain
- Bab 137 Kotak Pandora
- Bab 138 Jangan Mengecewakanku
- Bab 139 Bertaruh Kebahagiaan Seumur Hidup
- Bab 140 Menunggu
- Bab 141 Pertama Kali (1)
- Bab 141 Pertama Kali (2)
- Bab 142 Senasib (1)
- Bab 142 Senasib (2)
- Bab 143 Kunjungan Khusus (1)
- Bab 143 Kunjungan Khusus (2)
- Bab 144 Mengapa (1)
- Bab 144 Mengapa (2)
- Bab 145 Bandara (1)
- Bab 145 Bandara (2)
- Bab 146 Taman Bunga Wisteria (1)
- Bab 146 Taman Bunga Wisteria (2)
- Bab 147 Dalam Masalah
- Bab 148 Malam Yang Indah (1)
- Bab 148 Malam Yang Indah (2)
- Bab 149 Lemah (1)
- Bab 149 Lemah (2)
- Bab 150 Makan Bersama Setelah Pulang Kerja
- Bab 151 Konferensi Pers
- Bab 152 Pembubaran Kontrak Pernikahan
- Bab 153 Kakak Kedua
- Bab 154 Mabuk Berat
- Bab 155 Menikah
- Bab 156 Jelek
- Bab 157 Bertemu Leheon
- Bab 158 Pelayan Meminta Maaf
- Bab 159 Sembuh
- Bab 160 Kelupaan
- Bab 161 Makan Pangsit
- Bab 162 Sesuatu yang terjadi datang secara bersamaan
- Bab 163 Selamat Ulang Tahun
- Bab 164 Kesal Sekali 1
- Bab 164 Kebahagiaan 2
- Bab 165 Perkumpulan
- Bab 166 Makan
- Bab 167 Terus Terang
- Bab 168 Gaun Pesta
- Bab 169 Harapan Kedepan
- Bab 170 Diculik
- Bab 171 Berani
- Bab 172 Terkejut
- Bab 173 Besok Datang Lagi
- Bab 174 Aku Mau Balas Dendam
- Bab 175 Khawatir
- Bab 176 Tunggu aku
- Bab 177 Chatting
- Bab 178 Liburan
- Bab 179 Menangis
- Bab 180 Bercanda
- Bab 181 Rumah Sakit
- Bab 182 Operasi
- Bab 183 Sakit Hati (1)
- Bab 183 Sakit Hati (2)
- Bab 184 Sadar (1)
- Bab 184 Sadar (2)
- Bab 185 Melihat Sunrise (1)
- Bab 185 Melihat Sunrise (2)
- Bab 186 Bermuka Tebal (1)
- Bab 186 Bermuka Tebal (2)
- Bab 187 Aku Menikahimu (1)
- Bab 187 Aku Menikahimu (2)
- Bab 188 Serigala Datang (1)
- Bab 188 Serigala Datang (2)
- Bab 189 Ganti Rugi (1)
- Bab 189 Ganti Rugi (2)
- Bab 190 Tanpa Sadar mengetahui Rahasia (1)
- Bab 190 Tanpa sadar mengetahui Rahasia (2)
- Bab 191 Omong Kosong (1)
- Bab 191 Omong Kosong (2)
- Bab 192 Sedih (1)
- Bab 192 Sedih (2)
- Bab 193 Menumpang (1)
- Bab 193 Menumpang
- Bab 194 Tak Menyerah
- Bab 195 Dandelion Bertunas (1)
- Bab 195 Dandelion Bertunas (2)
- Bab 196 Membeli baju
- Bab 197 Punya Anak
- Bab 198 Dandelion Sepenuhnya Hancur
- Bab 199 Maaf (1)
- Bab 199 Maaf (2)
- Bab 200 Bercerita Lucu (1)
- Bab 200 Bercerita Lucu (2)
- Bab 201 Aku Tidak Merayu Kakak Iparmu (1)
- Bab 216 Aku Tidak Merayu Kakak Iparmu
- Bab 202 Pria Brengsek
- Bab 203 Diikuti Hantu
- Bab 204 Cara Terbaik Melarikan Diri.
- Bab 205 Perjamuan (1)
- Bab 205 Perjamuan (2)
- Bab 206 Dia Akan Menikah
- Bab 207 Jalang
- Bab 208 Gaun Pengantin
- Bab 209 Belum Tidur ? (1)
- Bab 209 Belum Tidur ? (2)
- Bab 210 Cinta dan Takdir (1)
- Bab 210 Cinta dan Takdir (2)
- Bab 211 Jangan Menangis (1)
- Bab 211 Jangan Menangis (2)
- Bab 212 Pembohong (1)
- Bab 212 Pembohong (2)
- Bab 213 Siapa Yang Menyerah Terhadap Cinta (1)
- Bab 213 Siapa Yang Menyerah Terhadap Cinta (2)
- Bab 214 Aku Tidak Akan Membiarkanmu Kalah !
- Bab 215 Berbahaya
- Bab 216 Aku Berpikir Untukmu
- Bab 217 Nonton Film
- Bab 218 Tan
- Bab 219 Menyebalkan
- Bab 220 Pergi
- Bab 221 Apa Aku Boleh Cium Kamu (1)
- Bab 221 Apa Aku Boleh Cium Kamu (2)
- Bab 222 Istri Selingkuh Duluan
- Bab 223 Apa Kamu Mau Meninggalkan Dion
- Bab 224 Resah
- Bab 225 Menolak
- Bab 226 Malam Yang Sepi
- Bab 227 Tidak Ada Keberanian
- Bab 228 Antara Janji Dan Tanggung Jawab
- Bab 229 Cincin Nikah
- Bab 230 Cepat Pakai Baju
- Bab 231 Apa Cinta Itu Penting
- Bab 232 Karaoke
- Bab 233 Cinta Terakhir yang Berisi Air Mata
- Bab 234 Pembunuh (1)
- Bab 234 Pembunuh (2)
- Bab 235 Semalaman Tidak Pulang
- Bab 236 Selamat Jalan
- Bab 237 Berdoa
- Bab 238 Melihat Pernikahannya Dengan Mata Kepala Sendiri
- Bab 239 Aula Pernikahan
- Bab 240 Mimpi Yang Rusak
- Bab 241 Pembohong
- Bab 242 Terjadi Sesuatu
- Bab 243 Seumur Hidup
- Bab 244 Aku Tidak Meninggalkanmu
- Bab 245 Tetap Bersamaku
- Bab 246 Perpisahan
- Bab 247 Tan?
- Bab 248 Maafkan
- Bab 249 Bicarakan Soal Syarat
- Bab 250 Bertemu Lagi
- Bab 251 Permainan Kata-Kata Tulus
- Bab 252 Domino Idiom
- Bab 253 Kata-Kata Tulus
- Bab 254 Pameran Bursa Kerja
- Bab 255 Tidak Suka
- Bab 256 Wawancara
- Bab 257 Penghalang Cinta
- Bab 258 Lamaran
- Bab 259 Air Mata Dari Wanita
- Bab 260 Lembur
- Bab 261 Tamparan
- Bab 262 Memalukan
- Bab 263 Mau Tidak Coba Seberapa Keras
- Bab 264 Jangan Dikasih Hati Minta Jantung Ya
- Bab 265 Apa Ini Kejutan
- Bab 266 Bersekongkol
- Bab 267 Malam Natal
- Bab 268 Tan Hilang
- Bab 269 Tidak Tenang
- Bab 270 Tempat Judi
- Bab 271 Ambilah Hatiku
- Bab 272 Penundaan Pernikahan
- Bab 273 Kehidupan Sederhana
- Bab 274 Minum Anggur
- Bab 275 Marah
- Bab 276 Yang Paling Kejam Bukanlah Kegagalan
- Bab 277 Bunuh Diri
- Bab 278 Kematian Tan
- Bab 279 Kecelakaan Yang Tak Terduga
- Bab 280 Bertengkar
- Bab 281 Tidak Ada Akhir Ke Tiga
- Bab 282 Moodnya Sudah Bagus
- Bab 283 Fitting Gaun Pernikahan
- Bab 284 Berlama-Lama Sampai Mati
- Bab 285: Sindiran
- Bab 286 Kejadian di Hotel
- Bab 287 Berapa Lama?
- Bab 288 Mencium Kelly
- Bab 289 Aku Mencintaimu
- Bab 290 Lawan Kata Dari Aku Mencintaimu
- Bab 291 Menceritakan Kisah
- Bab 292 Aku Mencintaimu
- Bab 293 Jangan Katakan!
- Bab 294 Menggambar Lingkaran
- Bab 295 Rahasia
- Bab 296 Jangan Lepaskan Aku
- Bab 297 Mandi dan Tidurlah
- Bab 298 Kemarahan
- Bab 299 Lika-Liku Perjalanan
- Bab 300 Minum Alkohol
- Bab 301 Jebakan
- Bab 302 Kebenaran Selalu Pahit
- Bab 303 Cinta Yang Telah Mati
- Bab 304 Aku Membutuhkanmu!
- Bab 305 Mengambil Nyawanya!
- Bab 306 Apa Yang Sedang Kamu Lakukan?
- Bab 307 Mabuk
- Bab 308 Cinta Hingga Akhir
- Bab 309 Tidak Mengerti Arti Cinta
- Bab 310 Foto
- Bab 311 Perasaan Bersalah
- Bab 312 Sungguh Menderita
- Bab 313 Hamil
- Bab 314 Hidup Untuk Cinta
- Bab 315 Setia Pada Teman
- Bab 316 Hidup Dengan Baik
- Bab 317 Menggugurkan Anak
- Bab 318 Aku Tidak Mau Menggugurkan Anak
- Bab 319 Telah Pergi
- Bab 320 Identitas Asli Leheon Mozard
- Bab 321 Lupakan Saja
- Bab 322 Ada Pendukung
- Bab 323 Siapa Kamu Sebenarnya?
- Bab 324 Bersalah
- Bab 325 Hamil Diluar Nikah
- Bab 326 Mau Lahir (1)
- Bab 326 Mau Lahir (2)
- Bab 327 Aku Bersedia
- Bab 328 Keji
- Bab 329 : Langsung Berlari
- Bab 330 : Mencari Saudara
- Bab 331 : Loyalitas Bodoh !
- Bab 332 : Terlalu Kesepian
- Bab 333 : Perjanjian Lima Tahun
- Bab 334 : Pintar Sekali
- Bab 335 : Pulang
- Bab 336 Bertemu Samuel
- Bab 337 Ayahnya Adalah Dion ...
- Bab 338 Mengulangi Kesalahan
- Bab 339 Lima Tahun Yang Lalu
- Bab 340 Reuni Yang Tak Terduga
- Bab 341 Menangis
- Bab 342 Sakit Karena Cinta Yang Tidak Bisa Didapatkan
- Bab 343 Kedua Kali Bertemu
- Bab 344 Dia Tidak Ada Seharipun Yang Tidak Sakit
- Bab 345 Menginap Pada Malam Ini
- Bab 346 Mencium Sampai Berdarah
- Bab 347 Orang jahat
- Bab 348 Ayah dari Anak Itu
- Bab 349 Marah
- Bab 350 Jangan Bicara Dengan Paman
- Bab 351 Masih Belum Mati
- Bab 352 Tergila-Gila Padanya
- Bab 353 Merasa Bersalah
- Bab 354 Alergi
- Bab 355 Maaf
- Bab 356 Kalau Aku Perlu Kamu, Aku Harus Bagaimana?
- Bab 357 Kencan Buta
- Bab 358 Selamatkan Ibuku
- Bab 359 Kembali Ke Sisiku
- Bab 360 Harmonis
- Bab 361 Mengoles Obat
- Bab 362 Tidak Sempat Berpamitan
- Bab 363 Terakhir Kalinya
- Bab 364 Kamu Selalu Begitu Jahat.
- Bab 365 Hubungan Persaudaraan Yang Berharga
- Bab 366 Pengenalan Ayah Dan Anak
- Bab 367 Kenapa Bisa Namanya ?
- Bab 368 Mencari Wanwan
- Bab 369 Perbedaan Yang Drastis
- Bab 370 Menyalahkan
- Bab 371 Menangislah
- Bab 372 Bukan Tidak Cinta Melainkan Sangat Cinta
- Bab 373 Datanglah ke Kamarku
- Bab 374 Nenek Sudah Meninggal
- Bab 375 Kamu Tidur Saja
- Bab 376 Berjanji
- Bab 377 Bersedia Mati Di Sisimu
- Bab 378 Siapa Pelakunya?
- Bab 379 Keguguran
- Bab 380 Benarkah Itu Kamu?
- Bab 381 Apakah Tidak Senang Bertemu Denganku?
- Bab 382 Malam Pernikahan Yang Tragis
- Bab 383 Jesan Bishen
- Bab 384 Suami Istri Tua
- Bab 385 Pernikahan Akhirnya Berlangsung Sesuai Jadwal
- Bab 386: Malam Pertama
- Bab 387: Terima Kasih
- Bab 388: Mayat
- Bab 389: Kita Hadapi Bersama
- Bab 390: Kantor Polisi
- Bab 391 Investigasi
- Bab 392 Jesan Bunuh Diri
- Bab 393 Merebut Posisi
- Bab 394 Meninggal
- Bab 395 Curiga
- Bab 396 Kasusnya Sudah Ditutup
- Bab 397 Rubah Menunjukkan Ekornya
- Bab 398 Meninggalkan Zurich
- Bab 399 Hilang
- Bab 400 Masih Hidup?
- Bab 401 Runtuh
- Bab 402 Kebenaran Mengejutkan 20 Tahun Yang Lalu
- Bab 403 Membuat Orang Sangat Lelah
- Bab 404 Kebenaran
- Bab 405 Berhati Lembut Seperti Wanita
- Bab 406 Tidak Bisa Menahan
- Bab 407 Pengirim Surat Yang Misterius
- Bab 408 Siapa Kamu?
- Bab 409: Berdarah Dingin
- Bab 410 Rencana
- Bab 411 Pria Nenek
- Bab 412 Bertindak Gegabah
- Bab 413 Berpura-Pura?
- Bab 414 Menangis
- Bab 415 Ketidakadilan
- Bab 416 Amnesia
- Bab 417: Tidak Berani Menganggap Enteng
- Bab 418 Mencelakai Kamu
- Bab 419 Mencelakai
- Bab 420 Berkelahi Terus Terang
- Bab 421 Tidak Menyangka
- Bab 422 Terlalu Kelewatan
- Bab 423 Rindu
- Bab 424 Terjebak Bahaya
- Bab 425 Kehangatan
- Bab 426 Emosi Apa yang Menyelubunginya
- Bab 427 Bandit yang Bengis
- Bab 428 Jadi Hantu Pun Tidak Akan Membebaskanmu
- Bab 429 Segera Meninggal
- Bab 430 Kebencian di Dalam Hati
- Bab 431 Menyaksikan Pertunjukkan Asyik
- Bab 432 Mengatur Jadwal Operasi
- Bab 433 Terpisah Di Dua Alam Berbeda
- Bab 434 Jangan Khawatir
- Bab 435 Satu Tahun Kemudian (Tamat)
- Bab 436 Bab Tambahan: Cinta Antara Dion Dan Kelly (1)
- Bab 436: Bab Tambahan: Cinta Antara Dion Dan Kelly (2)
- Bab 436: Bab Tambahan: Cinta Antara Dion Dan Kelly (3)
- Bab 437: Bab Tambahan: Bulan Madu Yang Manis (1)
- Bab 437: Bab Tambahan: Bulan Madu Yang Manis (2)
- Bab 438 Kota Asing: Jika Cinta Adalah Kehendak Tuhan
- Bab 439: Negara Asing: Rencana Gila