Cinta Di Balik Awan - Bab 44 Kebiasaan

Suasana dalam mobil hening, keduanya tidak memulai pembicaraan, Kelly mengira Dion akan mengendarai mobil menuju sekolah, akhirnya setelah sampai setengah perjalanan, dia baru menyadari arahnya tidak benar.

“Kamu mau ke mana? “

“Rumah sakit. “

“Kamu sakit? “

“Seharusnya kamu yang mestinya sakit? “ Dia tanya balik.

“Aku tidak sakit…. “

“Tenggorokanmu begitu serak, masih menyangkal. “

Kelly mengalihkan pandangan ke luar jendela, lengan menahan dagu: “apakah kamu lupa, apa yang aku katakan malam itu… …“

“Tidak lupa. “ Dia berhenti sebentar: “walau orang asing, aku juga tidak akan melihatnya akan mati dan malah tidak menolongnya. “

Apakah Dion sedang menunjuk ke dirinya? Kelly hanya sedikit flu. Maksud dari kata-katanya itu, sangat jauh dengan kematian.

“Flu juga termasuk sakit, sakit harus konsultasi dengan dokter. “

“Bagaimana kamu tahu aku tidak konsultasi ke dokter? “

“Intuisi. “

Kelly tidak mengatakan apapun, beberapa saat kemudian, berbalik badan dengan malu, secara tidak jelas berkata: “aku mengantar kopi padamu sore tadi. “

“Iya, aku tahu. “ Dia meliriknya dari kaca spion: “kenapa? “

“Tidak apa-apa, aku melihat kamu sama sekali tidak mengangkat kepala, aku kira kamu tidak melihatku. “

“Tidak mengangkat kepala, tapi telinga sedang mendengarkan. “

****(mendengarkan suara Kelly yang serak)****

Kelly mengeluh, tenggorokannya serak hingga bahkan dirinya pun tidak bisa mengenali suaranya sendiri lagi.

Tidak mungkin, mobil berhenti tepat di depan pintu rumah sakit.

Dia turun dari mobil, membukakan pintu mobil untuknya, dia malah duduk tak bergerak.

“Aku tidak mau konsultasi ke dokter. “

Dion mengerutkan kening, dia menjelaskan: “cepat kok. “

“Periksa biar lebih tenang. “

“Sekedar flu, benar tidak perlu repot. “

“Kalau kamu tidak mau masuk, aku akan menyuruh dokter keluar. ““

Selesai berkata, dia benar hendak menelepon, Kelly dengan panik menghentikannya: “aku pergi. “

Hanya flu yang paling biasa, malah dikonsultasi oleh ahli, dokter meresepkan sedikit obat, memerintahnya agar banyak istirahat, setelah keluar dari rumah sakit, dia berkata dengan merasa beruntung: “aku sudah bilang, bukan penyakit yang besar. “

Duduk ke dalam mobil, dia mengerutkan kening dan membalik-balikkan obat yang diresepkan dokter, lambung terasa mual.

“Kenapa terlihat muram? “ Tanya Dion dengan perhatian.

“Sudah takut dengan makan obat. “

Mendengarkan ini, dia tidak mengeluarkan suara, tapi mengendarai mobil sampai pada pusat kota kemudian lalu berhenti: “kamu tunggu aku sebentar. “

Kelly dengan penasaran mengedipkan mata, juga tidak terlalu peduli, memejamkan mata dan tidur.

Tidak lama kemudian, dia terbangun karena suara pintu yang terbuka, Dion menyerahkan sekantong plastik yang dipenuhi dengan barang kepadanya.

“Kamu tidak perlu memberi aku barang lagi, aku tidak akan menerimanya. “

Dia menatap kotak kemasan yang indah, tanpa berpikir, dia segera menunjukkan sikapnya.

“Apakah tidak penasaran dengan barangnya? “

Awalnya memang tidak penasaran, ditanya begitu olehnya, dia pun timbul sedikit penasaran, mata pun menyipit tersisa lubang garis kecil, sedikit mencondongkan badannya ke depan, mengangkat alisnya dengan penasaran dan terkejut: “Marsmellow? “

“Iya. “

Suasana hati yang tidak dapat dideskripsikan, dia tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun dalam beberapa saat, kemudian dia berkata: “bagaimana kamu bisa tahu kalau aku suka makan marshmellow? “

“Di pesta ulang tahunku kemarin, kamu banyak makan marshmellow. “

Wajahnya memerah sampai leher, bukan karena Dion mengamatinya hingga pada hal terkecil, tapi dia merasa sangat malu, seolah-olah dia adalah seorang yang rakus.

“Ambillah, dan makan beberapa potong sebelum minum obat, jangan minum obat dengan perut kosong, sehingga tidak terasa mual. “

Hatinya mengalir semacam arus kehangatan, Kelly segera membalik kepalanya.

Perhatian Dion seperti pada kebiasaannya yang unik, tapi dia malah tidak tahu, betapa buruknya kebiasaan ini.

Dion semakin memperlakukannya dengan baik, dia semakin ketakutan, ketika dia sudah terbiasa kebiasaannya, tiba-tiba sadar, orang yang membuatnya terbiasa, bukanlah orang yang bisa dijadikan sandaran, jadi, apa yang seharusnya dia lakukan?

Novel Terkait

The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu