Cinta Di Balik Awan - Bab 282 Moodnya Sudah Bagus

Kelly menahan lengan bajunya: "Jangan membesar-besarkan masalah dulu, sekarang pikiranku sangat berantakan, dibandingkan semalam apakah ada terjadi hal yang tidak harus terjadi, yang paling aku khawatirkan adalah kalau Dion tau bagaimana aku harus menghadapinya......"

Tidak boleh membiarkannya tau.

Wajah Giselle suram sambil menahan tangannya: "Dengar perkataanku, tidak boleh sampai dia tau."

"Tapi aku tidak tega membohonginya......"

"Apakah kamu berencana untuk jujur dengannya?"

"Aku juga tidak tau harus bagaiamana, kalau tidak jujur dengannya aku merasa bersalah, kalau jujur takut dia tidak bisa memaafkanku......" Kelly dengan menderita menggeleng: "Kenapa menjadi seperti ini, kenapa kami sudah mau menikah, malah harus terjadi hal seperti ini......"

"Kelly, terjadinya hal seperti ini memang sangat membuat orang kesal, tapi tidak peduli bagaimanapun disaat seperti ini kamu harus tenang, karena pria tidak bisa menerima perempuan selingkuh, apalagi perempuan itu adalah perempuan yang paling dia cintai, ada seberapa besar cinta maka akan sebesar itu pula harapan, meskipun saat itu kamu tidak sadar, tidak ada sedikitpun pemikiran mau mengkhianatinya, dia juga tidak akan percaya, di mata laki-laki, pengkhianatan adalah pengkhianatan, tidak banyak hal yang bisa dijelaskan, kalau kamu percaya diri sekali terhadap cinta Dion, berpikir bahwa dia bisa menerima masalah ini, maka kamu boleh mencobanya, tapi aku harus mengingatkanmu, ini adalah tantangan yang sangat bahaya."

Perkataan Kelly seperti seember air es disiram ke hati Kelly yang sudah bergetar, dia sungguh mau gila, dia menahan tangan teman baiknya, sambil terisak bertanya: "Kalau begitu kamu beritahu aku harus bagaimana? Menganggap tidak terjadi apa-apa?"

"Benar, anggap tidak terjadi apa-apa, kalau kamu sendiri saja tidak bisa melupakannya, tidak bisa kamu lepaskan, kamu jangan berharap bisa mengatakannya, Dion bisa melepaskan, bisa tidak memikirkannya......."

"Tapi aku merasa sangat sulit, aku pernah bangga sekali mencintainya dengan tulus, cintaku padanya besar, tidak ada sedikitpun kepalsuan dan kebohongan, sekarang kamu menyuruhku menganggap tidak terjadi apa-apa terus bersama dengannya, aku sungguh tidak percaya diri bisa melakukannya dengan baik."

"Kalau begitu menyerah saja, menyerahlah terhadap hubunganmu dan Dion, karena sekarang kamu menghadapi 2 akhir, yang pertama abaikan kejadian semalam, lanjutkan cinta kalian, yang kedua mengatakannya, lalu kalian berdua sudah selesai, selain itu, tidak ada akhir ketiga, mungkin aku tidak begitu mengerti pria, tapi ada satu poin aku sangat jamin, mata pria tidak boleh kemasukan pasir, meskipun dia mencintaimu sampai ke tulang-tulang, mengatakan kalau dia tidak akan keberatan, itu juga tidak mungkin benar-benar tidak keberatan, begitu duri masuk ke dalam hati, maka akan tumbuh bersama daging, kalau kamu ingin mencabutnya, kecuali kamu cabut beserta hatinya......"

Perkataan Giselle sungguh menusuk, Kelly bersandar di bahunya dan menangis dengan sedih, dia mengakui perkataan ini masuk akal, kalau bukan sudah memikirkan ini, maka dia tidak akan seberjuang dan sepanik ini.

"Aku akan mencobanya......"

"Sudahlah, jangan sedih lagi, salahkan aku, aku yang tidak baik, aku terlalu percaya dengan Leheon, kalau tidak terlalu percaya dengannya, semalam pergi kesana maka tidak akan terjadi hal seperti ini."

Hati Giselle juga sangat merasa bersalah, tapi lebih banyak adalah tertekan, tertekan kenapa cinta sesulit ini.......

"Tidak boleh salahkan kamu juga, kita semua yang terlalu percaya dengannya."

Dia percaya kepada Leheon melebihi Giselle percaya kepadanya, Dion benar, di wajah orang jahat tidak akan tertulis kata 'orang jahat', mungkin dia yang terlalu mengindahkan sifat orang.

Satu harian tidak pergi ke perusahaan bekerja, kedepannya juga tidak perlu pergi lagi, semalam duduk di ayunan taman bunga wisteria, menunggu Dion kembali, sebenarnya dia sudah lama sekali tidak menunggunya, sejak Dion mengatakan kalau bahwasannya Kelly menunggu Dion membuat Dion tertekan, Kelly tidak pernah lagi menunggu Dion, kecuali sesekali apabila ada hal yang sangat penting, seperti sekarang ini.

Dia belum memutuskan untuk jujur tentang hal semalam, karena hatinya terlalu panik, ingin bertemu Dion, mungkin saja hatinya akan lebih tenang.

Jam 7 tepat, Dion pulang, baru saja dia melangkah masuk kedalam taman, Kelly langsung berlari ke hadapannya, memeluknya dengan erat.

Ini pertama kalinya, Kelly begitu agresif memeluknya, meskipun tidak perlu sengaja merasakan, juga bisa merasakan cinta Kelly begitu dalam kepada Dion.

"Moodmu sudah lebih baik?"

Dion bertanya dengan lembut, tangannya diletakkan diatas pundaknya.

"Ehn, sudah lebih baik."

"Kalau begitu ayo kita pergi makan, aku hampir mati kelaparan, semalam melihatmu begitu sedih, semalaman tidak bisa tidur nyenyak, pagi hari juga makan sangat sedikit."

Digandeng Dion masuk ke dalam ruang makan, duduk berhadapan, Dion mengira Kelly akan sedih selama beberapa waktu, Tampaknya Kelly sudah keluar dari penderitaannya, mendadak moodnya bagus sekali, karena mood sudah bagus, selera makannya juga naik.

"Kenapa tidak makan?"

Dion bertanya dengan heran, Dion makan begitu lahap, tapi Kelly malah hanya melihatnya.

"Aku tidak lapar, sore tadi ada makan sedikit."

"Kalau begitu juga harus makan sedikit, kalau tidak nanti malam bisa cepat lapar."

Dion dengan perhatian mengambilkan sayur untuk Kelly.

Kellu hanya makan beberapa suap, lalu meletakkan sumpitnya, terus menatap pria yang ada di depannya.

"Apakah di wajahku ada sesuatu? Aku sampai gugup kamu lihat seperti itu."

Jarang-jarang Dion tertawa dengan usil, layaknya anak kecil.

"Tidak, hanya merasa melihatmu makan seperti ini, rasanya bahagia sekali......"

"Kalau melihatku makan saja merasa bahagia, bukankah kebahagiaan terlalu mudah?"

"Benar."

Dia tersenyum dengan masam, hatinya kecewa sekali, kebahagiaan adalah hal begitu sederhana, tapi hal yang sederhana, begitu dilakukan selalu tidak mudah rasanya.

"Besok ayo kita pergi fitting, apakah ada waktu?"

"Ehn, ada, aku sudah mengundurkan diri."

"Mengundurkan diri?" Dion terheran: "Bukankah katanya sampai matipun tidak akan pergi dari sana? Kenapa tiba-tiba berpikir tidak mau bekerja lagi?"

"Ingin fokus mempersiapkan pernikahan."

Dion sangat puas dengan jawaban ini, dia dengan tersenyum mengangguk: "Bagus sekali."

Setelah makan malam naik keatas, mumpung Dion sedang bekerja di ruang kerja, dia mengurungkan dirinya didalam kamar mandi, menggunakan air panas terus mencuci badannya, begitu memikirkan badannya kemungkinan sudah disentuh oleh pria lain, dia ingin sekali mengelupaskan seluruh kulit badannya, awalnya dia bukan wanita yang berpikiran kuno, di abad 21 ini, one night stand sudah merajalela, kalau orang ini, mungkin merasa tidak apa-apa, tapi bagi dia tidak bisa, dia berharap cintanya bisa suci dan terhormat, karena ada pemikiran tradisional, makanya pacaran begitu lama dengan Samuel, malah tidak pernah melangkah lebih jauh.

Saat Kelly sendiri sudah menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Dion, sudah mengakui bahwa Dion adalah pria satu-satunya seumur hidupnya ini.

Kulitnya sudah merah sekali karena dia gosok, dia malah tidak berencana untuk berhenti, sampai Dion sudah selesai bekerja dan kembali ke kamar mandi, meneriakkan namanya, dia baru menghentikan siksaan yang abnormal ini.

"Apakah mandi lama sekali?"

Dion melihat kulitnya yang kemerahan, dengan lembut berkata.

"Tidak lama sekali."

"Kalau begitu kenapa wajahmu merah sekali? Membuatku ingin menggigitnya."

Dion dengan tersenyum mendekati Kelly ingin mencium Kelly, tapi Kelly malah dengan panik membalikkan kepalanya, menunjuk ke arah pintu berkata: "Aku sedikit haus, ingin minum"

Setelahnya, dia melangkahkan kakinya keluar dari kamar, sampai di bawah Kelly berdiri di tengah ruang tamu, tangannya yang memegang gelas terus bergetar, selalu merasa asal Dion mendekatinya, dia akan merasa dirinya kotor......

Setelah berdiri begitu lama, baru dengan lemas naik ke atas. terdengar suara air mengalir dari kamar mandi, dia berbaring di atas tempat tidur, menggunakan selimut membungkus badannya.

Kedua kelopak matanya tertutup, tapi otaknya masih belum tertidur, diam-diam dia mengawasi pergerakan di kamar mandi, sangat takut Dion begitu selesai mandi ingin menciumnya.

Mungkin tekanan dihatinya terlalu besar, sampai kesadarannya pelan-pelan menipis, kalau bukan sebuah tangan tiba-tiba melingkarinya dari belakang, mungkin saja dia cepat sekali sudah tertidur.

Tangan Dion ingin masuk ke dalam baju tidurnya, dia langsung menghindari, meringkukkan badannya ke tepi ranjang, tidak berani memutarkan kepalanya melihat pria di belakangnya, hanya dengan bersalah mengatakan:" Kak Dion, aku sudah lelah......"

Tatapan Dion terlintas sedikit kebingungan, dia bisa merasakan kalau Kelly sedang menghindarinya, bukan menghindar karena malu seperti biasanya.

"Baik."

Tidak memaksa Kelly, menyelimuti Kelly, mematikan lampu, saat penglihatannya menggelap. hati Kelly yang tidak tenang itu akhirnya menjadi lega.

Novel Terkait

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu