Cinta Di Balik Awan - Bab 220 Pergi

Mulut Kelly menganga terkejut, baru mau lari keluar dan mencari, di ujung pandangannya ada sebuah kertas kecil terletak di pinggir meja kecil sebelah ranjang, mengambilnya dan membaca, di atasnya hanya tertulis kalimat yang simpel: "kakak Kelly, kebaikanmu menyelamatkan aku Tan akan selalu mengingat jasamu seumur hidupku, di masa depan kalau ada kesempatan, pasti akan membalasnya dengan berlimpah!"

Kata-kata yang begitu familiar, kebaikanmu menyelamatkan aku, pasti akan membalas dengan berlimpah, ha, waktu itu Dion juga bicara seperti itu pada Kelly, tapi mereka malah tak paham, Kelly seumur-umur menyelamatkan orang, tak pernah terpikir mau balasan tuh?

"Kenapa? Mana orangnya?"

Dion melihat Kelly lama sekali tak membawa orangnya, memasuki kamar dengan bingung, Kelly buru-buru meremas dan menggenggam kertas kecil itu ke dalam kepalan tangannya, menahan rasa kehilangan dalam hatinya dan menoleh: "ia pergi."

"Pergi? Kenapa? "

"Tidak tahu, awalnya di sini juga bukan rumah dia, pergi juga sangat normal."

"Baiklah kalau begitu."

Dion tak terlalu mempedulikan, meggenggam tangan Kelly dan bicara: "ikut aku naik ke lantai atas, aku punya hadiah untukmu. "

Kelly terdiam dan mengikuti Dion ke lantai atas, kertas kecil dalam tangannya perlahan dimasukkan ke kantong, tak berani kasih lihat Dion, karena, Kelly percaya Tan pergi itu pasti ada hubungannya dengan Dion, sama seperti waktu itu Dion pergi, kalau ditakdirkan, suatu hari nanti pasti akan bertemu lagi.

Sampai ke lantai atas, Dion menutup pintu kamar, duduk di ranjang sambil menggenggam tangan Kelly dan berkata: "tutup mata. "

Kelly menutup matanya sangat dia bisa diajak kerja sama, bahkan tak bertanya sekalimat pun kenapa harus menutup mata.

Telapak tangannya dingin, berdasarkan perasaannya harusnya aksesoris kepala,dia membuka mata, lalu melihat, ternyata sebuah permata yang sangat besar.

"Kamu tahu apa ini? "

"Ocean heart."

Kelly menjawab dengan sangat tenang, di film Titanic pernah lihat, pernah jadi barang yang sangat ingin dimiliki, sekarang ada di tangan Kelly, tanpa disangka tak ada sedikipun rasa terkejut dan senang.

"Benar."

"Bisa aku menolak?"

"Kenapa?"

Dion agak sedikit terkejut, juga agak sedikit kecewa.

"Aku dengar barang ini akan membawa bencana untuk orang."

"Siapa bilang?"

"Sejarah membuktikan. "

"Omong kosong, ini tuh harta karun yang langka, di dunia ini hanya ada 10 buah, jangan dikira dengan sangat mudah bisa didapatkan."

Dion selesai bicara,lalu bangkit berdiri: "aku pakaikan untukmu."

Permata berwarna biru laut gelap tergantung di leher Kelly, bersinar sama seperti air laut, permatanya bersinar dan berkilau, sampai membuat orang tak bisa membuka mata.

"Dion, kamu semakin lama semakin tak mengerti perasaan."

Kelly mengelus ujung permata yang keras, tiba-tiba bicara kalimat itu.

"Karena aku menghadiahkanmu permata, jadi kamu langsung merasa aku tak mengerti perasaan? "

"Tidak."

"Kalau begitu kenapa? "

"Bukan permata yang tak mengerti perasaan,yang tak mengerti itu tindakan kamu, kamu merasa bersalah padaku karena membawa Jesan ke Perancis, jadi mau membawa permatanya sebagai ganti? "

"Tolong jangan begini ya? Perasaan bersalahku padamu, masa bisa digantikan hanya dengan sebuah ocean heart?"

"Kalau begitu kamu bisa tak usah memberikannya padaku, kalau tidak jangan kasih aku malam ini, kalau tidak, aku tak ada cara lain selain berpikir seperti ini."

"Kalau begitu aku tidak kasih."

Dion melepaskan kalungnya dengan agak marah, sekalian melemparnya ke samping.

Kemudian, Dion masuk ke kamar mandi.

Kelly duduk di ujung ranjang, kepalanya di satu sisi, air di ujung matanya sekilas bersinar.

Menatap langit yang luas di luar jendela tanpa suara, Kelly tahu dalam hati, Dion memberinya permata bukan mau menggantikan apa, Kelly juga tahu, Dion hanya ingin memberinya yang terbaik, cinta yang terdalam, Kelly tak menghargai kebaikan Dion bukan karena tak tahu terima kasih, Kelly hanya takut kebahagiaan semacam ini terlalu sementara, di lubuk hati Kelly yang terdalam, ada sakit yang Dion tak bisa bayangkan, sebenarnya masih bisa tahan berapa lama, hidup dengan sangat berhati-hati seperti di ujung es?

Bip bip bip……

Di sisi ranjang telepon genggam Dion berdering, lama sekali baru otomatis mati.

Tak lama kemudian, berbunyi lagi, Kelly sekali lihat nama Jesan, segera menghapus rencana mau menggantikan Dion mengangkat telepon.

Jesan sangat berkemauan kuat, tak ada yang menjawab Jesan akan terus menelepon, akhirnya tak tahan lagi tak mau melepaskan Jesan, Kelly menekan tombol dan menerima telepon: "Dion sedang mandi, kamu nanti telepon lagi."

Baru mau menutup telepon, di ujung sana Jesan dengan suara keras berkata: "tunggu."

Kelly terdiam.

"Kelly, kamu kenapa masih di taman bunga wisteria? Bukannya kamu sudah tahu aku dan Dion mau menikah? Jangan bilang kamu berencana jadi orang ketiga?"

“Kamu tenang saja, kalau kalian sungguh akan menikah, seumur hidup ini aku tak akan muncul di hadapan kalian.”

“Apa yang kamu sebut kalau kami sungguh menikah? Kami pasti menikah! Kamu pikir kita di Paris foto prewed ya? Nanti aku kirim sebuah foto via telepon genggam untuk kamu lihat, aku harap kamu bisa bertindak sesuai yang kamu bilang, seumur hidup ini aku tak akan muncul lagi!”

Jesan menutup telepon sambil menggertakkan gigi, dengan sangat cepat, pesan bergambar Jesan datang.

Air mata Kelly berputar beberapa kali di kantung matanya, jelas tahu kalau dibuka pasti sedih, tapi tanpa sukarela, tetap dibuka.

Yang terlihat di mata Kelly adalah sebuah foto prewed yang bagus pemeran utama wanita mengenakan gaun putih yang memukau duduk di pelukan pemeran utama pria, gaun putih yang panjang sesuai dan tepat kegunaannya untuk menutupi kecacatan Jesan, kedua tangan Jesan melekat di leher Dion, sentuhan bahagia terpampang di wajahnya, senyuman itu, menusuk hati Kelly dalam-dalam, tetesan air mata yang besar jatuh ke layar, menetes ke wajah pria itu akhirnya, membuat Kelly tak bisa melihat dengan jelas lagi, tampang Dion.

Dengan muram Kelly meletakkan telepon genggam kembali ke tempat asalnya, Kelly memegang kalung yang ia lempar ke sana, ocean eyes sebenarnya hati siapa? Apa hati Kelly? Kalau hatinya dibelah, apa bisa langsung terlihat setetes air mata yang tak jernih, penderitaan yang tak bisa dihilangkan, rasa kangen yang terus-terusan, kekasih yang tak bisa didapatkan, apa selamanya akan mengendap di sana?

Di dalam ada ayunan di luar ada jalanan, di jalanan luar orang berjalan dan di ayunan di dalam orang tertawa. Suara tawa perlahan tak terdengar, orang yang penuh perasaan selalu dibuat sedih oleh yang tak berperasaan.

Sebuah puisi jadul, saat ini yang paling tepat menggambarkan isi hati Kelly.

Terdengar suara langkah kaki dari belakangnya, Dion keluar dari kamar mandi, Dion berdiri di belakang Kelly, menatap Kelly tak bersuara, cukup lama, akhirnya tak rela marah pada Kelly, mengulurkan sepasang tangan mengitari Kelly, bicara dengan nada kesepian: "orang yang salah paham adalah aku, orang yang menunduk mengaku salah tetaplah aku……"

Dion menutup mata, mencium leher Kelly, terus mencium sampai kelopak mata Kelly, tiba-tiba membuka mata: "Kelly, kamu menangis?"

Kelly tak bicara, Dion menggoyang-goyangkan pundak Kelly: "kenapa menangis?"

Kelly tetap tidak bicara, Dion tiba-tiba seperti paham sesuatu, berbalik badan mengangkat telepon genggam, jarinya menggeser dengan kuat beberapa kali, sebuah foto yang terbuka, mengerutkan alisnya, ...BUK... suaranya dengan marah Dion melempar telepon genggamnya ke lantai.

Novel Terkait

Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu