Cinta Di Balik Awan - Bab 330 : Mencari Saudara

Pada keesokan harinya, ketika Dion turun ke lantai bawah, Li Mei sudah lama menantinya.

“Tuan, maaf mengganggu semalaman, aku sekarang sudah mau pulang, seandainya kamu sudah mendapat kabar ayahku, tolong ingat memberitahuku.”

“Bagaimana memberitahumu ?” Dion bertanya.

Li Mei terbengong sejenak, dalam hatinya berpikir, benar juga kata Dion, saat ini dirinya tidak memiliki ponsel dan tempat tinggal tetap…

“Kalau begitu aku datang mencarimu setiap tiga hari, boleh ?” Li Mei bertanya.

Dion mengangguk :”Boleh.”

“Terima kasih, maaf merepotkan kamu.”

Li Mei menghela nafas lega lalu berjalan ke luar pintu, “Sebentar.” Tiba-tiba ada yang memanggil Li Mei .

Li Mei menoleh ke belakang :”Masih ada perlu ?”

Dion mengeluarkan dompet, lalu menarik uang tunai dan memberikan padanya :”Menginap saja di hotel dulu.”

“Tidak perlu, aku sudah berutang budi padamu karena menyelamatkan nyawaku, mana boleh menerima uangmu lagi, benaran tidak perlu.” Li Mei menolaknya.

“Ambil saja” Dion berkata lagi.

“Tuan, terima kasih, tetapi benaran tidak perlu lagi.”

“Kalau begitu kamu ada tempat tinggal ?”

“Aku bisa cari solusi, kalau kamu bisa menemukan ayahku, aku akan sangat berterima kasih padamu.” Li Mei berkata lagi.

Air mata Li Mei telah mengalir sampai ke bagian dagunya, gaya keras kepala dan kesan kasihan Li Mei persis bagaikan Kelly.

“Sementara tinggal di sini saja, sampai menemukan ayahmu.” Dion berkata.

Li Mei mengangkat mata :”Kalau begitu…”

“Di sini banyak kamar kosong, aku juga jarang pulang, kamu jangan merasa kota ini kesannya aman tenteram seperti siang hari, akan banyak tipe manusia yang muncul saat malam hari.”

Dion selesai berkata, beranjak dulu untuk keluar rumahnya, ketika Dion membuka pintu mobil dan ingin masuk ke dalam, Li Mei buru-buru berlari menghampirinya :”Terima kasih, benar-benar terima kasih !”

Dion mengangguk dengan tanpa ekspresi, terus menyalakan mesin mobilnya dan berkendara pergi.

Setelah Dion tiba di kantornya, Maxim sedang menunggu di ruangannya, setelah Dion masuk ke ruangannya, Maxim langsung menghampiri dan bertanya :”Semalam kenapa memutuskan telepon aku ?”

“Aku tidak boleh memutuskan teleponmu ya ?” Dion bertanya.

Maxim tersenyum palsu dan terus mengangguk :”Tentu saja boleh."

“Kamu selidiki dulu di Zurich apakah ada pengusaha yang nama panggilannya Dohren.” Dion memerintah.

“Buat apa selidiki ini ?” Maxim bertanya.

“Ayahnya wanita itu.”

“Jangan-jangan dia datang untuk mencari saudara ya ?”

“Iya.”

“Sebenarnya apa yang terjadi ? Jangan-jangan hanya tahu nama panggilan Inggris ini ya ? Tidak ada informasi lain lagi ?” Maxim bertanya lagi.

“Iya.” Dion menjawabnya.

Dion mengulangi kata-kata yang dikatakan Li Mei pada semalam, Maxim mendengarnya hanya mengeluh nafas dan berkata :”Haih, lumayan kasihan juga.”

“Pergilah.”

“Baik.”

Maxim berbalik badan dan ingin pergi, namun tiba-tiba menoleh lagi :”Tuan Dion, aku tahu kamu mungkin akan tidak senang setelah mendengarnya, tetapi aku benar-benar ingin bilang.”

“Bilang apa ?” Dion bertanya.

“Jangan-jangan kamu tidak pernah berpikir ya kalau nona Kelly juga akan mengalami kesusahan di kota lain seperti Li Mei saat ini ?”

Seperti dugaan Maxim, reaksi wajah Dion langsung menjadi suram…

Maxim langsung melarikan diri sebelum amarah Dion mulai meledak.

“Tidak pernah menghubungi Giselle ya ?” Dion bertanya.

Suara pertanyaan di belakang membuat Maxim menghentikan langkahnya, Maxim menjawab dengan reaksi senang dan kecewa :”Tidak pernah.”

Maxim merasa senang karena akhirnya Dion menanyakan kabar Kelly juga, dia merasa kecewa karena sejak kepergian Kelly pada satu tahun yang lalu, Kelly tidak pernah menghubungi siapapun lagi di Zurich, termasuk Giselle.

Pada malam hari, Dion kembali ke rumahnya, ketika melewati halaman rumahnya, dia melihat Li Mei sedang duduk di pondok halaman dan melihat bulan seperti semalam, awalnya Dion ingin masuk langsung ke kamarnya, namun ketika melihat Li Mei sedang makan lok-lok di tangannya, badannya langsung menjadi kaku.

Dion perlahan-lahan menghampiri dan duduk di samping Li Mei , lalu bertanya dengan suara ringan :”Kamu juga suka makan ini ya ?”

Li Mei kaget sejenak karena Dion yang muncul secara tiba-tiba, lalu tersenyum mengangguk dan berkata :”Iya, ini enak sekali, kamu mau makan ?”

Li Mei mengeluarkan satu tusuk lok-lok dari kantung plastik di samping kirinya, lalu memberikan kepada Dion dan berkata :”Coba saja.”

Tenggorokan Dion sedikit sakit, namun tidak separah sakit hatinya saat ini, tiba-tiba Dion menjadi bengong dan tidak bisa membedakan siapa wanita yang berada di hadapannya…

“Tuan kenapa ?”

Li Mei kaget ketika melihat bayangan kabur di dalam mata Dion.

“Jangan memanggil aku tuan, namaku Dionysius.”

“Kalau begitu aku boleh memanggilmu abang Dion ?”

Dion mengangguk, lalu mengalihkan pandangannya dengan kaku, bayangan kabur di dalam matanya hilang seketika.

“Abang Dion, kamu ada masalah ya ? Aku merasa sepertinya kamu sangat sedih…” Li Mei bertanya.

Dion menarik nafas dalam dan menyimpan kembali ekspresi sedih di wajahnya :”Tidak ada.”

“Baguslah, aku kira karena aku tinggal di sini bisa merepotkanmu.”

Li Mei mengangkat dagu dan menampakkan senyuman manisnya, lanjut berkata :”Bulan malam ini bulat sekali.”

“Sepertinya kamu sangat suka melihat bulan ya ?” Dion bertanya.

“Iya, aku suka melihat bulan, apalagi bulan yang besar dan bulat, karena bulan menandakan perkumpulan, seandainya bulan akan utuh pada setiap harinya, maka dunia ini tidak akan ada lagi kesedihan karena perpisahan.” Li Mei menjawabnya.

Dion tersenyum pahit :”Aku dulu pernah menyukai seorang wanita, dia juga suka duduk di halaman ini sambil melihat bulan, dia juga sangat suka makan ini.”

Dion menunjuk lok-lok di tangan Li Mei dengan penuh kesedihan.

“Aku ke depannya tidak makan lagi…”

Li Mei menggigit bibirnya, lalu menyimpan kembali lok-lok yang belum habis ke dalam kantung plastik.

“Kenapa ?” Dion bertanya.

“Tidak ingin membuat abang Dion sedih lagi.”

“Aku tidak sedih.”

“Matamu tidak bisa membohongi orang.”

Dion menatapnya dengan tampang kaget, sejenak kemudian, Dion pergi meninggalkan halaman rumah tanpa berkata apapun.

Novel Terkait

Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
3 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu