Cinta Di Balik Awan - Bab 29 Perasaan Mistis Membuat Perasaan Kacau

Bab 29 Perasaan Mistis Membuat Perasaan Kacau

Waktu berjalan terus sedikit demi semenit, dalam sekejap mata, jarum jam sudah menunjukkan jam 12.

Kelly bukannya tenang karena kata-kata Dion tadi, ia malah tak enak kalau harus menghancurkan kesenangan semua orang.

Setelah melewati subuh, mereka akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah.

“nona Kelly, kalau ada kesempatan lain kali kita bertemu lagi ya.”

Kelly mengangguk dan tersenyum: “ya, boleh saja.”

Setelah berbicara beberapa kata dengan Dion, mereka langsung meninggalkan tempat itu dengan mobil.

Selanjutnya, apa yang harus Kelly lakukan? Kelly menundukkan kepalanya putus asa, kedua kelopak matanya berusaha keras untuk tetap terbuka.......

“ayo pergi.” suara Dion bagaikan angin segar, bertiup dari telinga Kelly.

Kelly mengangkat kepalanya dengan lambat dan bertanya: “pergi ke mana?”

“rumahku.”

“kediaman Dionysius?” Kelly menggigil, rasa kantuknya seketika itu menghilang: “tidak perlu merepotkan, aku bisa tinggal di penginapan saja.”

Teringat kembali sepasang mata tajam pengurus rumah wanita kediaman Dionysius, bulu kuduk Kelly sampai berdiri.

“apa semenakutkan itu? Aku tak mungkin memakanmu juga kan.” Dion jelas salah paham, Kelly buru-buru menjelaskan: “bukan seperti yang kamu pikirkan itu.......”

“kalau begitu apa maksudnya?”

Kelly menghela nafas: “maksud aku, selarut ini tidak baik mengganggu orang rumah kamu.”

“tak masalah, di rumahku tak ada orang.”

“tak ada orang......?” Kelly kehabisan kata-kata, tidak paham apa maksud dari kalimat itu.

“naik ke mobil dulu.” Dion membukakan pintu mobil, menunggu sampai Kelly masuk, kemudian ia masuk dan duduk dari sisi lainnya, melihat Kelly yang menyilangkan kedua lengannya, ia bertanya dengan penuh perhatian: “dingin ya?”

Belum sempat Kelly bilang tidak dingin, Dion sudah melepaskan luaran jasnya, dan menyelimutinya di tubuh Kelly.

Wajah Kelly mulai memanas, ia mencium wangi parfum yang samar di baju Dion, tak tahu merk apa sih, tapi ada sebuah kekuatan mistik yang membuat perasaan orang jadi kacau balau......

“kamu tadi bilang di rumahmu tak ada orang, kok bisa gitu?”

“keluargaku itu keluarga yang sangat besar, aku punya 3 paman dan 2 tante, tapi satu-satunya yang aku tak punya itu orang tua.”

“tak punya orang tua?”

“di tahun saat aku berumur 18, mereka memberi aku hadiah khusus mencapai umur kedewasaan, yaitu mereka berdua semua meninggalkan dunia.”

Sorot mata Dion berubah jadi suram, karena Dion menggenggam setir mobil dengan sangat keras sendi jari tangannya sampai terlihat menonjol.

Kelly kaget sampai mulutnya ternganga, tapi ia malah tak bertanya kenapa, karena Kelly tak mampu, untuk tidak mempedulikan rasa sakit orang yang luka lamanya diungkit demi memenuhi rasa ingin tahunya sendiri......

Kalau Dion mau bicara, meski Kelly tak tanya, ia pasti akan bicara.

Tapi sudah jelas, Dion tak ingin membicarakannya.

Di dalam mobil jadi sangat sunyi diam, hanya tersisa suara nafas mereka masing-masing.

Melihat di luar kaca mobil ada gedung pencakar langit yang lewat sekilas, Kelly agak kecewa, hanya kecewa saja, bukan simpati.

Karena Kelly merasa, Kelly ternyata sama sekali tak memahami Dion.

“apa kamu punya saudara?”

“banyak sekali, tapi yang saudara kandung hanya ada 3 kakak perempuan.”

“mereka tak tinggal di kediamanmu?”

“kakak paling tua sudah berkeluarga, kakak kedua dan kakak ketiga kadang-kadang kembali dan menginap, mereka lebih suka keramaian, selalu suka berpesta atau apa, aku terbiasa dengan kesunyian, jadi aku mengusir mereka berdua keluar.”

Raut wajah Dion sudah kembali seperti semula, tatapan matanya juga tidak terlihat aneh sedikitpun.

“kalau begitu kamu......punya pacar tidak?” ini pertanyaan yang lebih pribadi, Kelly jelas tahu tak boleh bertanya, tapi tanpa sadar ia tetap menanyakannya.

Dion menatap Kelly penuh arti, menghentikan mobilnya di pinggir jalan, kemudian, ia tertawa dan bercanda: “kamu ingin sekali tahu tentang aku ya?”

Wajah Kelly memerah, dengan canggung ia menggelengkan kepalanya dan menjawab: “tidak, aku hanya iseng tanya saja.”