Cinta Di Balik Awan - Bab 211 Jangan Menangis (1)

“Kamu sama sekali tidak bisa mengerti perasaanku.”

Dia menundukkan kepalanya, meneteskan air mata membasahi pipinya, memikirkan neneknya yang duduk sendirian di depan jendela, memikirkan pengorbanan dan sakit hati ibunya untuk membiarkannya pergi, mengingat sampai sekarang ayahnya yang masih tidak bersedia memaafkannya, dan mengingat Dion akan masuk ke aula pernikahan dengan Jesan, semua ini benar-benar membuatnya kehilangan keberanian untuk hidup.

Semakin sakit hatinya, semakin banyak air mata yang berlinangan, mungkin yang tidak bisa diterimanya bukan pengkhianatan Dion, tapi kehilangan seperti ini.

“Jangan menangis lagi, yang tegar sedikit.”

Leheon berjongkok didepannya, menjulurkan tangan menyeka air mata di pipinya, dan mengerutkan kening.

“Pergi istirahat sana, jangan pedulikan aku.”

Air matanya terus mengalir, dia sama sekali tidak pernah merasa dirinya hebat, dia juga sama sekali tidak berpikir bisa dengan tenangnya melewati perubahan dalam percintaan ini, dia sama sekali tidak pernah memikirkan ini semua, karena dia sama sekali tidak menyangka akan ada hari ini.

“Kamu yang begini, mana mungkin aku tega meninggalkanmu dan tidak mempedulikanmu, kecuali kamu tidak menangis lagi, kalau tidak aku akan terus menemanimu disini.”

Kelly memandang ekspresinya yang serius, lalu mengelap ingusnya, menyeka air matanya lalu berkata: “Leheon, terima kasih,terima kasih banyak, terima kasih kamu selalu disampingku saat aku sedih, aku sudah tidak menangis lagi, kamu pergi tidur sana.”

“Benar?”

“Benar, aku tidak menangis lagi.”

Dia yang mengatakan tidak menangis, tapi air matanya terus mengalir tanpa henti, hingga akhirnya Leheon menghela nafas, menepuk pundaknya: “Saat air mata mengalir keluar, buka matamu dan jangan berkedip, kamu akan melihat seluruh proses di dunia ini dari yang jelas hingga tidak jelas. Dengan begitu hatimu akan menjadi jernih pada saat air matamu mengalir.”

“Ok!”

Dia mengangguk dan mencoba membuka matanya tanpa berkedip. Matanya menjadi kabur, tapi pada saat air matanya jatuh, hatinya tidak berubah jernih, dia berpikir mungkin karena hatinya terlalu keruh.

Jadi baginya cara Leheon sama sekali tidak berguna.

“Jangan pikirkan terlalu banyak, pergi tidur sana.”

“Kamu tidur saja dulu, aku ingin duduk menenangkan diri disini.”

Leheon menjawab tanpa daya: “Baiklah, janji denganku jangan menangis lagi ya.”

“Hmm.”

“Kalau aku mendengar suara tangisanmu, akan kukorbankan jam tidurku menemanimu, kamu pastinya tidak rela membangunkanku kan?”

“Iya.”

“Bagus kalau begitu, selamat malam.”

Leheon memberinya sebuah senyuman hangat, lalu berbalik ke kamar.

Dia menutup pintu dan berbaring di tempat tidur, tapi dia guling-guling tidak bisa tidur, lalu menutup matanya, dalam pikirannya penuh dengan air mata Kelly, kemudian dia duduk merokok, matanya berubah menjadi rumit dan tidak dapat diprediksi.

Dia bangkit, membuka pintu dengan tenang, melihatnya dari kejauhan meringkuk di sudut sofa, dua tangannya memegang kakinya dengan erat, wajahnya tertutup oleh kaki, air mata di wajahnya terlihat jelas.

Dia masih menangis, dia ingin pergi menghiburnya, tapi langkah kakinya ragu, hingga akhirnya tidak jadi pergi, mungkin sekarang yang dia butuhkan bukanlah kenyamanan, melainkan menenangkan diri.

Leheon yang kembali kekamar menjadi lebih gelisah, dia terus menghisap sebatang demi sebatang rokok, hingga kamarnya yang besar penuh dengan asap rokok yang tebal, di atas meja teh di samping tempat tidur penuh dengan tumpukan puntung rokok.

Semalaman ini dia tidak tidur, begitu juga dengan Leheon yang setiap dua jam sekali, jalan kepintu mengintipnya dari kejauhan.

Dia sama sekali belum pernah melihat seorang perempuan yang menangis begitu sedih, bisa menangis semalaman tanpa henti, bahkan tidak mengeluarkan suara, hanya diam-diam, diam-diam meneteskan air mata.

Keesokan pagi hari terdengar suara gebukan pintu, Leheon dengan tenang membukakan pintu, dia sedikit terkejut memandang pria yang berdiri diluar, tapi dengan cepat kembali tenang.

“Tuan Dion.”

“Dia ada disini tidak?”

Dion menatapnya dengan dingin, lalu mengalihkan pandangan ke ruang tamu, dia melihat ada seseorang yang duduk disofa, lalu bergegas masuk tanpa berkata apa-apa, dan berdiri di depan Kelly.

Dia perlahan mengangkat kepalanya, melihat orang yang ada didepannya dan melompat terkejut: “Untuk apa kamu datang?”

“Kelly, ikut aku pulang.”

“Aku tidak mau! Kamu siapa? Kamu sudah mau menikah dengan orang lain, untuk apa aku ikut kamu pulang!”

Dia lari sembunyi dibelakang Leheon memohon bantuan: “Usir dia, aku tidak mau lihat dia, tidak mau lihat dia sama sekali.”

Novel Terkait

Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu