Cinta Di Balik Awan - Bab 229 Cincin Nikah

“Apalah artinya sebuah cincin? Punya cincin sudah bisa menghina orang lain? Kalau sebuah cincin saja bisa dijadikan sebagai alat pamer, kalau begitu aku juga mau pamer.”

Kelly mengeluarkan cincin berlian berkilau cahaya dari sakunya.

“Hmmm, siapa tahu cincinmu datang dari mana, apa bisa punya arti yang sama denganku?”

Jesan tersenyum dingin.

“Cincinku ini dipakaikan Dion sendiri dijariku di gereja Fraumunster, apakah cincinmu juga dia yang memakaikannya?”

Sebuah kalimat yang simple ini dalam sekejap membuat ekspresi Jesan menjadi gelap, karena cincinnya memang dibelikan Dion, tapi bukan dia yang memakaikannya, waktu itu dia memohon untuk memakaikannya, tapi Dion malah mengatakan itu proses di pernikahan tidak perlu dilakukan sekarang.

“Kalau benar kamu menginginkan hal ini, bisa kuberikan padamu, tapi tolong kedepannya jangan menyudutkan orang, sesama manusia itu harus saling menghormati.”

Kelly melepaskan kalung heart of the sea, dan meletakkannya didepannya.

“Benar murah hati, memberikan barang pemberiannya padaku, kamu tidak takut dia menyalahkanmu?”

“Keluarga Dion hutang banyak padamu, hanya karena sebuah kalung, aku yakin Dion sayang tidak akan keberatan.”

“Dion sayang?” Jesan tersenyum sinis: “benar-benar panggilan intim.”

“Pelan-pelan makan, aku tidak ada waktu menemanimu, bye.”

Kelly bangkit dan tidak ingin berdebat dengannya tentang Dion, cinta itu tidak mengandalkan perebutan, dan tak juga mengandalkan perdebatan, tapi apa adanya.

“Kamu begitu percaya diri, pasti karena Dion menjanjikan sesuatu kan?”

Tanya Jesan dingin.

Langkahnya terhenti lalu menoleh: “Kupikir, aku tidak perlu memberitahumu.”

“Tak peduli apa yang dia janjikan padamu, kuberi kamu saran, jangan anggap benar, karena sebuah janji tak lain hanya sebuah kebohongan untuk menipu orang bodoh, kita pasti menikah.”

Kelly tersenyum dan membungkuk berkata: “Kalau begitu kuberikan saran untukmu, kalung heart of the sea ini, akan membawa malapetaka pada yang memakainya.”

Keluar dari restoran, dia dan Dion nonton dibioskop, film baru saja diputar, Kelly sudah mendapat telepon dari Giselle.

“Halo?”

“Kel……dimana?”

“Aku lagi nonton, kamu kenapa? Kenapa suaramu lemas sekali?”

“Aku sakit demam tinggi.”

“Sakit? Sudah lihat dokter belum? Sekarang aku pergi kesana!”

“Eehh, tidak perlu.”

Giselle sibuk menghentikannya: “Hari ini hari Valentine, jarang-jarang kamu bisa bersama dengan Dion, lebih baik aku tidak merusak suasana kalian.”

“Terus kamu sakit siapa yang jaga!”

“Hhm itu, kamu panggil Maxim datang saja……”

Kelly terkejut dan tiba-tiba menjawab: “Kamu ini sakit beneran atau pura-pura?”

“Tentu saja benar, siapa yang mau mendoakan dirinya sakit.”

“Kalau begitu kamu sendiri yang telepon dia, kamu kan punya nomornya?”

Giselle mendesah lemas: “Aku siapanya, aku suruh dia datang apa dia datang, kalau hanya sebuah telepon dariku dia bisa datang, untuk apa aku meneleponmu……”

“……Ooh, baiklah aku ngerti.”

Kelly menutup telepon, lalu perlahan menarik lengan Dion: “Dion sayang bantu aku?”

“Apa?”

“Kamu telepon Maxim, bilang sama dia,Giselle sakit.”

“Kalau sakit harusnya lihat dokter, tidak ada gunanya Maxim kesana, ku panggil dokter kesana.”

“Jangan, sebenarnya……Kalau orang sakit yang paling ingin dilihat adalah orang yang paling disukainya.”

Dia terkejut lalu mengangguk: “Kalau ini aku paham.”

“Kalau begitu kamu telepon sekarang.”

“Kupertimbangkan dulu.”

Dia menggeleng tanpa daya: “Apa yang perlu dipertimbangkan? Pertimbangkan lagi nanti orangnya sudah mati.”

“Aku lagi pikir, Maxim mau pergi tidak ya?”

“Kalau dia tidak mau, kamu perintahkan dia pergi, bukannya dia tidak pernah membantah perintahmu?”

“Itu masalah kerjaan, kamu ini buat aku tidak profesional saja.”

“Tolonglah, sayang……”

Kelly jarang sekali bersikap manja, ditambah beberapa hari terakhir mengabaikan dirinya, tangan mungil lembut menyentuh dadanya langsung membuat seluruh tubuhnya menjadi lemah: “Baiklah, ku telepon.”

Ternyata memang benar Maxim tidak berani membantah perintah, begitu mendapat telepon, dia langsung menyetir mobil ke Univ Zurich.

Sesampai di asrama Giselle dia mengetuk pintu, dan Giselle teriak: “Tidak dikunci, masuk saja.”

Dia mendorong pintu masuk, lalu melihatnya berbaring ditempat ditidur, terburu-buru berjalan kesana bertanya: “Bagaimana?”

“Kenapa kamu datang? Tanya Giselle menyipitkan mata pura-pura tidak tahu.”

“Nona Kelly dan Presiden Dion sedang nonton di bioskop tidak bisa datang.”

“Maxim menjulurkan tangan menyentuh dahinya: Sepertinya tidak demam?”

“Tadi ada, sudah minum obat, sudah reda demamnya.”

“Ohh, sekarang dimananya yang tidak nyaman?”

“Sudah baikan, hanya sedikit lapar……”

“Kamu mau makan apa? Ku belikan.”

Giselle mengedipkan matanya: “Aku mau makan pizza.”

“Ok, tunggu sebentar.”

Maxim bangkit, melepaskan mantelnya lalu meletakkannya disamping tempat tidur, berbalik keluar asrama membeli pizza.

Mendengar suara pintu ditutup, Giselle bangkit mengambil pakaiannya dan meletakkannya dalam dekapannya, lalu menciumnya, ada aroma dirinya, dia gembira dan berkata: “Malam ini tidak akan kubiarkan kamu keluar dari genggamanku.”

Setengah jam kemudian, Maxim kembali dan duduk disampingnya: “Selain pizza aku ada beli hamburger dan cola.”

“Untuk apa beli ini? Giselle membungkus dirinya dengan selimut, hanya memperlihatkan wajahnya saja.”

“Katanya anak perempuan suka makan ini.”

“Kamu peduli aku suka makan apa?”

Tanya dia penuh harap.

Maxim tertegun, lalu malu mengalihkan pembicaraan:”Terlalu tebal selimutmu, semakin demam itu harus semakin cepat hilangkan panasnya.”

“Tapi aku dingin.”

“Kalau begitu makan dulu ini.”

“Ya.”

Giselle marah mencemberutkan bibir:” Taruh semuanya di meja, aku tidak suka makan di tempat tidur.”

Maxim berbalik sambil memegang makanan dan berjalan kearah meja.

Baru saja berbalik, Giselle sudah lompat turun dari tempat tidur, lalu berdiri dibelakangnya.

“Max……panggil dia pelan.”

“Hhm?”

Novel Terkait

Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu