Cinta Di Balik Awan - Bab 279 Kecelakaan Yang Tak Terduga

Berdiri di depan pintu apartemen, dengan gemetaran Kelly memutar kunci dan masuk. Di dalam ruangan sangat gelap, tidak hanya gelap tetapi juga dingin, bahkan lebih dingin daripada di luar.

Kelly masuk ke dalam dan menyalakan lampu, lampu pijar seketika menerangi ruangan, selimut di atas tempat tidur tidak dilipat, ruangan tersebut terlihat berantakan, beberapa scup sisa mi siap makan juga belum dibuang, kelihatan seperti benar-benar ada yang hidup di sini, padahal Tan tidak kembali ke sini sejak ia menghilang. Beberapa hari belakangan, Kelly sering kali datang untuk melihat-lihat, setiap kali melihat kunci menggantung di pintu, ia tidak punya keberanian membuka pintu, Kelly hanya berdiri diam di depan pintu untuk sesaat, kemudian pergi dengan rasa sedih.

Air mata jatuh lagi, Kelly melepas mantelnya dan kemudian diam-diam membersihkan ruangan tersebut, ia membersihkannya sampai benar-benar bersih. Secara tidak sadar, Kelly berpikir bahwa Tan akan pulang, meskipun hal itu sangat tidak masuk akal.

Setelah menyelesaikan semuanya, Kelly mulai mencari-cari di setiap sudut, ia ingin menemukan beberapa bukti, bukti bahwa kepergian Tan yang tanpa pamit itu meninggalkan kesengsaraan yang tak terkata.

Akhirnya, di bawah bantal, Kelly menemukan sebuah buku harian berwarna kuning, buku harian tersebut sangat tebal, dilihat dari tanggalnya, pasti sudah ditulis beberapa tahun lamanya. Hati Kelly terasa masam lagi, ia dari awal tidak pernah tahu bahwa Tan memiliki kebiasaan menulis buku harian.

Sebagai anak yang tidak suka membaca, sampai bisa mempunyai kebiasan seperti ini, penjelasannya hanya satu, Tan pasti memiliki beban berat dalam hatinya. Karena tidak menemukan seseorang untuk tempat berkeluh kesah, ia hanya bisa menuliskan isi hatinya, hal tersebut juga merupakan caranya untuk menjaga emosi.

Separuh awal buku tersebut berisi pengembaraan Tan selama hidupnya, separuh akhir buku tersebut bertuliskan——

“16 September, malam. Kemarin lusa aku dipukuli lagi, aku sudah lupa berapa kali aku dipukuli, aku kira aku akan mati, tapi ketika aku membuka mata, sayangnya aku masih hidup. Untuk seseorang yang terlahir miskin sepertiku, bisa hidup sampai hari ini, aku tidak tahu apakah karena keinginanku untuk hidup begitu kuat atau karena keberuntunganku sangat bagus, pilihan kedua rasanya tidak mungkin, karena hingga tumbuh sebesar ini, aku tidak merasakan ada suatu keberuntungan dalam diriku. Tapi untuk kali ini, rasanya aku telah mendapatkan satu keberuntungan, aku telah diselamatkan oleh seorang kakak perempuan yang cantik, saat dia melihat ke arah mataku, dia sangat mirip dengan kakak perempuanku yang telah tiada. Saat pertama kali melihatnya, aku punya dorongan untuk menangis. Ini benar-benar keberuntunganku, satu-satunya waktu dimana aku merasa beruntung sejak aku lahir, aku berpikir aku tidak akan mendapatkan keberuntungan yang sama lagi, sebab Tuhan selalu jahat padaku....”

“6 Oktober, siang. Setelah mengetahui bahwa orang yang hampir saja kucelakai adalah pacar kakak, perasaanku jadi tidak enak beberapa hari ini, hati nuraniku tersiksa sampai rasanya hampir gila. Hari ini aku tidak sengaja mendapatkan informasi bahwa laki-laki itu akan menikah dengan wanita lain, haruskah aku menghentikannya atau tidak? Kalau kuhentikan, aku pasti akan mati. Aku tidak takut mati, tapi kalau aku mati, ibuku yang kasihan itu bagaimana? Kalau tidak kuhentikan, kakak-ku yang baik itu bagaimana? Aku sangat tertekan, apakah ada yang bisa memberitahuku, apa yang harus kulakukan...”

“25 Oktober, siang. Setelah melalui masa singkat yang penuh perjuangan, akhirnya aku memutuskan untuk membayar hutang budiku pada kakak. Kemarin aku melihat kakak di jalan, terpisah dari kerumunan orang-orang, wajahnya yang merana membuatku merasa sedih. Kakak menyelamatkan hidupku, tapi aku mengambil kebahagiaannya, aku adalah orang bodoh, aku harusnya pergi ke neraka, aku tidak bisa membiarkan diriku hidup dalam rasa bersalah selamanya. Jadi, Mama, maafkan anakmu ini, jika Mama berada di sisiku, Mama juga pasti akan mendukung keputusanku, karena Mama dan kakak adalah orang yang sama-sama baik dan jujur, jika memang ada yang namanya reinkarnasi, jangan lahirkan anak sepertiku lagi....”

“6 November, siang. Hari ini aku keluar dari penjara, sinar matahari di luar membuatku tidak bisa membuka mata, rasanya seperti mimpi, aku tidak pernah terpikir akan bisa keluar setelah masuk ke sana, aku tahu kakak menyelamatkanku lagi, apakah di dunia ini betul-betul ada orang baik seperti dia? Jelas-jelas aku hampir mencelakai pacarnya, tapi kakak masih mau menyelamatkanku. Berdiri di bawah terik matahari, aku tidak tahu apakah harus menangis atau tersenyum. Kasih sayang yang seperti ini, bagaimana aku bisa membalas Kak Kelly....”

“25 November, malam. Akhirnya aku bekerja di perusahaan pacar kakakku, meskipun belum terbiasa, tapi aku akan berusaha untuk terbiasa. Setelah ini aku akan hidup dengan baik, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengecewakan kakak. Kakak menyelamatkan hidupku yang berantakan ini, jadi demi dia aku akan hidup mandiri. Kakak, semangat, berbahagialah....”

“25 Desember, turun salju lebat...”

Sebenarnya, ini adalah lembar terakhir dari buku harian Tan. Sebelum Kelly membacanya lagi, ia tidak memikirkan sebesar apa isi buku harian itu akan berdampak padanya.

“Sekali lagi, aku tenggelam dalam kesedihan, aku harus bagaimana? Menyukai wanita yang lebih tua lima tahun dariku, apakah aku terkena Oedipus Complex? Aku tidak tahu.... tapi aku enggan pergi. Pada saat-saat paling menyedihkan, kedua mata itu menatapku dengan hangat, aku tidak bisa tinggal di sini, atau aku akan mengecewakan kakak, aku sendiri juga akan menjadi gila. Aku berusaha keras untuk melindungi hubungan kekerabatan antara aku dan kakak, jadi meskipun aku harus kehilangan hidupku, aku tidak ingin merusak hubungan ini, juga tidak ingin menghancurkan kesan kakak terhadapku. Aku harus pergi, kemana saja boleh, selama di tempat itu tidak ada kakak. Malam ini adalah malam Natal, aku mengajak kakak keluar, tujuannya adalah untuk mengucapkan selamat tinggal, aku tidak suka pergi tanpa pamit, tapi sekalinya aku melihat kakak, sekalinya aku melihat kedua matanya yang hangat, aku tidak bisa mengucapkan apapun, aku hanya bisa minum soju sampai hatiku terbakar hitam. Pada pukul dua belas malam, kami keluar dari kedai soju, di luar masih turun salju, kakak tersenyum sambil melambai kepadaku, kemudian dia berbalik dan pergi. Kakak pasti tidak akan pernah tahu bahwa aku memandang ke punggungnya lama sekali, sambil mengucap seribu bahkan sampai sepuluh ribu kali kata maaf, tapi tetap saja aku tidak bisa mengucapkan ‘selamat tinggal’. Aku merasa sangat lega, lega karena sampai saat terakhir aku tidak menghancurkan hubungan kekerabatan di antara kami berdua....”

Terdengar suara gedebuk, buku harian yang tebal itu jatuh dari tangan Kelly. Bahkan dalam mimpinya sekalipun, Kelly tidak menyangka bahwa hati Tan bisa tiba-tiba berubah begini, yang lebih tidak disangka lagi, ia pergi tiba-tiba karena alasan seperti ini....

Sambil membungkuk kesakitan, kedua tangan Kelly menutupi wajahnya, ia menangis pilu, air matanya mengalir melewati jari-jarinya dan membasahi buku harian tersebut. Hatinya tidak pernah sekacau ini, saking kacaunya Kelly tidak tahu harus berbuat apa.

Setelah lama menangis, Kelly memasukkan buku harian itu ke dalam tasnya, kemudian meninggalkan apartemen yang dulunya dihuni oleh Tan.

Berkeliaran di jalan seperti orang kehilangan nyawa, Kelly melewati sebuah bar dan memutuskan untuk mampir. Hatinya benar-benar sakit, Kelly selalu menjadi orang yang lurus dan tidak macam-macam, tapi untuk saat ini, untuk pertama kali dalam hidupnya Kelly tidak mengikuti aturan, dia ingin sekali masuk dan minum beberapa gelas alkohol, meskipun ia tahu bahwa minuman di sana tidak seberapa berat.

Kelly masuk dengan sikap seperti orang naif yang tidak tahu apa-apa. Lampu neon yang berkilat-kilat, musik rock yang menulikan telinga, dan wajah orang-orang yang sedang menggoyangkan pinggul nampak tersenyum, sangat kontras dengan ekspresi sedihnya saat ini.

Kelly menemukan satu sudut untuk duduk, ia memesan beberapa botol anggur merah, dinikmatinya sendiri anggur tersebut. Sebotol anggur tak lama lagi akan habis, namun pikiran Kelly masih jernih, ia memandang ke arah botol kosong tersebut selama lima menit, apakah Kelly benar-benar menghabiskannya seorang diri? Kelly mulai bertanya-tanya, apakah ketika seseorang merasa sedih, anggur bisa tiba-tiba berubah menjadi air?

Ponsel di sakunya bergetar hebat, Kelly mengambilnya dan melihat nomor Leheon Mozard. Kelly tercengang, ia tidak tahu apakah harus menjawab atau tidak, pada waktu-waktu seperti ini, Kelly sebenarnya hanya ingin sendirian dalam tenang.

Getarannya berhenti, Kelly menerima pesan pendek : “Angkat teleponnya, ada yang ingin kubicarakan.”

Kelly mendengus, ia menelepon balik dan dengan cepat tersambung: “Ada apa?” Kelly bertanya.

“Dimana dokumen yang kuberikan padamu terakhir kali? Aku ingin menggunakannya sekarang.”

“Masih di kantor?”

Kelly bertanya samar-samar, otaknya terasa pusing, meja dan kursi di hadapannya kelihatan seperti menari-nari.

“Hm, aku libur besok, jadi hari ini harus lembur.”

Leheon mendengar suara berisik dari dalam ponselnya, ia ragu-ragu bertanya : “Kamu sedang berada di bar?

Kelly tidak menjawab Leheon, hanya berkata dengan nada meminta maaf : “Dokumen itu kukunci di dalam laci, kuncinya ada padaku.”

“Kamu dimana? Akan kuambil.”

Novel Terkait

The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu