Cinta Di Balik Awan - Bab 187 Aku Menikahimu (2)

“Tentu saja bukan”, dia menggeleng: “Hanya saja, kamu tidak pergi melihat Jesan?”

“Sudah.”

“Bagaimana keadaannya sudah baikan?”

“Sudah mulai bicara.”

“Benar? ” Dia sedikit gugup: ”Terus dia bilang apa? Apa……dia mau kamu menikahinya?”

Dion melihat ekspresi cemasnya, hatinya sedikit tidak rela dan menjawab:” Tidak.”

“Dia pasti akan mengatakannya, sekarang dia jadi seperti ini, dia pasti akan meminta pertanggung jawabanmu, bagaimana ini？Bagaimana? Dari awal aku sudah menyuruhmu lupakan dendam ini kamu tidak mau, kalau dari dulu dengarkan aku, tidak akan terjadi hal seperti ini.”

“Jangan pikirkan terlalu banyak, kepalamu ini begini besar, setiap hari memikirkan begitu banyak hal untuk apa? Serahkan saja semua masalah padaku, dan kamu, hanya perlu fokus belajar oke?”

“Aku juga tidak ingin memikirkannya, tapi aku khawatir……”

“Khawatir ada gunanya? Apa yang harus terjadi pasti akan terjadi”. Dia mengalihkan pembicaraan: “Sudah kamu lakukan belum, apa yang kukatakan di ulang tahunmu?”

“Apa? ” Dihari ulang tahunnya, Dion mengatakan banyak hal, mana ingat dia kalimat yang mana.

“Masalah hadiah.”

“Oh, itu ya.”

Kelly mencemberutkan bibir: “Lagian aku tidak bodoh, kamu kira aku bodoh benar lari di taman teriak minta hadiah.”

“Kamu tidak percaya ucapanku?”

“Kredibilitasnya terlalu rendah.”

“Ikut aku.”

Dia menggandeng tangannya, menunjuk ke salah satu sudut taman dan berkata: “Lihat yang jelas, ada yang aneh tidak?”

“Begitu gelap, mana kelihatan.”

Dia menyerahkan Hp ke tangannya: “Lihat yang teliti.”

Kelly membungkukkan pinggang menyipitkan mata:” Mana ada, apa pun tak ada.”

Dion menghela nafas, berjongkok disampingnya, menggunakan lampu Hp mengarah pada rerumputan kecil: ”Sudah lihat belum, hadiahmu sudah mau keluar. ”

“Apa ini? Ini hanya rumput liar!”

“Bodoh, ini bukan rumput liar, ini dandelion ungu, aku menghabiskan banyak usaha untuk mendapatkannya dari Amerika Utara.”

“Dandelion ungu??”

Kelly terkejut, setiap hari dia mondar-mandir ditaman ini ratusan kali, tapi tidak pernah memperhatikan ada yang berbeda disini, dia bahkan beberapa kali jalan melewatinya！

“Iya, kalau tidak ada masalah, tiga bulan lagi akan mekar.”

“Kenapa dari awal tidak bilang denganku, kapan kamu menanamnya? Kenapa aku tidak tahu.”

“Di malam hari ulang tahunmu, ini tidak perlu ditanam, aku hanya perlu menyuruh Bibi Yu menggali tanah, terus menaburkan bibit nya saja.”

“Kalau begitu, Bibi Yu dari awal sudah tahu rahasia ini dong?”

“Iya, aku yang menyuruhnya tidak memberitahumu.”

“Bagus, kalian berdua sekongkol menipuku, menyebalkan.”

Mulutnya mengatakan menyebalkan, tapi hatinya tersentuh dan senang.

“Dion sayang, terima kasih.”

Dia tiba-tiba menjinjitkan kaki mencium wajahnya.

“Tidak perlu terima kasih, sudah kubilang, pasti akan kuberikan hadiah yang sama bahagianya dengan ibuku, dan lagipula hadiah ini tidak bisa dibeli dengan uang.”

“Aku suka hadiah ini, benar-benar suka.”

“Tapi aku sedikit khawatir.”

“Khawatir apa?”

“Aku khawatir iklim di sini tidak cocok dan tidak bisa mekar.”

“Tak peduli dia mekar atau tidak, niat baikmu tetap ada disini, lebih baik si mekar, kalau tidak mekar, aku juga tetap akan senang.”

Dion tersenyum: “Kamu orang yang paling mudah puas yang pernah kutemui.”

“Salah, aku tidak mudah puas.”

“Oh, kenapa?”

“Cintaku padamu selamanya tidak akan mudah terpuaskan, kamu sudah mencintaiku, aku bahkan ingin kamu lebih mencintaiku, lebih lebih lebih mencintaiku seumur hidup, jadi, cintailah aku sepenuh hati!”

“Baik, biarkan aku mencintaimu sepenuh hati.”

Merasa tatapan matanya berubah panas, dia melarikan diri sambil tersenyum: “ayo sini, tolong…hahaha……”