Cinta Di Balik Awan - Bab 75 Jatuh Ke Jurang

“Bibi, kamu bahas masalah pernikahan dengan papaku, Samuel dia tahu tidak? “

“Tidak tahu, masalah ini aku yang putuskan saja sudah oke. “

“Itu juga harus pendapat dia, mungkin dia sekarang sudah tidak ingin menikah. “

“Bagaimana mungkin, Samuel kami sangat ingin menikahimu, lagian, dia paling dengar perkataanku, hal yang sudah kuputuskan dia pasti tidak berani mengatakan kata tidak. “

Hati Kelly sedikit tidak senang, dan senyum terpaksa: “tapi sekarang kami juga tidak punya apa-apa. “

“Kalian tidak punya apa? “

“Rumah, mobil, karir, barang penting ini, semuanya tidak ada. “

Lipin melototinya: “siapa bilang tidak ada rumah, rumah kami itu tidak bisa ditinggali? “

“Bibi, rumah mu ada kamu dan paman ditambah putrimu, ini tidak cukup ditinggali. “

“Tidak apa-apa, tiba waktunya aku dan paman tinggal dikamar Samuel, kamar kami yang besar direnovasi untuk kalian tinggal. “

Dia sedikit terdiam dan dengan bijaksana berkata: “sebenarnya rumah itu masalah kecil, masalahnya aku belum tamat, pekerjaan Samuel belum stabil, aku harap pernikahan kita bisa ditunda dua tahun, tiba saatnya kita memiliki segalanya, beban kalian akan lebih ringan. “

Sebenarnya ini ide yang baik, tetapi tidak ingin pihak besan terdapat salah paham: “Kelly, aku menyadari kepulanganmu kali ini sangat berbeda, apa karena pengaruh dari luar negeri, jadi cari alasan untuk membatalkan pernikahan? “

Kelly sibuk menggelengkan kepala: “Tentu saja bukan, anda berpikiran terlalu jauh, aku hanya mengajukan beberapa pertanyaan yang lebih realistis. “

“Ini semua tidak perlu diungkit, tidak ada mobil masih bisa jalan, tidak ada karir bisa dikejar pelan-pelan, aku tidak merasa ini semua akan menjadi batu penghalang dalam pernikahan kalian. “

“Baiklah, aku tidak ungkit lagi. “

Sebelum datang kemari, sebenarnya dia juga tidak berharap terlalu banyak, ternyata, tidak ada harapan, maka juga tidak akan ada kekecewaan.

“Kelly, sebenarnya jangan salahkan bibi yang terlalu ikut campur, aku merasa semenjak kamu mengenyam pendidikan di negeri orang lain, seluruh pandanganmu akan sesuatu berubah. “

“Berubah bagaimana? “

“Kamu mau rumah, mau mobil, kamu jelas-jelas tahu perekonomian keluarga kami, mengatakan ini, bukankah sama saja mempermalukanku?! “

Kelly merasa dia lelah, dengan sabar dia menjelaskan: “aku mengatakan ini semua, bukan ingin meminta dari kalian, melainkan ingin mengandalkan diri sendiri untuk memilikinya, perasaan ambisi ini, apakah tidak bagus. “

Lipin tersenyum dengan penuh maksud: “punya ambisi tentu saja bagus, takutnya mengambil jalan pintas, perempuan sekarang, delapan dari sepuluh ingin menjadi kaya. Tentu saja, aku tidak membicarakan kamu, kamu bukan perempuan seperti itu. “

Pertama-tama beri kamu tamparan, baru beri kamu permen, calon mama mertua ini memang tidak gampang dihadapi.

Setelah makan siang, Kelly cari alasan pulang kerumah, dalam perjalanan, dia berpikir sangat banyak, dia sendiri menolak pernikahan ini, apa benar waktunya belum tepat, atau karena ada alasan lain?

Dia terus tidak berani menghadapi masalah ini, karena dia sudah memikirkan bahwa waktunya belum tepat, tapi benar apa yang dikatakan mama mertua, kalau benar ingin menikah, alasan dia tidak cukup dijadikan sebagai batu sandungan dari sebuah pernikahan.

Sesampainya dirumah, dengan tulus dia berbicara pada orang tua: “papa, mama, aku sudah memikirkannya, aku akan menikah. “

Dian dan Yuni tidak menyangka, Lipin sangat hebat dalam hal ini, dengan makan siang saja sudah bisa mengubah pemikiran putrinya.

“Kenapa tiba-tiba mau? “

“Seperti yang kalian katakan, cepat atau lambat tetap akan menikah, karena sudah diputuskan, tidak perlu ditunda. “

Dia berusaha keras mengatakan kalimat ini, tidak hanya untuk didengar oleh orang tua, juga untuk didengar diri sendiri.

Dia memaksa dirinya untuk menerima kenyataan, tapi dia tidak berharap suatu hari, jatuh kedalam jurang……