Cinta Di Balik Awan - Bab 55 Pria Tidak Berkomitmen

Keanehan atmosfer yang tak dapat dijelaskan, kepanikan dan ketenangannya membentuk kondisi yang berlawanan membuat dia bingung.

“Tok ...Tok…“ Ketukan di pintu memecah keheningan.

“Silahkan masuk. “

Pintu kantor didorong dan terbuka, Maxim masuk dengan ekspresi serius dan melaporkan dengan suara kecil: “Presdir Dion, Nona Jesan telah tiba. “

Wajah Dion langsung berubah redup dan mengangguk: “Oke. “

Kelly langsung bangkit dan berdiri ketika mendengar apa yang dia katakan:

“Kalau begitu aku akan pergi dulu. “

Tentu saja, dia tahu siapa yang dimaksud oleh Nona Jesan, dan dia lebih jelas tahu bahwa Nona Jesan tidak ingin melihatnya!

“Bagaimana dengan bantuan yang kamu janjikan“

“Aku akan kembali lagi besok. “

Maxim menghela nafas lega dan mengangguk berterima kasih: “ Terima kasih. “

“Sama-sama. Ini bantuan antar teman. “

Dengan lambaian tangan yang kuat, orangnya sudah menghilang, Dion tersenyum tak berdaya dan menatap Maxim: “Apakah dia sangat menarik? “

“Dia lebih menarik daripada Jesan. “

Tiba-tiba, wajah tampan Dion yang asli berubah menjadi gelap: “mana dia? “

“Di meja depan, diperkirakan sekarang sedang menuju kesini. “

Kelly berdiri di pintu masuk lift dan meraba dahinya . Tiba-tiba, jantungnya berdetak kencang.

Pintu lift terbuka dan dia bergegas masuk, tetapi dia malah hampir bertabrakan dengan Jesan yang keluar dari lift.

“Kenapa kamu disini? “

Alis Jesan terangkat dan matanya menatap tajam.

“Halo, Nona Jesan. aku di sini untuk mencari Asisten Khusus Maxim. “

Untuk menghindari kesalahpahaman, dia buru-buru menjelaskan, tetapi mengapa penjelasannya begitu lemah dan terkesan bersalah ….....

“Maxim? Apa yang kamu lakukan dengan Maxim? “

“Ini ... Kamu bisa bertanya padanya, aku sedang sibuk. Aku pergi dulu. “

Begitu pintu lift tertutup, hati Jesan tiba-tiba jatuh ke dasar. Dia tampaknya telah menebak apa yang tidak berani dia hadapi.

Dia mengambil napas dalam-dalam dan langsung pergi ke kantor Dion. Sepatunya yang bertumit tinggi menginjak lantai marmer, yang terdengar seperti suara bambu patah.

Dion berdiri di depan jendela pendaratan, membelakanginya. Sering kali, keduanya begitu membisu.

“Siapakah wanita itu? “

“Bukannya kamu sudah mengenalnya. “

Jesan mengambil langkah ke depan: “aku bertanya dia siapanya kamu? “

“Menurutmu ? “

Dion berbalik dan bertanya dengan tenang.

“Mengapa kamu malah balik bertanya? Tidakkah menurutmu itu sangat kejam bagiku? “

“Aku sudah berjanji kepadamu, mengapa kamu harus peduli? “

Jesan merasa dirugikan: “Bagaimana mungkin aku tidak peduli? Kamulah yang ingin aku nikahi, Dion. Pernahkah kamu mencintaiku? Apakah kamu pikir itu normal kalau aku mendekati pria lain?“

“Aku tidak pernah menjadi pria yang berkomitmen. Kamu bukan baru tahu sekarang kan. “

“Ya, aku memang sudah mengetahuinya, tetapi apa kamu berani mengatakan itu juga sandiwara?“

Dion tidak pernah suka diatur oleh wanita. Jesan tidak pernah membuat masalah tanpa alasan. Meskipun mereka telah berhubungan selama bertahun-tahun, mereka saling menghormati satu sama lain meskipun tidak ada percintaan yang luar biasa, tetapi pada saat ini, dia sudah menyentuh garis kesabarannya.

“Jawaban apa yang ingin kamu dengar dari aku? Apakah kamu baru akan puas kalau aku membenarkan semua kecurigaan kamu? “

Jesan terpana. Dia belum pernah berbicara dengannya dengan nada begitu keras, apalagi terlihat begitu dingin seperti sekarang.

Merasa dirugikan, air mata langsung keluar dari mata.

“Maaf, nada bicaraku agak keras tadi. “

Dion melembutkan nada bicaranya, Jesan tiba-tiba berbalik dan meraih tangannya dengan mata berkaca-kaca: “Dion, ayo kita menikah, aku takut, aku khawatir suatu hari kamu akan meninggalkanku ........ “

“Aku selalu bersungguh-sungguh dengan apa yang kukatakan. “

Ini adalah satu-satunya komitmen. Untuk Jesan, bahkan jika tidak ada cinta, ada tanggung jawab. Keluarga Dionysius-lah yang berutang padanya.