Cinta Di Balik Awan - Bab 172 Terkejut

Pada siang itu, Dion meminta Jesan untuk bertemu diluar, di Gedung Royal Capital, Jesan tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya.

“Kukira kamu tidak akan pernah mau menemuiku lagi”

Menatapnya dengan datar : “kalau bukan karena ada urusan, aku memang tidak ingin melihatmu lagi.”

Ekspresi Jesan langsung membeku.

“Ada urusan apa?”

“Kamu terakhir kali bilang ibumu meneriakkan nama pembunuhnya, apakah itu benar?”

“Kamu sudah mengatakannya, kamu tetap tidak akan menikahi aku”

“Aku sekarang tidak sedang membuat perjanjian denganmu, atau memintaku untuk memberitahu siapa orangnya. Kamu cukup katakana benar atau tidak, aku akan mencari sendiri faktanya.”

Jesan terdiam sejenak : “Aku berbohong padamu.”

“Oh, ternyata begitu.”

Dion bangkit pergi, tapi dia menahannya: “Tapi aku bisa memberimu petunjuk lain.”

“Sulit bagiku untuk mempercayaimu lagi.”

“Dion!”

Jesan mengeram memeluknya dari belakang:” Aku berbohong padamu itu memang salahku, itu karena aku tahu meskipun aku mengatakan yang sebenarnya, kamu juga tidak akan memenuhi permintaanku, tapi sekarang, aku benar-benar ingin memberimu petunjuk lain.”

Dia perlahan menoleh:” baik, katakanlah, tapi, jangan ajukan permintaan yang berhubungan dengan perasaanku.”

“Kamu duduk.”

Dia tidak ingin berbicara dengan Dion sambil berdiri seperti itu.

Jesan duduk kembali, dan berkata: “Kamu masih ingat pelayan yang ikut dengan ibuku naik ke kapal menyediakan makan untuk mereka?”

“Ingat, bukankah dia sudah meninggal?”

“Dia belum meninggal, waktu itu meskipun masih belum menemukan mayatnya, itu bukan berarti mayatnya tenggelam dalam dasar laut.”

“Kamu tahu darimana dia belum meninggal?”

“Aku bertemu dengannya.”

Dion mengerutkan kening: “Benar? Dimana?”

Jesan mengingat-ingat: “Bulan lalu aku pergi ke Rumah Sakit melihat ibuku, begitu aku mendorong pintu, aku melihat didalam ruangan ada sesosok wanita yang duduk disana, aku memandangnya dengan teliti, dan dia adalah bibi Melvi yang diduga meninggal dalam bencana, dia terlihat panik ketika melihatku, dia berlari keluar, dan aku mengejarnya, dan bertanya padanya kenapa dia masih hidup, tapi dia malah mengatakan satu kalimat padaku: Nona, aku tidak bisa menceritakan kejadian waktu itu kepada siapapun, lalu dia berbalik dan kabur.”

“Jadi, Bibi Melvi tahu segalanya apa yang terjadi dikapal waktu itu?”

“Iya.”

Dion merilekskan kerutan keningnya, informasi ini baginya, seperti mengambil jarum di dasar lautan.

“Sekarang dia dimana?”

“Ini sedikit sulit, karena aku juga tidak tahu dia tinggal dimana.”

“Rumah dia sebelumnya?”

“Sudah kosong.”

“Nama lengkap Bibi Melvi apa?”

“Melvi Rotlen.”

“Ok, aku utus orang pergi mencarinya, selama dia berada di Zurich, pasti bisa menemukannya,”

“Takutnya ini tidak ada gunanya.”

Dion tertegun: “Kenapa?”

“Coba kamu pikir, kalau benar dia ingin menghindar dari pembunuhan sepuluh tahun yang lalu, dan tidak ingin ditangkap, kenapa dia masih menggunakan nama Mevi Rotlen? “

“Setidaknya harus dicoba.”

“Aku tiba-tiba memikirkan satu tempat……”

“Dimana?”

“Pabrik tekstil Amber.”

Jesan dengan tegas mengatakan:” Aku ingat, waktu itu dia memakai pakaian kerja pabrik tekstil Amber.”

Dion sedikit terkejut:”Baiklah, aku pergi sekarang.”

“Aku juga pergi.”

“Kamu?”

“Ehn, aku juga pergi, memang kamu ingat wajahnya?”

“Baiklah.”

Setelah keluar dari gedung, Dion dengan tulus mengatakan:”Terima kasih.”

Dia tersenyum pahit:” Tidak perlu terima kasih, aku bukan membantumu, tapi membantu diriku sendiri, aku juga tidak berharap ayahku meninggal tidak jelas.”

Mereka pergi ke tempat tujuan, di tengah jalan, Dion menelepon Kelly.

“Kelly, aku ada urusan nanti pulang agak malam, jangan tunggu aku, kamu makan duluan.”

“Mau temani customer lagi?”

Dia terdiam: “Bukan, nanti pulang kuceritakan.”

“Baiklah.”

Setelah telepon ditutup, Jesan tersenyum sinis: “Apa harus meneleponnya di depanku?”

Dion tidak menanggapinya.

Mobil berhenti di pabrik tekstil Amber, kedua orang ini turun dari mobil, dan langsung menjumpai pimpinan pabrik, dan bertanya apakah ada karyawan yang bernama Melvi Rotlen, alhasil jawaban yang didapat benar tidak ada yang bernama itu.

Jesan mengeluarkan foto lama, dan menunjuk orang itu: “Kalau orang ini? Kalian ada kesan padanya?”

Kepala pabrik menggeleng:” Terlalu banyak karyawan, tidak ingat.”

Dion mengajukan saran, untuk mencari langsung di setiap Departemen.

Setelah mencari di tiap departemen, tetap masih tidak bisa menemukannya, lalu Jesan bertanya:”Apakah seluruh karyawan semua hadir sekarang?”

“Tidak, masih ada Shift malam.”

“Jam berapa datang bekerja?”

“Jam delapan.”

“Kalau begitu terus tunggu.”

Dion melihat jam.

Novel Terkait

Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu