Cinta Di Balik Awan - Bab 431 Menyaksikan Pertunjukkan Asyik
Di ruang konferensi, selain tiga saudara perempuan dari Keluarga Stenheim yang bersikap asyik dalam menonton pertunjukan, semua orang terperangkap dalam diskusi yang panas. Salah satu pemegang saham bertanya dengan frustrasi: “Tindakanmu ini amat tidak bertanggung jawab. Sekarang siapa lagi yang mampu memikul tanggung jawab Grup Stenheim selain kamu?
“Pemilik asli Grup Stenheim adalah Dion, tanggung jawab ini tentu akan dipikul olehnya.”
“Apakah kamu bergurau? Dion telah menghilang, kabarnya bahkan tidak diketahui. Bagaimana dia bisa memikul tanggung jawab ini?”
“Tidak ada orang yang akan menghilang tanpa alasan, sekarang sudah saatnya untuk mengembalikan segalanya seperti semula.”
Begitu kata-katanya keluar dari mulut, pintu ruang konferensi didorong terbuka. Pemandangan yang mengejutkan semua orang telah muncul. Orang yang dikira sudah meninggal tiba-tiba muncul dalam keadaan hidup dengan aura yang dingin dan kuat seperti biasanya. Pandangan orang itu menyapu kerumunan, semuanya menundukkan kepala dengan gelisah. Tatapan itu jauh lebih tajam dibanding dulu.
Dibandingkan dengan keterkejutan para pemegang saham, Stanley tentu merupakan orang yang paling ekspresif dari semua orang. Wajahnya sontak berubah menjadi kebiruan begitu pintu didorong terbuka. Dia sekilas melihat putranya, tampaknya dia telah mengerti semuanya dalam waktu sekejap. Hatinya dipenuhi kemarahan dan kekecewaan besar. Dia membatu seperti patung yang berdiri di tempat, kehilangan akal dan kesadaran.
“Tampaknya selama aku tidak di sini, semua orang telah menemukan pendukung yang baik. Bagus sekali, aku awalnya mengenang kalian sebagai orang-orang yang terlibat dalam pendirian perusahaan sehingga tidak tega bertindak kejam terhadap kalian, sekarang pilihan kalian akhirnya membuatku tidak perlu berpikir terlalu banyak.”
Dion mengenakan jas formal hitam, berdiri di tengah-tengah ruang konferensi dengan sikap yang kuat dan meraja. Di belakangnya diikuti oleh Maxim yang juga mengenakan setelan formal dan beberapa pengawal. Setelah penghinaan dan penderitaan sebulan, dia akhirnya muncul kembali. Dia memegang peluang besar untuk menang.
Senyuman percaya diri mengandung sindiran, tatapan acuh tak acuh setajam pisau, dia menyatakan dengan suara lantang: “Periode paling bergejolak telah berlalu, mulai besok, Grup Stenheim akan mengalami perubahan besar, aku tidak akan menaruh sedikit pun belas kasihan terhadap orang yang tidak setia dan tidak loyal terhadap Keluarga Stenheim.”
Seusai berbicara, Dion mengulurkan tangannya ke belakang, Maxim segera menyerahkan dokumen kepadanya. Lalu, dia berjalan ke Stanley dan berbisik di telinganya: “Sepuluh tahun yang lalu, kamu ingin membunuh adik sendiri, tetapi malah dilakukan lebih awal oleh orang lain. Sepuluh tahun kemudian, setelah membunuh abang sendiri, kamu langsung mengambinghitamkan keponakanmu. Keponakanmu tidak mati, kamu pun membunuh seorang pasien penderita jiwa dan kembali menanggungkan kriminal itu kepada menantu keponakanmu. Alhasil, keduanya masih hidup dengan baik di dunia ini. Oleh karena itu, kamu mengorbankan semuanya, membawakan keduanya untuk bertemu ajal dengan tanganmu sendiri. Semua ini adalah kelakuan yang kamu banggakan. Aku tidak asal menuduhmu, bukan? Aku memiliki catatan yang jelas tentang semua itu, waktu, tempat, serta pengakuan yang dikonfirmasi oleh orang yang bekerja untukmu, ditambah dengan foto, ini semua cukup untuk membuatmu dipenjara. Selain semua itu, aku juga memiliki buku akun yang berisikan bukti penggelapan pajak dan perdagangan narkoba yang dilakukanmu. Jika digabung menjadi satu, semua ini dapat membuatmu tidak bisa bangkit kembali untuk selamanya. Mengenang hubungan kita yang dulu, aku boleh memberimu dua pilihan. Apakah memilih meninggalkan semua ini dan menikmati hari tua? Atau memilih untuk menghabiskan sisa hidup di penjara? Pilih sekarang juga, ini adalah pilihan terakhir dan terbaik yang dapat kuberikan ...”
Otak Stanley meledak, dia jatuh terduduk di kursi dengan ekspresi kosong. Dia berusaha habis-habisan untuk membangun apa yang dikiranya sebagai Kerajaan Kaisar, nyatanya itu hanyalah fatamorgana. Dia kalah, kalah total.
Leheon melangkah maju untuk memapah ayahnya, meninggalkan ruang konferensi tanpa mengatakan apa pun.
Keluar dari Gedung Grup Stenheim, Leheon mengemudi mobil untuk mengantar ayahnya pulang ke rumah. Stanley tidak berbicara di sepanjang jalan, ekspresi kompleks di wajahnya tidak dapat menjelaskan apakah dia sedang berduka atau tidak puas.
Sesampainya di vila milik Keluarga Stenheim, pembantu rumah tangga langsung bergegas ke arah mereka begitu melihat mereka turun dari mobil, melaporkan: “Tuan besar, gawat, nona besar baru saja pergi dengan membawa koper. Saya tidak bisa menghentikannya sama sekali. Dia tidak mengatakan ke mana dia mau pergi. Saya baru saja ingin menelepon Anda ...”
Stanley acuh tak acuh ketika mendengar kata-kata itu, memasuki ruang tamu seperti mayat yang berjalan, mengunci diri di dalam ruang kerja.
Di meja belajar, tergeletak sebuah surat yang ditinggalkan putrinya. Dia menatapnya untuk waktu yang lama sebelum membukanya dengan tangan gemetar. Hanya tertulis beberapa kata singkat di dalam isi surat itu, tetapi setiap kata-kata itu bagai pisau yang menusuk jantungnya.
“Ayah, aku pergi dulu. Ini adalah terakhir kalinya aku memanggilmu ayah. Aku menguping pembicaraanmu dengan Sekretaris Jin tadi malam, barulah aku tahu ternyata kamu membunuh keponakan dan menantu keponakanmu sendiri. Aku benar-benar sangat kecewa padamu. Mulai sekarang, aku tidak akan lagi mengakui bahwa aku adalah putri Stanley Stenheim, anggap saja kamu tidak pernah melahirkanku. Hubungan kita sebagai ayah dan putri cukup berakhir di sini. Aku tidak akan kembali ke tempatmu ini yang berlumuran darah. Jangan berjumpa lagi… …”
Surat jatuh ke tanah. Stanley bersandar lemah di kursi sambil menatap kosong ke langit-langit. Dia meneteskan air mata, entah air mata kesedihan atau penyesalan.
TOK TOK...
Terdengar suara ketukan pintu, suara Leheon merambat dari seberang pintu: “Ayah, bolehkah aku masuk?”
“Masuk.”
Stanley menjawab dengan suara serak, menyeka air mata dari pipi.
Leheon mendorong pintu dengan pelan, perlahan berjalan ke arah Stanley, kemudian berlutut di depannya: “Maaf, ayah ...”
Stanley menatap Leheon dengan linglung, kemudian bertanya setelah berlalu lama: “Mengapa kamu mengkhianatiku?”
“Sebagai anak, kesalehan yang sejati bukanlah membantu orang tua melakukan apa yang salah, tetapi mengarahkannya ke sisi yang benar. Aku tidak memiliki cara untuk membawa kembali ayah yang tersesat dalam jalannya, jadi aku hanya dapat memilih untuk mengkhianati ayah, karena hanya dengan cara ini aku dapat mencegah ayah untuk melangkah lebih jauh. Walau aku tahu betapa sedihnya ayah saat ini, tetapi aku tidak menyesali pilihanku.”
Malam itu, Stanley tidak meninggalkan ruang kerja semalaman. Keesokan harinya, pengurus rumah tangga menemukan bahwa dia telah bunuh diri dengan mengonsumsi racun. Ketika Leheon tiba, tubuh ayahnya sudah sedingin es. Leheon kembali berlutut di depan ayahnya lagi, menangis dalam kesedihan.
Meski begitu, apakah kamu masih tidak menyesal? Leheon bertanya dalam hati.
Pengurus rumah tangga menyerahkan selembar kertas putih dengan air mata berlinangan, kertas itu berisikan wasiat ayahnya: “Ide buruk yang sekilas melintasi pikiran menghasilkan akhiran yang dikhianati dan dikucilkan. Jangan menyalahkan dirimu, semua ini merupakan apa yang harus ditanggung ayah atas kelakuan sendiri.”
Pada akhir musim gugur, tumpukan kabut abu-abu gelap menutupi bumi, pohon-pohon tak berujung di tanah kuburan tampak botak, pohon tua berdiri suram, membiarkan lumut cokelat menutupi keriputnya.
Pemakaman diadakan dengan sepi. Selain Keluarga Stenheim, tidak ada orang luar yang datang. Mereka mengenakan pakaian serba hitam dan menundukkan kepala mereka untuk berduka. Embusan angin bertiup kemari dan merasuk hingga ke sumsum tulang. Musim dingin ini sepertinya datang sedikit lebih awal.
Kelly berdiri di ujung kerumunan, pandangan fokus menatap Leheon yang berdiri di baris terdepan, terdapat kesedihan yang tak terkatakan di dalam hatinya.
Setelah pemakaman selesai, melihat ekspresi istrinya tampak tegang, Dion menoleh kembali ke pria yang masih berdiri di depan kuburan ayahnya, berkata dengan serius: “Pergilah untuk menghiburnya.”
“Bolehkah?”
“Tentu saja boleh, aku pulang dulu, aku akan menyuruh supir untuk datang menjemputmu nanti.”
Setelah Dion selesai berbicara, dia pun meninggalkan kuburan. Gerimis ringan mulai bertitik-titikan dari langit, Kelly berjalan selangkah demi selangkah menuju sosok yang diliputi kesedihan dan kesepian.
Ada banyak hal yang ingin dikatakan, tetapi sangat sedikit yang bisa diucapkan dari mulut. Pada saat ini, apa pun yang diucapkan akan tampak lemah dan lesu, jadi lebih baik tidak berbicara.
Merasakan kesedihan Leheon dalam kediaman, menghiburnya dengan kata-kata yang tak bersuara adalah satu-satunya hal yang bisa diberikan Kelly untuknya.
“Bolehkah aku meminjam pundakmu?” Leheon berkata dengan suara serak: “Cukup satu menit.”
Kelly terbengong sejenak, mengangguk: “Boleh.”
Leheon perlahan membalikkan badan, lalu menyandarkan kepalanya di bahu Kelly. Emosi kompleks yang menumpuk di hatinya pecah dalam sekejap, dia menangis seperti anak kecil, menangis lepas. Mata Kelly memerah seiring dengan suasana hati Leheon yang sedih. Kelly menepuk punggung Leheon, tersedak isak tangis: “Walau kamu sedih dan kecewa, jangan pernah kehilangan kepercayaan pada kehidupan. Semua orang pernah melalui masa yang sulit, semuanya belajar untuk tumbuh dalam penderitaan. Sampai kita berambut putih, kita pun tidak akan terluka lagi. Itu juga menandakan bahwa kita akhirnya tumbuh dewasa.”
Leheon menangis untuk waktu yang lama, jauh lebih dari satu menit. Ada orang yang suka menghabiskan air mata seumur hidup mereka dalam waktu sehari.
Saat berpisah, keduanya menuju ke arah yang berlawanan. Kelly menatap Leheon yang membiarkannya pergi lebih dulu dari kaca spion, air mata yang sudah lama berkumpul di mata akhirnya jatuh. Sebenarnya dia ingin mengatakan kepada Leheon bahwa dia merasa iba untuknya, iba yang tidak berkaitan dengan cinta, iba karena Leheon tidak bisa tumbuh besar bersama orang tua, iba karena Leheon menjadi anak yatim seperti Dion, iba karena Leheon mencintai dua wanita selama sepuluh tahun, tetapi tidak satu pun wanita itu yang bisa membalas cintanya, iba karena Leheon membawa ayahnya ke neraka demi apa yang diyakininya… ...
Setelah hari ini, Leheon menghilang, tidak seorang pun yang tahu keberadaannya, tapi pasti akan ada tempat di dunia ini di mana dia bisa memulai kembali semuanya.
Setelah hujan dan badai berlalu, tiba saatnya menepati janji-janji. Dion dan Kelly memutuskan untuk pergi ke Shanghai untuk menjemput putri mereka. Namun, tidak ada yang menduga sebuah bom yang bersembunyi di tubuh Dion akan meledak di waktu ini.
Novel Terkait
Eternal Love
Regina WangHalf a Heart
Romansa UniverseTernyata Suamiku Seorang Sultan
Tito ArbaniHabis Cerai Nikah Lagi
GibranLove Is A War Zone
Qing QingKing Of Red Sea
Hideo TakashiCinta Di Balik Awan×
- Bab 1 Pria Yang Dikejar Pembunuh
- Bab 2 Kesucian Atau Keadilan
- Bab 3 Sepertinya Kenal
- Bab 4 Jarak Antar Mereka
- Bab 5 Memilih Selir
- Bab 6 Kabur Sejauh Mungkin
- Bab 7 Berani Menentang
- Bab 8 Peraturan Keluarga Kaya
- Bab 9 Pesta Topeng
- Bab 10 Takdir Buruk
- Bab 11 Pria Ini Tak Mudah
- Bab 12 Niat Satu Pihak
- Bab 13 Apa Kita Kenal Dekat
- Bab 14 Perlu Mengubah Image
- Bab 15 Gerakan Kecil Romantis
- Bab 16 Tak Ada Yang Bisa Didapat
- Bab 17 Pura-Pura Tidak Kenal
- Bab 18 Daya Tarik
- Bab 19 Senyuman Spesial
- Bab 20 Jangan Jadi Wanita Yang Orang Harapkan
- Bab 21 Pemikiran Yang Melampaui Batas
- Bab 22 Cinta Sampai Tak Berdaya
- Bab 23 Gosip Yang Membuat Gusar
- Bab 24 Salah Kirim Pesan
- Bab 25 Sumpah Mati Pengabdian
- Bab 26 Mudah Dicintai
- Bab 27 Lesung Bunga Mekar
- Bab 28 Fragnant Night
- Bab 29 Perasaan Mistis Membuat Perasaan Kacau
- Bab 30 Antara Laki-Laki dan Perempuan
- Bab 31 Rahasia yang Harus Dijaga Baik
- Bab 32 Hadiah Ulang Tahun
- Bab 33 Penyimpangan Perilaku
- Bab 34 Kemampuan Wanita Untuk Menjadi Pemenang
- Bab 35 Menjadi Yang Lain
- Bab 36 Pinggang Ramping Enak Di Peluk
- Bab 37 Orang Yang Berdansa Dengannya.
- Bab 38 Masalah Umum Pria
- Bab 39 Tidak Boleh Didekati
- Bab 40 Tidak Beda Dengan Binatang
- Bab 41 Hidup Dalam Kebahagiaan, Tidak Merasakan Bahagia
- Bab 42 Kita Jangan Kontak Lagi
- Bab 43 Ditakdirkan Hanya Sebagai Pengunjung
- Bab 44 Kebiasaan
- Bab 45 Dunia Kiamat
- Bab 46 Teman terbaik
- Bab 47 Ditakdirkan Bertemu Di Mana Saja
- Bab 48 Tatapan istimewa
- Bab 49 Tidak Ada Rahasia Yang Bisa Ditutupi Selamanya
- Bab 50 Kertas Tidak Bisa Menahan Api
- Bab 51 Memperlakukan Dengan Sopan
- Bab 52 Tak Bisa Dipisahkan Dan Dilupakan
- Bab 53 Jatuh Dalam Pelukan
- Bab 54 Napas Hangat
- Bab 55 Pria Tidak Berkomitmen
- Bab 56 Terluka
- Bab 57 Buka Bajunya
- Bab 58 Minta dia untuk melayani
- Bab 59 Menantang Batas Kesabaran
- Bab 60 Kamulah Protagonis
- Bab 61 Pilihan Terakhirnya
- Bab 62 : Jika Cinta Itu Bertahan Lama
- Bab 63: Sel-sel Yang Tidak Tenang
- Bab 64 Menggoda Hatinya
- Bab 65 Tanpa Sadar Perasaan Muncul
- Bab 66 Bertemu Di Jalan
- Bab 67 Apakah Kamu Menutupi Identitasku?
- Bab 68 Pernikahanku, Aku Yang Putuskan
- Bab 69 Tidak Jatuh Cinta
- Bab 70 Tidak Tega Melakukan Sesuatu Padamu
- Bab 71 Kekacauan Setelah Minum
- Bab 72 Tidak Menunggu Lama
- Bab 73 Kita Tidak Bisa
- Bab 74 Berjuang Meronta Akal Sehat
- Bab 75 Jatuh Ke Jurang
- Bab 76 Sementara Rahasia
- Bab 77 Cinta Yang Salah Seumur Hidup
- Bab 78 Ayam Goreng Kacang
- Bab 79 Rasa Buah Yang Segar
- Bab 80 Digosipkan Yang Tidak-Tidak
- Bab 81 Ketidaktahuan Juga Suatu Kebahagiaan
- Bab 82 Cinta Yang Unik
- Bab 83 Ciuman Berapi-Api
- Bab 84 Hati Akan Pergi Mengikuti Cinta
- Bab 85 Tinggallah Disisiku
- Bab 86 Sisi Gelap
- Bab 87 Tidak Masuk Kedalam hatinya
- Bab 88 Lempar Batu Sembunyi Tangan
- Bab 89 Makan Lalat
- Bab 90 Terbang Seperti Phoenix
- Bab 91 Pria Dia Pasti Kurebut
- Bab 92 Cari Pasangan Yang Cocok Untuknya
- Bab 93 Kamu Ganti Pacar Lagi?
- Bab 94 Tidak Pernah Menganggapmu Sebagai Orang Luar
- Bab 95 Pertengkaran yang Sengit
- Bab 96 Tunggu saja Hukumannya
- Bab 97 Lelucon Dingin
- Bab 98 Masuk Ketempat Yang Tidak Seharusnya
- Bab 99 Aturan Berbeda Karena Seseorang
- Bab 100 Panggilan Telepon Yang Tak Terduga
- Bab 101 Dia Bukan Mangsanya
- Bab 102 Tidak Bisa Dihentikan
- Bab 103 Sehari Tidak Bertemu Bagaikan Sembilan Bulan Tidak Bertemu
- Bab 104 Apa Yang Salah Dengan Sebuah Ciuman
- Bab 105 Kisah Coklat Dove
- Bab 106 Gengsi Membuatmu Menderita
- Bab 107 Penampilan Yang Kasar
- Bab 108 Godaan Selembar Cek
- Bab 109 Kita Putus Saja
- Bab 110 Mencintai Sesuatu Yang Berhubungan Dengan Dia
- Bab 111 Bersedia mempertaruhkan semuanya untukmu
- Bab 112 Sepuluh Ribu Macam Jalan
- Bab 113 Menggunakan Kebaikan Untuk Mendapatkan Cinta
- Bab 114 Darimana
- Bab 115 Berciuman Dengan Lembut
- Bab 116 Garis Pertahanan Hati
- Bab 117 Menginjak Ketulusan Orang Lain
- Bab 118 Hambatan Hati
- Bab 119 Wanita Seharusnya Lebih Bisa Bawa Diri
- Bab 120 Haid Sialan
- Bab 121 Percuma Sudah Memperingatkan
- Bab 122 Mencintaimu Butuh Berapa Banyak Keberanian
- Bab 123 Jadi Penjahat
- Bab 124 Kabar Baik Kabar Buruk
- Bab 125 Perubahan
- Bab 126 Tidak Berjuang
- Bab 127 Dion Brengsek
- Bab 128 Dandelion Ungu
- Bab 129 Benar-Benar Ingin Memintamu
- Bab 130 Bersikeras Tidak Kembali Ke Rumah
- Bab 131 Pernikahan
- Bab 132 Menghilang
- Bab 133 Gaun Pengantin Dengan Berlian
- Bab 134 Kamu Tidak Ada Harapan
- Bab 135 Gen Keluarga
- Bab 136 Hidup Di Mata Orang Lain
- Bab 137 Kotak Pandora
- Bab 138 Jangan Mengecewakanku
- Bab 139 Bertaruh Kebahagiaan Seumur Hidup
- Bab 140 Menunggu
- Bab 141 Pertama Kali (1)
- Bab 141 Pertama Kali (2)
- Bab 142 Senasib (1)
- Bab 142 Senasib (2)
- Bab 143 Kunjungan Khusus (1)
- Bab 143 Kunjungan Khusus (2)
- Bab 144 Mengapa (1)
- Bab 144 Mengapa (2)
- Bab 145 Bandara (1)
- Bab 145 Bandara (2)
- Bab 146 Taman Bunga Wisteria (1)
- Bab 146 Taman Bunga Wisteria (2)
- Bab 147 Dalam Masalah
- Bab 148 Malam Yang Indah (1)
- Bab 148 Malam Yang Indah (2)
- Bab 149 Lemah (1)
- Bab 149 Lemah (2)
- Bab 150 Makan Bersama Setelah Pulang Kerja
- Bab 151 Konferensi Pers
- Bab 152 Pembubaran Kontrak Pernikahan
- Bab 153 Kakak Kedua
- Bab 154 Mabuk Berat
- Bab 155 Menikah
- Bab 156 Jelek
- Bab 157 Bertemu Leheon
- Bab 158 Pelayan Meminta Maaf
- Bab 159 Sembuh
- Bab 160 Kelupaan
- Bab 161 Makan Pangsit
- Bab 162 Sesuatu yang terjadi datang secara bersamaan
- Bab 163 Selamat Ulang Tahun
- Bab 164 Kesal Sekali 1
- Bab 164 Kebahagiaan 2
- Bab 165 Perkumpulan
- Bab 166 Makan
- Bab 167 Terus Terang
- Bab 168 Gaun Pesta
- Bab 169 Harapan Kedepan
- Bab 170 Diculik
- Bab 171 Berani
- Bab 172 Terkejut
- Bab 173 Besok Datang Lagi
- Bab 174 Aku Mau Balas Dendam
- Bab 175 Khawatir
- Bab 176 Tunggu aku
- Bab 177 Chatting
- Bab 178 Liburan
- Bab 179 Menangis
- Bab 180 Bercanda
- Bab 181 Rumah Sakit
- Bab 182 Operasi
- Bab 183 Sakit Hati (1)
- Bab 183 Sakit Hati (2)
- Bab 184 Sadar (1)
- Bab 184 Sadar (2)
- Bab 185 Melihat Sunrise (1)
- Bab 185 Melihat Sunrise (2)
- Bab 186 Bermuka Tebal (1)
- Bab 186 Bermuka Tebal (2)
- Bab 187 Aku Menikahimu (1)
- Bab 187 Aku Menikahimu (2)
- Bab 188 Serigala Datang (1)
- Bab 188 Serigala Datang (2)
- Bab 189 Ganti Rugi (1)
- Bab 189 Ganti Rugi (2)
- Bab 190 Tanpa Sadar mengetahui Rahasia (1)
- Bab 190 Tanpa sadar mengetahui Rahasia (2)
- Bab 191 Omong Kosong (1)
- Bab 191 Omong Kosong (2)
- Bab 192 Sedih (1)
- Bab 192 Sedih (2)
- Bab 193 Menumpang (1)
- Bab 193 Menumpang
- Bab 194 Tak Menyerah
- Bab 195 Dandelion Bertunas (1)
- Bab 195 Dandelion Bertunas (2)
- Bab 196 Membeli baju
- Bab 197 Punya Anak
- Bab 198 Dandelion Sepenuhnya Hancur
- Bab 199 Maaf (1)
- Bab 199 Maaf (2)
- Bab 200 Bercerita Lucu (1)
- Bab 200 Bercerita Lucu (2)
- Bab 201 Aku Tidak Merayu Kakak Iparmu (1)
- Bab 216 Aku Tidak Merayu Kakak Iparmu
- Bab 202 Pria Brengsek
- Bab 203 Diikuti Hantu
- Bab 204 Cara Terbaik Melarikan Diri.
- Bab 205 Perjamuan (1)
- Bab 205 Perjamuan (2)
- Bab 206 Dia Akan Menikah
- Bab 207 Jalang
- Bab 208 Gaun Pengantin
- Bab 209 Belum Tidur ? (1)
- Bab 209 Belum Tidur ? (2)
- Bab 210 Cinta dan Takdir (1)
- Bab 210 Cinta dan Takdir (2)
- Bab 211 Jangan Menangis (1)
- Bab 211 Jangan Menangis (2)
- Bab 212 Pembohong (1)
- Bab 212 Pembohong (2)
- Bab 213 Siapa Yang Menyerah Terhadap Cinta (1)
- Bab 213 Siapa Yang Menyerah Terhadap Cinta (2)
- Bab 214 Aku Tidak Akan Membiarkanmu Kalah !
- Bab 215 Berbahaya
- Bab 216 Aku Berpikir Untukmu
- Bab 217 Nonton Film
- Bab 218 Tan
- Bab 219 Menyebalkan
- Bab 220 Pergi
- Bab 221 Apa Aku Boleh Cium Kamu (1)
- Bab 221 Apa Aku Boleh Cium Kamu (2)
- Bab 222 Istri Selingkuh Duluan
- Bab 223 Apa Kamu Mau Meninggalkan Dion
- Bab 224 Resah
- Bab 225 Menolak
- Bab 226 Malam Yang Sepi
- Bab 227 Tidak Ada Keberanian
- Bab 228 Antara Janji Dan Tanggung Jawab
- Bab 229 Cincin Nikah
- Bab 230 Cepat Pakai Baju
- Bab 231 Apa Cinta Itu Penting
- Bab 232 Karaoke
- Bab 233 Cinta Terakhir yang Berisi Air Mata
- Bab 234 Pembunuh (1)
- Bab 234 Pembunuh (2)
- Bab 235 Semalaman Tidak Pulang
- Bab 236 Selamat Jalan
- Bab 237 Berdoa
- Bab 238 Melihat Pernikahannya Dengan Mata Kepala Sendiri
- Bab 239 Aula Pernikahan
- Bab 240 Mimpi Yang Rusak
- Bab 241 Pembohong
- Bab 242 Terjadi Sesuatu
- Bab 243 Seumur Hidup
- Bab 244 Aku Tidak Meninggalkanmu
- Bab 245 Tetap Bersamaku
- Bab 246 Perpisahan
- Bab 247 Tan?
- Bab 248 Maafkan
- Bab 249 Bicarakan Soal Syarat
- Bab 250 Bertemu Lagi
- Bab 251 Permainan Kata-Kata Tulus
- Bab 252 Domino Idiom
- Bab 253 Kata-Kata Tulus
- Bab 254 Pameran Bursa Kerja
- Bab 255 Tidak Suka
- Bab 256 Wawancara
- Bab 257 Penghalang Cinta
- Bab 258 Lamaran
- Bab 259 Air Mata Dari Wanita
- Bab 260 Lembur
- Bab 261 Tamparan
- Bab 262 Memalukan
- Bab 263 Mau Tidak Coba Seberapa Keras
- Bab 264 Jangan Dikasih Hati Minta Jantung Ya
- Bab 265 Apa Ini Kejutan
- Bab 266 Bersekongkol
- Bab 267 Malam Natal
- Bab 268 Tan Hilang
- Bab 269 Tidak Tenang
- Bab 270 Tempat Judi
- Bab 271 Ambilah Hatiku
- Bab 272 Penundaan Pernikahan
- Bab 273 Kehidupan Sederhana
- Bab 274 Minum Anggur
- Bab 275 Marah
- Bab 276 Yang Paling Kejam Bukanlah Kegagalan
- Bab 277 Bunuh Diri
- Bab 278 Kematian Tan
- Bab 279 Kecelakaan Yang Tak Terduga
- Bab 280 Bertengkar
- Bab 281 Tidak Ada Akhir Ke Tiga
- Bab 282 Moodnya Sudah Bagus
- Bab 283 Fitting Gaun Pernikahan
- Bab 284 Berlama-Lama Sampai Mati
- Bab 285: Sindiran
- Bab 286 Kejadian di Hotel
- Bab 287 Berapa Lama?
- Bab 288 Mencium Kelly
- Bab 289 Aku Mencintaimu
- Bab 290 Lawan Kata Dari Aku Mencintaimu
- Bab 291 Menceritakan Kisah
- Bab 292 Aku Mencintaimu
- Bab 293 Jangan Katakan!
- Bab 294 Menggambar Lingkaran
- Bab 295 Rahasia
- Bab 296 Jangan Lepaskan Aku
- Bab 297 Mandi dan Tidurlah
- Bab 298 Kemarahan
- Bab 299 Lika-Liku Perjalanan
- Bab 300 Minum Alkohol
- Bab 301 Jebakan
- Bab 302 Kebenaran Selalu Pahit
- Bab 303 Cinta Yang Telah Mati
- Bab 304 Aku Membutuhkanmu!
- Bab 305 Mengambil Nyawanya!
- Bab 306 Apa Yang Sedang Kamu Lakukan?
- Bab 307 Mabuk
- Bab 308 Cinta Hingga Akhir
- Bab 309 Tidak Mengerti Arti Cinta
- Bab 310 Foto
- Bab 311 Perasaan Bersalah
- Bab 312 Sungguh Menderita
- Bab 313 Hamil
- Bab 314 Hidup Untuk Cinta
- Bab 315 Setia Pada Teman
- Bab 316 Hidup Dengan Baik
- Bab 317 Menggugurkan Anak
- Bab 318 Aku Tidak Mau Menggugurkan Anak
- Bab 319 Telah Pergi
- Bab 320 Identitas Asli Leheon Mozard
- Bab 321 Lupakan Saja
- Bab 322 Ada Pendukung
- Bab 323 Siapa Kamu Sebenarnya?
- Bab 324 Bersalah
- Bab 325 Hamil Diluar Nikah
- Bab 326 Mau Lahir (1)
- Bab 326 Mau Lahir (2)
- Bab 327 Aku Bersedia
- Bab 328 Keji
- Bab 329 : Langsung Berlari
- Bab 330 : Mencari Saudara
- Bab 331 : Loyalitas Bodoh !
- Bab 332 : Terlalu Kesepian
- Bab 333 : Perjanjian Lima Tahun
- Bab 334 : Pintar Sekali
- Bab 335 : Pulang
- Bab 336 Bertemu Samuel
- Bab 337 Ayahnya Adalah Dion ...
- Bab 338 Mengulangi Kesalahan
- Bab 339 Lima Tahun Yang Lalu
- Bab 340 Reuni Yang Tak Terduga
- Bab 341 Menangis
- Bab 342 Sakit Karena Cinta Yang Tidak Bisa Didapatkan
- Bab 343 Kedua Kali Bertemu
- Bab 344 Dia Tidak Ada Seharipun Yang Tidak Sakit
- Bab 345 Menginap Pada Malam Ini
- Bab 346 Mencium Sampai Berdarah
- Bab 347 Orang jahat
- Bab 348 Ayah dari Anak Itu
- Bab 349 Marah
- Bab 350 Jangan Bicara Dengan Paman
- Bab 351 Masih Belum Mati
- Bab 352 Tergila-Gila Padanya
- Bab 353 Merasa Bersalah
- Bab 354 Alergi
- Bab 355 Maaf
- Bab 356 Kalau Aku Perlu Kamu, Aku Harus Bagaimana?
- Bab 357 Kencan Buta
- Bab 358 Selamatkan Ibuku
- Bab 359 Kembali Ke Sisiku
- Bab 360 Harmonis
- Bab 361 Mengoles Obat
- Bab 362 Tidak Sempat Berpamitan
- Bab 363 Terakhir Kalinya
- Bab 364 Kamu Selalu Begitu Jahat.
- Bab 365 Hubungan Persaudaraan Yang Berharga
- Bab 366 Pengenalan Ayah Dan Anak
- Bab 367 Kenapa Bisa Namanya ?
- Bab 368 Mencari Wanwan
- Bab 369 Perbedaan Yang Drastis
- Bab 370 Menyalahkan
- Bab 371 Menangislah
- Bab 372 Bukan Tidak Cinta Melainkan Sangat Cinta
- Bab 373 Datanglah ke Kamarku
- Bab 374 Nenek Sudah Meninggal
- Bab 375 Kamu Tidur Saja
- Bab 376 Berjanji
- Bab 377 Bersedia Mati Di Sisimu
- Bab 378 Siapa Pelakunya?
- Bab 379 Keguguran
- Bab 380 Benarkah Itu Kamu?
- Bab 381 Apakah Tidak Senang Bertemu Denganku?
- Bab 382 Malam Pernikahan Yang Tragis
- Bab 383 Jesan Bishen
- Bab 384 Suami Istri Tua
- Bab 385 Pernikahan Akhirnya Berlangsung Sesuai Jadwal
- Bab 386: Malam Pertama
- Bab 387: Terima Kasih
- Bab 388: Mayat
- Bab 389: Kita Hadapi Bersama
- Bab 390: Kantor Polisi
- Bab 391 Investigasi
- Bab 392 Jesan Bunuh Diri
- Bab 393 Merebut Posisi
- Bab 394 Meninggal
- Bab 395 Curiga
- Bab 396 Kasusnya Sudah Ditutup
- Bab 397 Rubah Menunjukkan Ekornya
- Bab 398 Meninggalkan Zurich
- Bab 399 Hilang
- Bab 400 Masih Hidup?
- Bab 401 Runtuh
- Bab 402 Kebenaran Mengejutkan 20 Tahun Yang Lalu
- Bab 403 Membuat Orang Sangat Lelah
- Bab 404 Kebenaran
- Bab 405 Berhati Lembut Seperti Wanita
- Bab 406 Tidak Bisa Menahan
- Bab 407 Pengirim Surat Yang Misterius
- Bab 408 Siapa Kamu?
- Bab 409: Berdarah Dingin
- Bab 410 Rencana
- Bab 411 Pria Nenek
- Bab 412 Bertindak Gegabah
- Bab 413 Berpura-Pura?
- Bab 414 Menangis
- Bab 415 Ketidakadilan
- Bab 416 Amnesia
- Bab 417: Tidak Berani Menganggap Enteng
- Bab 418 Mencelakai Kamu
- Bab 419 Mencelakai
- Bab 420 Berkelahi Terus Terang
- Bab 421 Tidak Menyangka
- Bab 422 Terlalu Kelewatan
- Bab 423 Rindu
- Bab 424 Terjebak Bahaya
- Bab 425 Kehangatan
- Bab 426 Emosi Apa yang Menyelubunginya
- Bab 427 Bandit yang Bengis
- Bab 428 Jadi Hantu Pun Tidak Akan Membebaskanmu
- Bab 429 Segera Meninggal
- Bab 430 Kebencian di Dalam Hati
- Bab 431 Menyaksikan Pertunjukkan Asyik
- Bab 432 Mengatur Jadwal Operasi
- Bab 433 Terpisah Di Dua Alam Berbeda
- Bab 434 Jangan Khawatir
- Bab 435 Satu Tahun Kemudian (Tamat)
- Bab 436 Bab Tambahan: Cinta Antara Dion Dan Kelly (1)
- Bab 436: Bab Tambahan: Cinta Antara Dion Dan Kelly (2)
- Bab 436: Bab Tambahan: Cinta Antara Dion Dan Kelly (3)
- Bab 437: Bab Tambahan: Bulan Madu Yang Manis (1)
- Bab 437: Bab Tambahan: Bulan Madu Yang Manis (2)
- Bab 438 Kota Asing: Jika Cinta Adalah Kehendak Tuhan
- Bab 439: Negara Asing: Rencana Gila