Cinta Di Balik Awan - Bab 183 Sakit Hati (1)

Subuh, menelepon Giselle, minta ia bantu ijin absen, Kelly mengikuti Dion pergi ke rumah sakit.

Maxim sudah duluan sampai, ia berdiri di pintu ruang pasien, berjalan mondar mandir.

Mereka bertiga bertemu, Dion bertanya dengan suara berat: "apa ia sudah bangun?"

"Sepertinya belum. "

"Masuk saja. "

Duluan membuka pintu kamar, Kelly ikut masuk dengannya, di dalam ruangan itu wangi disinfektannya menyengat, ruangannya semua putih, putih sampai agak mencolok.

Di atas ranjang pasien, kedua mata Jesan tertutup erat, mukanya seputih kertas, sama sekali tak ada warna kehidupan.

Hati Kelly, mau tak mau seperti tersengat, merasa perih.

Dion berjalan kemudian duduk di sisi ranjang, kedua bola matanya yang mendalam itu menatap Jesan kuat-kuat, tampangnya seperti terpikir sesuatu.

Menunggu sekitar setengah jam, Jesan akhirnya sadar, ia membuka mata, melihat ke sekeliling, akhirnya pandangannya terpaku pada pria di sampingnya: "Dion, ini rumah sakit ya? "

"Benar. "

Ia mulai mengingat kembali, mengingat memorinya sebelum koma……

"Bagaimana dengan Bibi Melvi? "

Tiba-tiba teringat ada sebuah mobil mau menabrak ke arah mereka, di keadaan panik, ia mendorong Dion, dirinya sendiri malah hilang kesadaran.

"Kabur."

"Kabur kemana? "

"Sekarang masih belum tahu. "

Jesan tertawa pahit: "tak apa, jangan kehilangan semangat, selama ia hidup, akan ada suatu hari ia bisa ditemukan. "

Kelly memalingkan wajahnya, hatinya agak sulit menerima, Jesan takutnya masih belum tahu kalau sepasang kakinya sudah tidak ada, ia tanpa disangka masih menghibur Dion……

"Omong-omong, kamu tidak terluka kan? "

Dion menggelengkan kepala, dengan dukacita berkata:" aku tidak terluka."

Ia berpegangan ingin duduk, malah diam terkejut karena rasa robek sakit di bagian bawah tubuhnya.

"Aku kenapa? Kakiku kenapa bisa sesakit ini? "

Tiba-tiba ada suatu prasangka yang buruk, melihat ekspresi Kelly dan Maxim, Jesan membuka selimutnya dengan tiba-tiba, seketika matanya terbelalak ketakutan, ia sepenuhnya membatu.

Waktu serasa berhenti, bahkan suara nafas saja tak terdengar, ekspresi Maxim dan Dion yang satu intens, yang satu berdukacita, hanya Kelly, wajahnya sama seperti Jesan, tidak ada warna darahnya.

"Ah——— "

Teriakannya seperti hatinya ikut sobek, sepasang tangan Jesan mencari kakinya seperti menggila: "mana kakiku? Kakiku? Kemana kakiku?!!! "

"Jesan. "

Dion mendekat menggenggam lengannya: "maaf, kakimu......sudah tak ada."

"Tak mungkin! Tak mungkin!!! Kamu bohong! Mana mungkin!! Dimana kamu sembunyikan kakiku? Cepat kembalikan padaku, kembalikan!!! "

Jesan menangis dan berteriak histeris, ia sudah sepenuhnya hancur, emosinya terpicu bahkan Dion tak bisa mengontrolnya.

"Jesan jangan begini, dengarkan aku, Jesan!! "

"Aku tidak dengar, tidak mau dengar, kalian semua bekerja sama menipuku, aku mau dokter, aku mau dokter, dokter!! Mana dokter!!! "

"Nona Jesan, tolong tenang sedikit, kalau begini lukanya akan robek lagi…… "

Maxim mendekat membantu Dion menenangkan, malah sama sekali tak bisa menenangkan seorang yang mentalnya menerima rangsangan yang kuat, Kelly tak berani mendekat, di situasi seperti ini, ia bicara satu kalimat, untuk Jesan, adalah luka yang lebih parah.

"Cari dokter."

Saat Dion tak berdaya, ia memberi kode pada Maxim untuk memanggil dokter.

Dokter dengan cepat datang, beberapa orang menahan Jesan, memaksanya disuntikkan penenang, akhirnya ia tertidur lelap.

“Kelihatannya pasien agak sulit kalau mau menerima fakta dalam waktu singkat.” Dokter menggelengkan kepala tak berdaya.

Dion mengernyitkan alisnya, setelah ia menatap Jesan yang terbaring di atas ranjang, berbalik badan kemudian diam-diam berjalan keluar

Kelly ingin mengikuti, malah ditahan Maxim: "biarkan ia tenang dulu sendirian."

Kelly terdiam, perlahan mengangguk: “baik.”

Berputar dan berjalam ke arah jendela, pandangannya berpindah ke luar jendela, ia tak berani melihat ranjang di belakangnya, lebih tidak berani lihat orang yang tidur di atas ranjangnya.

Daripada bilang tidak berani, lebih cocok bilang tidak tega, meskipun Jesan itu rival cintanya Kelly, tapi ia tak berharap Jesan menjadi seperti ini, rasa kemanusiaan yang baik, membuatnya jelas, saat seseorang kehilangan kemampuan untuk pergi dengan bebas, berarti hidupnya, sudah hampir mendekati akhir.

Novel Terkait

Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu