Cinta Di Balik Awan - Bab 348 Ayah dari Anak Itu

Ayah dari anak itu….

Ketika kata-kata itu terlintas di benaknya, dia menatap Wanwan lagi. Semakin melihatnya semakin merasa bahwa anak itu terlihat seperti dirinya. Dion jatuh ke dalam kebingungan sejenak, orang di belakangnya mengingatkannya tiga kali dan kemudian dia baru tersadar.

Wanwan melihat makanan yang dibawanya dan berseru kaget: “Wow, paman hebat! Aku tidak memberi tahu apa yang ingin kumakan, tetapi apa yang paman beli adalah apa yang aku sukai.”

Dion tersenyum, menggosok dahi Wanwan: “Cepat makan.”

Ketika Wanwan sedang makan, dia merasa ada yang salah, dia mengangkat kepalanya dan bertanya: ”Kenapa paman terus-menerus menatapku?”

“Oh, aku merasa kamu sangat imut.”

Ini adalah sesuatu yang diketahui semua orang.

Dion tersenyum: “Ibumu luar biasa, telah melahirkan seorang anak perempuan yang begitu pandai bicara dan pintar.”

“Itu diwariskan dari ayahku.”

“Bagaimana kamu bisa tahu?”

Wanwan menundukkan kepalanya dengan sedih dan berkata dengan lembut: “Karena ibuku selalu berkata: ‘Oh, kamu seperti ayahmu, sangat pintar, sangat baik, ibu sangat mencintaimu.’”

Ekspresi Dion tiba-tiba menegang. Dia menatap anak di seberangnya, dan tiba-tiba dia tidak bisa berbicara apa-apa.

“Tapi itu hanya ketika ibu merasa sangat senang baru membicarakannya. Biasanya ibu jarang membicarakan ayah. Dia akan sedih ketika membicarakan ayah dan aku juga akan sedih….”

Dion menarik napas dalam-dalam, memutar kepalanya ke satu sisi, dan matanya berkaca-kaca.

“Paman sudah menanyakan banyak pertanyaan padaku, apa aku boleh bertanya 1 hal pada paman?”

“Iya, boleh.”

Dion melihat anak itu lagi, tatapannya menjadi lebih lembut.

“Kenapa paman mengganggu ibuku?”

“Aku tidak mengganggu ibumu.”

“Kalau begitu kenapa ibu menangis setiap melihat paman?”

Dion tidak dapat berkata-kata lagi, tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan ini, tidak bisa mengatakan yang sebenarnya atau berbohong. Melihatnya kesulitan menjawab, Wanwan menghela nafas dengan sedih dan mengeluarkan album foto dari tas sekolahnya: “Aku akan memberikan semua lukisanku. Bisakah paman berjanji padaku untuk tidak mengganggu ibuku lagi?”

Melihat Dion masih tidak menjawab, dia panik: “Kalau tidak, paman bisa menggangguku saja?”

“Baiklah….”

Dion tersenyum dan setuju, senyumnya sangat pahit.

Melihat waktu semakin larut, dia meminta Wanwan untuk membawa pulang makanan yang belum selesai dia makan, karena tanpa informasi kontak Kelly, dia tidak bisa memberi tahu bahwa anaknya ada bersamanya.

Kembali ke sungai Xing, dia membunyikan bel untuk beberapa saat tetapi tidak ada yang menjawab. Dion berkata: “Sepertinya ibumu masih mencarimu di luar.”

“Lalu bagaimana?”

“Aku meninggalkan pesan untuk ibumu?”

Dion mengambil kertas dan pena dari tas sekolah Wanwan, dan menuliskan kalimat: “Anakmu ada di rumahku, kamar 903.”

Setelah selesai, Dion menggulung kertas dan meletakkannya di atas gagang pintu. Lalu menundukkan kepala dan berkata: "Sekarang pergi ke rumah paman dulu saja."

“Baik.”

Wanwan mengikuti Dion ke lantai sembilan dan memasuki kamarnya. Dia melihat sekeliling dan bertanya, "Apakah paman juga menyewa rumah?"

“Paman membelinya, kenapa?”

“Paman pasti punya banyak uang ya?”

“Tidak perlu banyak uang, bukankah kamu juga tinggal di sini?”

“Tapi rumahku hanya menyewa.”

Dion sedikit mengernyit dan sedikit mendesah: "Pasti kamu dan ibumu sangat menderita ‘kan?"

“Aku tidak mengalami kesulitan apa pun. Ibuku lebih menderita. Katanya dia ingin membuatku sebahagia anak-anak lain, jadi dia bekerja keras untuk memberikanku yang terbaik.”

“Apa kamu kenal Leheon?”

“Kenal, bagaimana mungkin aku tidak kenal paman Leheon.”

“Apa dia tidak pernah membantu kalian?”

“Pernah, dia orang yang paling baik kepada kami, tapi sepertinya ibu tidak begitu menyukainya….”

Wanwan berbicara dan berbicara lalu kelopak matanya semakin berat, Dion melihatnya mengantuk, membaringkannya di sofa dan menepuk-nepuk punggungnya dengan lembut.

“Paman seperti ayah….”

Dion terkejut dan bertanya: “Kenapa?”

“Karena dalam mimpiku, berkali-kali ayah membujukku untuk tidur seperti ini….”

Sekali lagi, hatinya seperti terpukul dengan keras.

Novel Terkait

Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu