Cinta Di Balik Awan - Bab 264 Jangan Dikasih Hati Minta Jantung Ya

Tentu saja Dion lambang itu, ia memeluk Kelly dengan semangat, berputar beberapa lingkaran besar di kamar tidur.

"Kalau begitu masalah menikah? Masalah menikah setuju tidak?"

"Dion terus menekan setelah menang, Kelly tersenyum dengan kesal: jangan tidak tahu diri ya, jangan dikasih hati minta jantung ya."

"Selesaikan semuanya sekaligus, ayolah, katakan!"

Menatap ekspektasi di bola mata Dion, Kelly meraba-raba mulutnya, akhirnya dibawah ekspektasi Dion ia mengangguk.

"Syukurlah, kamu akhirnya setuju! Syukurlah……"

Dion seketika senang seperti anak kecil saja, ia memeluk Kelly, berputar-putar tak terhitung berapa jumlahnya, sampai ia lelah maksimal, keduanya jatuh di ranjang.

Saling bertatapan dengan penuh perasaan yang mendalam, Dion mengusap wajah Kelly dengan lembut, berkata: "aku bukan orang yang sempurna, tapi aku pasti akan memberimu sebuah pernikahan yang sempurna."

"Aku tidak perlu kamu sesempurna apa aku hanya perlu kamu mampu membuatku merasakan, aku hanyalah satu-satunya."

Kelly mengangkat tangannya: "ayo kita buat kesepakatan, mulai hari ini, apapun yang terjadi, kita tidak akan menyerah soal satu sama lain lagi!"

"Baik." Dion juga mengangkat tangannya.

PLEK suaranya, kedua telapak tangan mereka berdua bersatu.

"Tahu apa sebutannya ini?"

"Kesepakatan."

"Salah, ini namanya sumpah jabat tangan."

"Sumpah?"

"Ya."

"Bagaimana jadinya kalau melanggar sumpah?"

"Akan mati dengan tragis."

Dion langsung menarik lengan Kelly ke bawah ketiaknya, berkata dengan yakin: "kalau begitu aku nanti pasti tidak bisa menyerah soal kamu, karena aku masih belum boleh mati, aku takut setelah aku mati, tidak ada orang yang lebih mencintaimu lebih dariku."

"Kenapa kata-katamu seperti naskah yang familiar? Shen Jiagu pernah berkata: kalau mau menambahkan batas waktu di cinta ini, apa kamu berharap 10ribu tahun?"

Tidak menunggu jawaban Dion, Kelly bangkit berdiri dengan senyum kesal.

Masuk ke kamar mandi mandi air panas, baru akhirnya merasakan kalau Kelly sepenuhnya hidup, sambil bersenandung sambil mengenakan baju tidur, siapa sangka pintu kamar mandi seketika dibuka, seseorang menerobos masuk telanjang bulat.

"Heh!" Tiba-tiba wajah Kelly memerah, menarik handuk mau menutupi, Dion malah eskpresinya lebih tenang, membawa Kelly sekaligus sama handuk yang membungkusnya, langsung berjalan ke arah ranjang, sambil berjalan juga sambil meremas suatu tempat yang berwarna putih bergairah dengan tepat dari tempat yang Kelly tutupi dengan handuk.

Saat itu wajah Kelly sepenuhnya memerah, mau melempar tangan Dion yang melakukan aneh-aneh itu, siapa samgka seseorang genit itu secara natural, dengan nada bicara yang khususnya sangat serius, "tadi kamu kakinya kebas aku memeluk membawamu kembali ke kamar tidur saja tidak minta uang jalan sama kamu, sekarang ambil uang tip sedikit gimana?"

Kelly marah sampai menggertakkan gigi, mengangkat kepalanya menggigit dada Dion yang telanjang itu.

"Sssh……"setelah mengigit baru menyadari kalau giginya sudah hampir copot, Kelly kesakitan sampai termangu, mulutnya merengek memaki Dion, Dion malahan tersenyum, saat memeluk Kelly membawanya masuk berduaan tidur di dalam selimut baru mengulurkan tangan dan meremas pipinya.

"Lebih keras dari batu." Raut wajah Kelly pucat mengerikan saat mengomel.

"Seluruh tubuhku di atas dan dibawah yang lebih keras dari batu bukan cuma di 1 tempat." Dion menyambung dengan hangat.

Kelly masih kacau mencium wangi menyegarkan dari tubuh Dion, 5 menit kemudian baru paham, buru-buru lompat mau mencubit leher Dion.

Penyatuan tubuh dan pikiran malam ini, mendekatkan jarak diantara mereka berdua, Kelly merasakan mentalitas Dion yang mau berjuang melawan takdir dari mata Dion, jadi baru sekali lagi membukakan Dion pintu hatinya, mau berjuang bersama Dion, dan menaklukkan takdir yang tidak berperasaan.

Berita mereka mau menikah tidak berani diberitahu ke Giselle, takut memicunya, tapi, Giselle malah tetap tahu.

Sore di awal musim dingin, mereka berdua duduk di pinggir lapangan olahraga Universitas Zurich, melihat lapangan kampus yang familar itu, dalam hati merasakan banyak jenis perasaan.

"Dengar-dengar kamu sudah mau menikah?"

Giselle bertanya dengan sangat santai.

"Bagaimana kamu bisa tahu?"

"Jangan lupa, aku tuh karyawan perusahaan Stenheim, hal sebesar bos mau menikah, mau tidak tahu juga sulit."

"Sebenarnya beberapa hari yang lalu aku sudah ingin memberitahu kamu, hanya saja takut kamu……"

Giselle tersenyum: "tidak apa, aku tahu kamu takut aku sedih, tapi, sungguh tidak apa-apa, semuanya sudah berlalu."

"Kamu sudah tidak apa-apa?"

"Apa kamu melihat aku seperti kenapa-napa?"

"Kamu berpura-pura seperti tidak kenapa-napa."

"Aku tidak berpura-pura."

Kelly merangkul pundak Giselle dengan kasih sayang: "tidak peduli berpura-pura atau tidak, jangan patah semangat, asalkan Maxim tidak menikah, kalian itu punya harapan."

"Meskipun dia tidak menikah, diantara kami juga sudah tidak mungkin lagi."

"Kenapa?"

"Aku mau kembali ke negaraku."

"Kembali ke negaramu?" Kelly mendorong Giselle saking terkejut: "kamu gila ya, susah payah mendapatkan pekerjaan yang lumayan, untuk apa mau menyerah demi seorang pria?"

"Bukan menyerah demi dia, merasa di sini tidak cocok untukku."

Kalau begitu pada awalnya kenapa kamu mau tidak mempedulikan segalanya dan tinggal di sini?

"Awalnya demi cinta, tapi sekarang, sudah tidak ada apapun lagi yang punya kekuatan membuatku tinggal di sini."

"Dion bilang dia tidak akan membiarkan Maxim dan Romanov menikah, kamu bertahan sedikit laga ya?"

Giselle menggelengkan kepala: "aku tidak mau cinta yang orang lain bantu aku dapatkan."

Melihat sorot mata teman baiknya yang sedih, Kelly menghela nafasnya sedikit, tidak menghibur lagi, mungkin saja pergi juga bagus, karena Maxim saja tidak ada kesadaran seperti itu, apa gunanya Giselle sadar? Lagipula, cinta itu bukan masalah 1 orang saja.

"Baiklah, asalkan pilihan itu kamu buat, aku akan selalu mendukung kamu."

Giselle memeluk Kelly: "terima kasih."

"Apa sudah memutuskan kapan mau pergi?"

"Tentu saja harus menunggu pernikahanmu kelar lah, apa sudah pilih pengapit wanita? Kalau belum biarkan aku jadi pengapit lah ya?"

Kelly agak kesulitan, berkata dengan lembut: "belum pilih pengapit wanita, tapi pengapit prianya mungkin Maxim."

Hening sejenak, Kelly bicara sambil tersenyum: "tidak apalah, karena tidak bisa jadi pengantin, jadi pengapit wanita juga lumayan."

"Asalkan kamu merasa tidak masalah aku juga tidak masalah."

Seringkali, bahagia itu perlu sebab, semakin orang lain tidak beruntung semakin kamu terlihat bahagia, dan sebaliknya.

Novel Terkait

Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu