Cinta Di Balik Awan - Bab 436: Bab Tambahan: Cinta Antara Dion Dan Kelly (3)

Dion mendadak membelalakkan mata, "Apakah sangat panas?" Bergegas cicipi sedikit, tampaknya sadar memang terlalu panas, merasa bersalah berkata padaku: "Maaf, maaf, pertama kali bikin susu masih belum berpengalaman, aku pergi buat ulang lagi......"

Sebelum aku memarahi dia, pergi dengan cepat tanpa meninggalkan jejak.

Kedua kali lebih cepat kembali, hanya saja ketika aku menerima susu, hampir saja muntah darah karena kesal, "Sebenarnya kamu ayah kandung dari anak apa bukan? Susu ini kamu tambahkan berapa banyak air dingin? Apakah kamu ingin anak sakit perut?"

Dion merasa kesal, bergumam: "Ayah kandung atau bukan, seharusnya kamu paling jelas, kenapa bertanya padaku."

"Masih berani membantah?"

Aku langsung menendangnya, dia kesakitan mengambil kembali botol susu yang ada di tanganku: "Sekarang juga aku pergi buat lagi."

"Jika kali ini masih tidak sesuai kamu pasti akan habis! Kepala babi!”

Dion mendengarnya langsung membalikkan kepala, mengulurkan dua jari: “Sepuluh kali.”

Aku mengambil sebuah bantal lempar ke arahnya: “Kepala babi! Sebelas kali, ingat baik-baik!”

Ketika dia muncul di hadapanku untuk ke tiga kalinya sambil membawa botol susu, ekspresi di wajah seperti membeku, aku mencoba suhu susu, merasa puas dan diberikan ke dalam mulut putraku, melihat aku akhirnya tidak pilih-pilih lagi, ekspresinya yang kaku baru terlihat lega, bagai melepaskan beban berat berkata: “Dari awal jika tahu membuat susu formula begitu merepotkan, lebih baik minum ASI saja.”

“Apakah kamu ada ASI untuk diminum putra kita?” Aku bercanda tanya padanya.

Dion menggeleng: “Aku tidak ada, bukankah kamu ada?”

“Siapa bilang aku ada? Apakah kamu pikir setiap wanita setelah melahirkan pasti akan ada ASI?”

“Semalam saat kamu sudah tertidur aku diam-diam coba mengisapnya, jelas-jelas ada.”

Aku langsung menendangnya lagi, marah sekali berkata: “Cukup generasi tua berperilaku tidak baik, jangan sampai generasi muda juga ikut tidak benar.”

Setelah si kecil selesai minum susu, sangat cepat sudah tertidur nyenyak, aku menempatkan bayi dengan baik, Dion mendekat dan bertanya padaku: “Istriku, kapan baru satu bulan?”

“Mau apa?”

“Sudah lama tidak bermesra-mesraan, apakah kamu tidak mengerti……”

Dion menggunakan tatapan penuh gairah melihatku, aku mengangguk: “Tentu saja mengerti, jadi kemarin aku sudah memesan sebuah boneka seks di internet, lusa barangnya sudah bisa tiba.”

….…planggg satu suara, kepala Dion langsung jatuh ke atas tempat tidur.

Tengah malam, suara tangisan putra membangunkan kami berdua, aku membangunkan suami yang ada di sebelahku: “Pergi lihat apa yang terjadi?”

Dion bangun dalam keadaan linglung, berjalan ke samping box bayi sesuai perintahku, pertama memeriksa anak kencing apa tidak, kemudian memeriksa lagi apakah ada buang air besar, selesai periksa, Dion berjalan ke hadapanku mengatakan: “Istriku, anak kita buang air besar.”

“Buang air besar apakah kamu tidak bisa membersihkannya? Untuk apa mencariku?”

“Bukankah kita berdua sudah bagi tugas, aku bertanggung jawab saat dia kencing, kamu bertanggung jawab saat dia buang air besar?”

“Siapa yang katakan aku bertanggung jawab saat ini buang air besar?”

Aku sekuat tenaga bangun, membuka laci yang ada di samping tempat tidur, mengeluarkan perjanjian yang sudah Dion tanda tangani, berkata: “Sudah tertulis jelas hitam diatas putih, poin kedua di perjanjian tiga poin, kebutuhan sehari-hari dari makan minum buang air besar menjadi tanggung jawab penuh kamu? Apakah sudah lupa?”

“Tidak lupa, hanya saja beberapa hari ini selalu kamu yang mengurusnya, aku berpikir……”

“Aku hanya memberi contoh padamu, kamu sungguh menganggap tidak ada urusan denganmu?”

Dion mengangguk dengan kesal: “Baik, aku sudah mengerti, kamu tidur saja, aku yang lakukan.”

Mengambil popok lalu kembali lagi ke samping box bayi, Dion mengerutkan kening sambil melepaskan popok kotor, ganti dengan yang bersih, pantat bayi penuh dengan kotoran, dia hanya bisa menyekanya berulang kali menggunakan tisu basah, tidak mudah baru berhasil di bersihkan, akhirnya pufff sekali, bayi buang air besar lagi, ini membuat dia stres sekali, membalikan kepala melihat aku yang sedang melihatnya bagai menonton film, Dion penuh penderitaan berkata: “Apakah kamu tidak bisa datang membantu?”

Aku tersenyum: “Tentu saja tidak bisa, lalu ketika aku melahirkan Wanwan, siapa yang membantuku?”

Setiap kali ketika aku mengatakan ini, Dion akan seperti anak kecil yang melakukan kesalahan menundukkan kepala, ini adalah satu-satunya hal yang membuat dia merasa berhutang padaku seumur hidup ini, jika aku tidak baik-baik memanfaatkannya, maka sangat bersalah terhadap masa mudaku lima tahun itu.

Tidak mudah baru selesai mengurus anak, Dion kelelahan berbaring kembali ke ranjang, aku mendorong-dorong Dion, Dion melihat ke samping dan bertanya: “Kenapa lagi?”

“Pinggangku sakit, bantu aku pijit-pijit.”

“Tidak mungkin bukan……”

“Iya, kamu tidak bersedia?”

Aku mengangkat alis, Dion bergegas berdiri, “Bersedia, kenapa aku tidak bersedia, melayani ratuku adalah tugas yang tidak boleh aku tolak, ayo berbaringlah istriku……”

Dion berusaha membantu memijit pinggang, tenaganya sangat tepat, aku sangat menikmati sambil memejamkan mata, dengan malas mencari sebuah topik pembicaraan untuk ngobrol: “Suamiku, apakah setelah orang mati selain surga hanya ada neraka, apa tidak ada tempat lain?”

“Eng.”

“Kalau begitu jika kita mati, bagaimana kalau semua masuk neraka?”

Dion menepuk pundakku: “Tenang saja, aku akan berdoa pada tuhan agar membiarkanmu masuk ke surga, aku seorang diri berada di neraka saja!”

Aku mengangguk puas: “Untung kamu punya hati nurani.”

Tapi dipikir-pikir sepertinya tidak benar, membalikkan kepala bertanya padanya: “Kenapa membiarkanku naik ke surga, dan kamu tetap berada di neraka? Kenapa kita tidak sama-sama masuk ke surga atau sama-sama masuk ke neraka? Apakah kamu ingin berpisah denganku?”

Dion diam tak bersuara.

“Kenapa tidak jawab?”

Dion lebih bertenaga lagi memijit pinggangku.

“Bisu ya?”

Dion menggeleng, tetap tidak bersuara.

Aku merasa tertekan, membalikan badan menatap lurus matanya, berkata: “Cepat jawab, aku ingin tahu sebenarnya apa yang kamu pikirkan!”

Dion melihat aku tidak akan berhenti begitu saja, menghela nafas sambil berkata: “Karena kamu sangat ingin tahu, kalau begitu aku akan memberanikan diri berkata jujur.”

“Eng, katakan saja.” Aku menyemangatinya.

“Sebenarnya……aku takut kalau kita berdua sama-sama masuk neraka, lalu menikah jadi suami istri lagi, bagiku, itu baru benar-benar neraka.

……

Plaaanggg satu suara, aku langsung menendangnya jatuh ke lantai, lama sekali dia baru bangun dan bertanya padaku: “Kali ini siapa yang memberimu kekuatan?”

“Kali ini tuhan yang memberiku kekuatan, kamu pernah berjanji di depan tuhan jika ada kehidupan yang akan datang juga tetap akan menjadi suami istri denganku, bertemu, berkenalan dan saling menghargai satu sama lain, mengkhianati aku sama saja mengkhianati tuhan, jadi, tuhan menyarankanku, pasti harus baik-baik mengajarimu.”

“Apakah aku pernah berjanji seperti ini? Kenapa aku tidak ingat sedikit pun?”

“Bagus kamu Dion, semua orang mengatakan setelah menikah tujuh tahun baru akan ada perubahan, aku lihat sekarang kamu sudah mulai berubah, hari ini jika aku tidak mewakili tuhan baik-baik memberimu pelajaran, kamu tidak akan tahu kenapa langit itu begitu tinggi, kenapa laut itu begitu biru……”

Aku bergegas maju ke depan, Dion panik mengulurkan tangan untuk melindungi wajah tampannya itu, ketika mereka berdua saling tarik-tarikan, Dion tidak hati-hati memukulku sebentar, dalam sekejap aku langsung marah sekali, Dion terburu-buru menjelaskan: “Istriku, aku tidak sengaja, itu, itu, memukul dan memarahi juga untuk menyatakan cinta, jangan marah.”

Aku tersenyum licik mengatakan: “Suamiku, kamu benar-benar satu kata langsung menyadarkanku, dulu aku tidak tahu harus bagaimana menyatakan cintaku padamu, sekarang aku sudah tahu, kamu patuh ‘biarkan aku dalam sekali mencintaimu hingga cukup’.”

“Aoo-aoo-aoo……”

Dari dalam kamar langsung terdengar suara teriakan kesakitan dari Dion, saat ini tiba-tiba pintu kamar dibuka, Wanwan yang ada di kamar sebelah masuk ke sini dengan kaki telanjang, terburu-buru bertanya: “Kenapa? Kenapa?”

Begitu Dion melihat putrinya, seperti melihat penyelamat, langsung berlari ke depan putrinya, memegang tangan Wanwan sambil berkata: “Wanwan, kapan kamu akan pergi meninggalkan rumah, bawa papa sekalian ya.”

Wanwan memperhatikannya dari atas hingga bawah, perlahan-lahan bertanya: “Apakah kamu tidak marah mama memukulmu seperti ini?”

“Marah, bagaimana aku tidak marah!” Nada bicara yang sangat tegas.

“Kamu marah kenapa tidak berubah jadi harimau? Bukankah kamu mengatakan bahwa ketika kamu marah akan seperti kakek berubah menjadi harimau?”

Wanwan merasa simpatik dan menepuk pundaknya: “Aku lihat kamu juga hanya harimau kertas saja, jaga diri baik-baik saja.”

“….…harimau kertas?” Dion hampir muntah darah.

Sekejap mata, akhirnya putranya genap satu bulan, Dion mengadakan pesta satu bulan kelahiran putranya dengan sangat meriah di taman bunga wisteria, orang-orang yang datang menghadiri pesta adalah orang kaya dan berkedudukan, mereka semua memuji Dion memiliki nasib baik, ada seorang anak laki-laki yang tampan, seorang anak perempuan yang cantik, masih ada seorang istri yang cantik.

Aku menatap suamiku, melihat tampangnya yang tertekan, hampir saja tidak bisa menahan diri dan tertawa terbahak-bahak, dalam hati aku berpikir Dion pasti mengatakan, yang kalian lihat adalah penampilan luar yang terlihat bagus, di antara kalian siapa yang tahu dalam sebulan ini kehidupan tidak manusiawi apa yang sudah aku alami……

Dalam sebulan ini di bawah paksaanku, keterampilan Dion merawat anak sudah lebih unggul dibandingkan dengan bibi pengasuh setempat, tidak peduli apakah menyeduh susu, anak buang air besar atau kencing, semuanya adalah hal mudah, bahkan sarapan pagi, juga sudah semakin lezat rasanya, oleh karena itu aku mulai percaya, pria baik itu semuanya harus dilatih.

Malam hari, suamiku duduk bersandar malas di ranjang sambil membaca buku, aku berjalan ke sana dan meringkuk di sampingnya dengan wajah berseri-seri: “Benar-benar senang sekali, hari ini beberapa teman sekolahku yang menghadiri pesta mengatakan, aku yang sudah melahirkan dua anak bukan hanya tidak terlihat tua, sebaliknya malah semakin mirip bunga segar.”

Suaminya menjawab dengan tidak setuju: “Benarkah? Mungkin orang lain sedang bercanda denganmu? Kenapa aku tidak merasakan sedikit pun?”

Aku melihat Dion tidak ada reaksi apa-apa, merasa sedikit kecewa, lalu pura-pura bersikap misterius berkata padanya: “Mereka masih membicarakanmu.”

“Apa yang mereka katakan tentang aku?” Dion bertanya dengan tidak fokus.

“Mereka mengatakan aku adalah bunga segar, menurutmu apa yang bisa mereka katakan tentang kamu?” Aku mengerucutkan bibir padanya.

Dion terkejut dan mengangkat kepala, agak tidak bisa menahan diri bertanya: “Apakah mereka mengatakan aku adalah kotoran sapi?”

Aku cekikikan, tertawa sambil mengatakan: “Mereka tidak mengatakan kamu kotoran sapi. Mereka mengatakan kamu adalah pupuk majemuk.”

……

Dalam sekejap aku tertawa terbahak-bahak, Dion marah sekali, dia melempar buku yang ada di tangannya lalu mendekat padaku, sekuat tenaga menggelitik aku, “Tertawa, tertawa, suka tertawa, biarkan kamu tertawa hingga cukup!”

Aku ditekan olehnya di ranjang hingga tidak bisa bergerak, sambil tertawa sambil minta ampun: “Sudahlah, aku yang salah, suamiku aku yang salah.”

“Apakah satu kata aku yang salah sudah selesai?” Tatapan matanya tiba-tiba berubah bergairah.

“Lalu apa yang kamu ingin aku lakukan……” Aku sudah tahu tapi masih sengaja bertanya.

Dion mendekatkan tubuhnya, menempel di telingaku dan mengatakan: “Aku ingin bagaimana, kamu lebih jelas dari siapa pun.”

“Baiklah, malam ini aku akan membiarkanmu berbuat sesuka hatimu.”

“Ini kamu yang katakan ya.” Wajahnya dibenamkan di depan dadaku, mengambil nafas dalam-dalam, mabuk mengatakan: “Hanya mengendus sebentar, sudah merasa seluruh tubuh nyaman sekali, benar-benar sudah rindu hingga menggila.”

Faktor kebrutalan dalam tubuhnya tiba-tiba naik, menarikku bangun dari tempat tidur, digendong di atas tubuhnya: “Istriku, bisakah menunjukkan antusiasme dalam dirimu……” Ada kedipan cahaya sihir dalam mata Dion, “Eng, aku sangat menderita.”

Novel Terkait

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu