Cinta Di Balik Awan - Bab 210 Cinta dan Takdir (1)

“Yang ku janjikan padamu, kamu ingat semuanya, terus yang kamu janjikan? Kenapa lupa!”

“Cinta itu egois, tapi takdir lebih egois dari cinta.”

Kelly sekuat tenaga menghempaskan tangannya, dan menangis: “Saat kamu tidak bisa menepati janjimu, jangan terlalu berharap, aku akan menepati janjiku, biarkan kita saling mengecewakan!”

Melihat Kelly lari menghilang dari hadapannya tanpa menoleh kebelakang, hati Dion mulai pilu, dia memegang tangannya yang digigit, bekas gigitannya terlihat jelas, butuh berapa banyak kebencian, agar gigitannya sedalam ini……

Selain di dalam gedung perusahaan Steinheim, langit diluar sudah gelap, suara petir bergema, banyak pejalan kaki berlalu lalang menghindari hujan badai ini.

Kelly berjalan tanpa tujuan di jalan dengan dedaunan yang berjatuhan, dia tidak tahu harus kemana, di tengah kota Zurich ini, masih adakah tempat untuknya?

Orang yang paling dicintainya menghianatinya dan meninggalkannya, dia tiba-tiba merasa dirinya dikhianati oleh dunia ini, tatapan matanya kabur mendengar suara gemuruh petir disertai hujan deras, seperti pengkhianatannya tanpa peringatan.

Dia berjalan di tengah hujan badai, berdiri di tengah kota, memandangi bangunan-bangunan yang tinggi, memandang kota yang perlahan menghilang dari tatapannya, dia akhirnya percaya, apa yang dikatakan ibunya benar, dia tidak menganggap nenek itu salah, karena dia sedang melakukan kesalahan, kalau dia menyadarinya saat itu, mungkin hari ini, dia tidak akan berakhir begitu tragis.

Semua ini karena dirinya yang terlalu bodoh, terlalu konyol, terlalu kekanak-kanakan, tidak mengerti apa-apa.

Dia mengira dengan mengorbankan segalanya itu adalah cinta? Rupanya, itu bukan cinta, itu hanya kebohongan indah.

Telepon disakunya terus berdering, ini nada dering khusus untuk Dion, sebelumnya dia merasa nada dering ini seperti suara alam, dia senang bukan main setiap kali nada dering ini berdering, tapi saat dia mendengar nada dering ini lagi, itu terdengar ironis ditelinganya.

Dia mengambil HP-nya, lalu mematikannya, semuanya kembali tenang, dia tidak bisa lagi mendengar suara apa pun, kecuali hujan yang turun ke hatinya.

Dia terus jalan tanpa arah tujuan, tak tahu apakah air diwajahnya adalah hujan atau air mata, dirinya sangat berantakan sekarang, tapi dia sama sekali tidak peduli, dibandingkan dengan dicampakkan apalah arti dari dirinya yang berantakan ini……

Langit semakin lama semakin gelap, dia bahkan tak tahu dirinya sudah jalan berapa lama, tidak ada orang yang menghentikannya bahkan menanyakannya kenapa, ditengah kota yang asing ini, orang lain tidak akan peduli apakah kamu terluka atau tidak, apa kamu sedih atau tidak, apa kamu perlu bantuan atau tidak, dia yang meninggalkan pria yang diandalkannya ibarat cinderella tanpa sepatu kaca, tidak akan ada orang yang akan menganggapnya sebagai seorang putri lagi, bahkan jika dia tidak bisa menerima kenyataan ini, dia harus kembali ke dunia miliknya sendiri.

Ada sebuah mobil melaju kencang didepannya, lalu mundur perlahan, dan Kelly tidak menghentikan langkah kakinya, lalu mobil itu berhenti disampingnya.

Dia terus jalan kedepan, hingga ada satu tangan yang meraih pundaknya, dan ada sebuah payung yang memayunginya.

“Kelly, kamu kenapa?”

Ini suara Leheon, heh, sungguh menyedihkan, dalam keadaan seperti ini bertemu dengan orang yang dikenal.

Dia menoleh perlahan, menatap pria didepannya dengan tatapan aneh dan berkata: “Aku dicampakkan, kamu tidak bisa lihat?”

Leheon tertegun sejenak, tapi melihat matanya merah dan bengkak, dan seluruh tubuhnya basah, dia segera menyadari dia sedang tidak bercanda.

“Ikut aku.”

Tak peduli dia setuju atau tidak, dia menarik tangannya dan masuk kedalam mobil.

Ketika dia menyalakan mesin, Leheon hanya menatapnya tanpa daya dan tidak banyak bicara.

Kelly menyandarkan kepalanya dijendela dengan linglung, tidak nanya mau dibawa kemana, dan juga tidak curhat, kekecewaan yang sebenarnya adalah diam seribu bahasa, kekecewaan yang bisa diucapkan itu bukanlah kekecewaan.

Lima belas menit kemudian, mobil ini berhenti disebuah kediaman, begitu turun, dia baru sadar, Leheon mengantarnya kembali kerumah.

“Kamu pergi mandi air panas sana, kalau tidak bisa demam.”

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu