Cinta Di Balik Awan - Bab 85 Tinggallah Disisiku

Dia membantah perkataan Dion, dan dengan tidak senang berkata : " jangan kamu kira dirimu tidak bahagia, orang lain juga tidak akan bahagia.”

”Argumen lemah. ”

Dion menjentikkan dahinya dengan lembut: ”tahu kenapa aku begitu malam baru datang kekamar mu? ”

”Tidak tahu. ”

”Aku sangat tidak senang. ”

Kenapa? Dia sangat ingin menambahkan kalimat ini, siapa yang membuatmu tidak senang, setelah dipikir-pikir ya sudahlah, lagipula itu juga bukan dia.

”Kenapa Maxim boleh kerumah mu? ”

Dia tertegun sesaat, lalu tersenyum dan berkata: ”Apa kamu cemburu? ”

Dion yang anggun, dan menawan, ekspresinya akan seperti apa kalau cemburu? Ini benar-benar membuat orang penasaran.

”Kalau iya kenapa, kalau tidak kenapa, aku hanya ingin tahu, kenapa aku tidak boleh pergi? ”

”Kamu terlihat sangat menawan, aku tidak bisa memberikanmu identitas palsu. ”

”Maxim kerumah mu sebagai siapa? ”

”Supir. ”

Dion berpikir dan berkata: ”Kalau begitu kenapa aku tidak boleh jadi supir”

Kelly memberikan gerakan ingin muntah: ”Sudahlah, kamu yang begitu menawan, berdiri didepan tokoku, seperti kedatangan tamu istimewa, mengatakan kamu seorang supir, sampai mati ayahku dia juga tidak akan percaya! ”

Dia berpikir ada yang tidak beres: ” Tapi, untuk apa kamu datang kerumah ku? ”

”Lihat-lihat saja tidak boleh? ”

”Apa yang perlu dilihat, kedepannya..... ”

”Jangan bilang sewaktu kamu menikah akan mengirimi ku undangan, tiba waktunya silahkan lihat. ”

”Eii, iya itu maksud ku. ”

Dion menatapnya tanpa mengatakan apapun, lalu menggelengkan kepala: ” Cepat atau lambat bisa mati emosi karena mu. ”

”Tidak akan. ”

Kelly tersenyum, dan mengubah ekspresinya menjadi serius: ”Oh iya, ada yang mau kubilang padamu. ”

”Baik. ”

”Hari ini Asisten Maxim bercerita padaku tentangmu, termasuk ayam goreng kacang...... ” dia meliriknya dengan tatapan peringatan, memastikan dia tidak keberatan, lalu melanjutkannya: ”aku tidak menyangka, ternyata kamu juga ada saat tidak senang. ”

”Berhenti. ”

Dion memotong pembicaraan dengan kurang senang: ”seorang manusia, tentu saja ada saat tidak bahagia, tidak perlu menatapku dengan mata penuh belas kasih? ”

”Kamu jangan salah paham, aku tidak ada maksud lain, hanya ingin mengekspresikan niatku. ”

”Oh, niat apa? ”

Dia mengerutkan alis dengan penuh ketertarikan.

”Pertemuan, juga termasuk suatu takdir, ini sudah dekat dengan waktu wisudaku, sebelum aku pergi, aku berharap kamu bisa berjanji padaku, jaga diri baik-baik, jangan seperti dua tahun yang lalu dikejar pembunuh, dan bahkan jangan membiarkan dirimu jatuh dalam situasi semua pihak adalah musuh, tidak peduli berapa banyak musuhmu, orang yang memerlukanmu lebih banyak dibandingkan dengan orang yang ingin kamu lenyap. ”

”Kamu perlu aku, atau berharap aku lenyap? ”

”Sudah tahu masih nanya! ”

”Ei...... ” menghela nafas tanpa daya: ”Maxim ini suka mendeskripsikan diriku kesepian, kamu jangan percaya dia, apa yang dia bilang ke kamu tidak tahu sudah disampaikan keberapa banyak wanita, kalau berhasil menipu hingga hati mereka luluh, menangis tersedu-sedu, dia merasa dirinya sudah berhasil. ”

Kelly tidak percaya Maxim membodohinya. Sebaliknya, dia merasa bahwa Dion tidak terbiasa ada orang khawatir tentang dia.

”Jangan bercanda lagi, serius sedikit, janji padaku ok? ”

Seseorang selama hidup harus ada keyakinan, selama dia berjanji, pasti akan menjalankannya.

Dion berpikir selama beberapa detik dan tiba-tiba berkata dengan sebuah kalimat: ”Karena sangat mengkhawatirkanku, kalau begitu tinggal lah di sisiku. ”