Cinta Di Balik Awan - Bab 439: Negara Asing: Rencana Gila
Giselle menerima telepon dari Kelly pada hari Sabtu di siang hari.
“Temani aku untuk menjemput ibuku pada pukul tiga.”
Kelly bukan bertanya, tetapi memerintah. Giselle bersenandung dengan marah: “Ibumu datang, seharusnya suamimu yang menemanimu untuk menjemputnya, apa urusannya denganku?”
“Apakah kamu tidak ingin memiliki anak lagi?”
“Kamu tidak perlu mengurusi urusanku lagi. Aku sendiri bahkan sudah menyerah, untuk apa kamu masih meributkannya? Selain itu, apa hubungan antara aku menginginkan anak dengan ibumu? Apakah dengan aku menjemput ibumu, ibumu bisa memberikanku seorang anak?”
“Ya tentu saja.”
Kelly berkata dengan misterius: “Ibuku datang khusus untukmu kali ini.”
“Untukku? Untukku apa? Semakin aku mendengarkan, aku semakin bingung.”
“Kamu datang ke rumahku dulu. Aku akan memberitahumu lebih banyak ketika aku bertemu denganmu.”
Dia menutup telepon, Giselle berjuang sebentar, akhirnya dia membawa tasnya dan benar-benar pergi.
Begitu bertemu, dia langsung bertanya: “Sebenarnya ada apa? Begitu misterius.”
“Sudah terlambat, ayo kita bicara sambil berjalan.”
Ah, dia tersenyum mengejek, otaknya pasti sudah kemasukan air, sehingga bisa terus mengelilingi wanita ini
Aku beritahu padamu, jika hari kamu berani membohongiku, kamu akan mati!
Siapa yang membohongimu? Hal lain boleh di dipermainkan, namun apahkah urusan tentang anak juga bisa dipermainkan?
Kelly menarik tangannya dan keluar dari taman Wisteria. Dalam perjalanan ke bandara, dia perlahan menjelaskan alasannya: “Sebenarnya, ibuku kali ini benar-benar datang untukmu. Dia mendengar bahwa kamu sering keguguran, jadi dia secara khusus mengirimkan ramuan untukmu. Katanya ramuan itu sangat berguna.”
“Ibumu mengirimiku ramuan? Apakah keluargamu memiliki toko obat?”
“Tidak, ini adalah resep rahasia dari seorang dukun.”
“Itu tipuan, bukan?”
“Bagaimana bisa? Sudah banyak orang punya anak setelah minum ramuan itu. Apakah kamu pikir mudah untuk membelinya, Jika bukan orang yang dikenal tidak akan dapat membelinya.
Giselle melihat ekspresinya serius ketika berbicara dan tidak tampak seperti lelucon, tiba-tiba hatinya yang dingin mulai berubah menjadi panas.
Tepat pukul tiga, pesawat mendarat, dan ibu Yuni muncul di hadapan mereka dengan tersenyum. Kelly baru saja ingin berlari ke arahnya dan Giselle sudah berlari melewatinya: “Bibi, sudah lama tidak bertemu, aku sangat merindukanmu !!”
Oh, ketika aku menelepon, masih tidak mood, ketika mendengar bahwa akan membawakannya ramuan herbal agar bisa melahirkan anak, sikapnya langsung berubah dengan cepat.
Dalam dua tahun terakhir ini, ibu Yuni sering terbang kesini kesana, sehingga Giselle juga tidak merasa asing.
“Tidak untuk waktu yang lama, bukan? Aku baru datang ke sini dua bulan lalu.”
Ibu Yuni menepuk kepalanya.
“Aiya, sehari saja tidak bertemu terasa seperti sudah tidak bertemu 3 musim...”
Cihh, Kelly yang di samping mendengarnya sampai bulu kuduknya berdiri.
“Kelly mengatakan padaku bahwa kamu datang khusus untuk mengirimkanku ramuan?” Tidak dapat menahannya lagi, dan langsung masuk kedalam intinya.
“Ya.”
Ibu Yuni sambil berkata sambil mengeluarkan sekantong plastik obat herbal dengan bau yang aneh dari tasnya: “Minta ibu mertuamu memasakkannya semangkuk untukmu setiap pagi, dan terus meminumnya selama tiga bulan, dan kamu akan dapat memiliki bayi dengan aman.”
“Apakah begitu ajaib?”
Dia sedikit tidak mempercayainya, dia sudah pergi ke beberapa negara dan tidak ada obat berteknologi tinggi yang tidak ia minum, namun dia tidak melihat efek apa pun. Hanya sekantong ramuan ini sudah tapat mengatasi masalahnya?
Tentu saja, selama kamu memercayai bibimu, aku jamin tahun depan kamu pasti bisa menggendong anak bayi yang lucu.
Anak bayi lucu...
Itu adalah hal yang tidak berani di impikan oleh Giselle.
Baiklah, aku akan mencobanya,
Dia memutuskan untuk mendengarkannya, lagi pula tidak meminumnya dia juga tidak bisa memiliki anak, setelah meminumnya mungkin dia masih memiliki secercah harapan. Awalnya dia sudah menyerah, namun, ada seorang sahabat yang senang mengurusi urusan orang lain ini terus mengoceh ditelinganya sepanjang hari. Dia tidak akan menyerah jika belum sampai akhir. Dia masih dengan sengaja menggendong dua anak di depannya untuk memancing dirinya, yang membuatnya mendapatkan kembali tekadnya.
“Obat ini sangat pahit, dan akan ada beberapa reaksi buruk pada saat awal meminumnya. Kamu harus mempersiapkan diri terlebih dahulu, dan pada saat itu jangan berpikir bahwa bibi berniat mencelakaimu.”
“Tidak, tidak akan. Bahkan jika itu adalah racun, aku juga akan meminumnya dengan benar. aku tidak akan mengecewakanmu.”
Ibu Yuni mendengus sambil tersenyum: “apa yang kamu katakan, jika itu adalah racun apakah aku masih berani membaiarkanmu meminumnya? Aku juga peduli dengan keinginanmu untuk memiliki anak.”
“Aku mengerti, aku mengerti, benar-benar mengerti.”
“Jika kamu mengerti maka cepatlah pulang untuk menyiapkannya, selama sedang meminum obatnya jangan lupa untuk melakukan hal tersebut lebih banyak, dengan begitu kamu baru bisa hamil sesegara mungkin, sebelum kasiat obat tersebut hilang, cepat mengandung, cepat melahirkan.”
Kelly mengingatkannya dengan jahat.
“Bagaimana kamu bisa tahu? Apakah kamu pernah meminumnya?
“Omong kosong, bagaimana mungkin aku meminumnya? Ini adalah pengetahuan...”
Giselle tersipu dan berkata dengan malu-malu: “Kalau begitu, aku akan pulang untuk menyiapkannya sekarang.”
“Baiklah, silakan.”
Dia pulang dengan memeluk ramuan itu seperti bayi, dia melihat ibu mertuanya yang duduk di ruang tamu menonton TV. Dia bergegas kesana dan berkata, "Bu, aku sudah memiliki harapan.”
Ibu Gao terkejut: “Harapan apa?”
“Lihat ini.” Dia mengangkat obat herbal yang di tangannya: “Ibu Kelly secara khusus mengirimkannya kepadaku dari Shanghai, dikatakan bahwa obat ini khusus digunakan untuk mengobati orang yang tidak bisa hamil dan yang sering mengalami keguguran.”
“Aih, jangan repot-repot lagi, apakah beberapa tahun ini obat yang kamu minum masih belum cukup banyak.”
“Tidak apa-apa, mencobanya juga tidak rugi, siapa tahu akan berhasil. Jika ibu Jinxuan tidak yakin, dia juga tidak akan datang jauh-jauh kesini.”
Melihat wajah menantunya yang begitu yakin ibu Gao lebih baik mengangguk: “Baiklah kalau begitu, coba saja, bagaimana? Apakah kamu ingin aku memasaknya untukmu sekarang?”
“Tidak, besok pagi saja memasaknya.”
Pada malam hari, Maxim pulang ke rumah dan melihat Giselle tidak ada di ruang tamu. Dia bertanya dengan ragu: “Bu, di mana istriku?”
“Di atas.”
Dia berlari menaiki tangga dan membuka pintu kamar, dan menemukan bahwa ruangan itu gelap, “Giselle? Apakah kamu di sana?” Dia berteriak dengan lembut.
“Aku di sini, suami. Kemari.”
“Mengapa kamu tidak menyalakan lampu?”
Dia berjalan ke samping tempat tidur mengikuti sumber suara, baru saja akan menekan sakelar lampu, dia merasakan dua lengan datang memluk lehernya seperti ular: “Maxim, bagaimana kalai bulan ini kita mencoba untuk memiliki bayi lagi?”
Maxim terkejut dan berpikir bahwa dia telah mendengar sesuatu yang salah. Sudah hampir dua tahun, dia tidak menyebutkan topik sensitif tentang memiliki anak.
“Kamu tidak apa-apa, bukan?”
Dia dengan sedikit bingung dan takut mengulurkan tangannya dan menyentuh dahinya.
“Dasar, apa yang salah denganku? Aku mengambil inisiatif untuk merayumu.
Maxim merasa senang, dia mendorong istrinya ke tempat tidur dan membuka pakaiannya.
“Ayo, istri, punya bayi.”
……
……
Tuk tuk...
Pintu kamar diketuk oleh seseorang, di luar terdengar suara ibu mertua: “Apakah kalian berduam masih mau makan?”
Berkeringat dalam gelap, kedua orang itu menahan tawa mereka dan merasa senang seperti kekasih kecil. Giselle berdeham dan menjawab, "Bu, aku akan kesana sekarang."
Setelah itu, dia mencium dada Maxim, bersembunyi didalam pelukannya dan bergumam “Besok, baru kita lanjutkan bekerja keras untuk memiliki anak.”
Pagi-pagi, Maxim menemukan bahwa istrinya yang suka bermalasan itu sudah hilang. Dia terkejut dan turun dari kasur untuk mencari istrinya. Setelah tidak dapat menemukan istrinya di lantai atas, dia turun untuk mencarinya. Akhirnya di dapur di lantai bawah, dia melihat istrinya membawa semangkuk obat cair hitam, mengerutkan kening dan menutup hidungnya dan meminun obat tersebut.
“Apa yang kamu minum?”
Dia maju dengan kaget dan bertanya.
Giselle yang telah menghabiskan semangkuk obat herbal itu berkata dengan menyakitkan: “Itu adalah resep ajaib untuk hamil.”
“Darimana kamu mendapatkannya? Kenapa kamu tidak memberitahuku?”
Ibu Kelly membawanya untukku dari Shanghai. Aku harus meminum selama tiga bulan, dengar-dengar ini sangat efektif!
“Resep rakyat seperti ini semuanya adalah tipuan, jangan meminumnya. Jika terjadi sesuatu, kamu akan kehilangan lebih banyak daripada yang didapatkan.”
“Aku harus minum, ini adalah upaya terakhirku untuk memiliki anak, kamu hanya harus bekerja sama denganku, dan tidak perlu mempedulikan yang lainnya.”
“Bekerja sama denganmu? Apa yang bisa aku lakukan untuk bekerja sama denganmu?”
“Omong kosong, apakah punya anak adalah urusan satu orang saja? Menurutmu bekerja sama apalagi?”
Mata Maxim melebar: “Sekarang sebagai seorang suami aku memerintahkanmu untuk jangan minum lagi!”
Ah, Giselle tertawa dengan sedikit marah, dan mengikuti gayanya dan melotot: “Sekarang sebagai seorang istri aku memerintahkanmu untuk tidak usah mengurusi urusanku, aku akan menghabiskan orang yang menghalangi jalankua.
……
Setelah minum obat herbal selama tiga hari berturut-turut, Giselle benar-benar mendapat reaksi buruk. Awalnya, dia anoreksia, lalu mual dan muntah. Maxim, yang tidak mendukungnya untuk minum obat herbal, menjadi memiliki alasan untuk menghentikannya.
“Jika kamu masih terus meminumnya, kamu akan mati duluan sebelum bayi itu lahir.”
“Mati ya mati saja, jika aku tidak dapat memiliki anak, hidup dan mati tidak ada bedanya.”
Keputusannya sudah bulat dan meskipun dia muntah sampai mati, dia juga masih tidak punya niat untuk menyerah.
Dalam keadaan marah Maxin mengambil obat herbalnya dan akan segera dibuang, Giselle berusaha keras untuk melindungi obat herbal, dan berkata: “Jika kamu berani membuangnya, kita berdua selesai!”
“Apakah begitu serius?”
“Tentu saja ini sangat serius! Inilah harapanku untuk hidup. Jika kamu membuang harapanku, bukankah itu memaksaku untuk mati? Karena kamu begitu tak berperasaan, apa alasan kita harus hidup bersama lagi? Kita hanya bisa berpisah.”
“Kamu...”
Maxim sangat kesal, Giselle baik dalam segala hal, tetapi otaknya tidak baik sama sekali.
Reaksi yang buruk itu terus berlanjut. Setiap pagi ketika dia tidak bisa makan, dia masih muntah. Maxim menelpon Kelly dan bertanya padanya apa yang dia berikan kepada istrinya. Kelly menjawabnya dengan tiga kata, dia tidak akan mati.
Ini bukan yang paling dahsyat, yang paling dahsyat adalah bahwa hampir setiap malam, ia harus membersihkan tubuhnya, berbaring di tempat tidur, dan menunggu istrinya datang , jika mengatakannya dengan halus adalah menunggu istrinya datang, namun jika mengatakannya dengan sedikit kasar tidak ada bedanya dengan pemerkosaan.
Karena dia tidak ingin bekerja sama dengan istrinya, dia menolak untuk berada didalam kamar yang sama. Akibatnya, karena tidak dapat melakukannya dengan cara yang lembut dia menggunkan cara yang kasar. Seks yang harusnya indah, karena rencana dari manusia membuatnya terasa lebih menyakitkan daripada pergi ke neraka.
Tak tertahankan, dia memberikan ultimatum: “Giselle, dengarkan aku baik-baik, aku tidak akan membiarkanmu minum ramuan yang membuatmu muntah lagi.”
“Perut ini adalah milikku. Kamu tidak bisa mengendalikannya.”
Baiklah, mulai malam ini, aku secara resmi pisah kamar denganmu.”
“Aku tidak setuju!”
“Tubuh ini adalah miliku, kamu tidak bisa mengendalikannya.”
……
Setelah peperangan mereka, Maxim pergi bekerja dengan marah. Di depan pintu lift, dia bertemu bos Dion.
Setelah memasuki lift, Dion menatapnya dari atas ke bawah, dan berkata dengan prihatin: “Maxim, apakah hubungan suami istri sedang tidak harmonis belakangan ini? Kenapa matamu terlihat lesu ?
Dia dengan tidak senang mendengus: “Semua karena istrimu yang hebat dan kreatif.”
“Kelly? Ada apa dengan Kelly?”
“Bukankah dia memberi istriku beberapa ramuan ajaib yang katanya bisa punya anak setelah memakannya? Dan sekarang istriku sudah menjadi gila setelah memakannya. Dia muntah-muntah di siang hari, dan di malam hari...”
Ketika dia menyadari bahwa dia terlalu bersemangat, dia menutup mulutnya dan mengatakan bahwa skandal rumah tangga tidak boleh dipublikasikan, terlebih lagi masalah di dalam kamar.
“Apa yang terjadi di malam hari? Apakah dia melecehkanmu?”
Wajah Dion jelas tampak tersenyum, Maxim sangat kesal, dan berkata dengan geram: “lebih parah daripada pelecehan.”
“Ha ha, tidak heran tampangmu tampak kelelahan. Maxim, kamu sudah tidak kuat lagi.”
Pintu lift terbuka, dan Dion berjalan keluar sambil tertawa. Maxim menatap punggungnya dan berpikir dengan sedih: “Bukan karena sebuah keluarga tidak datang ke rumah, dan suami dan istri satu per satu tidak memiliki hati nurani lagi.”
Dia melakukan apa yang dia katakan, kali ini dia bertekad untuk menjadi kuat. Setelah makan malam di rumah, dia naik ke atas dengan diam dan membawa bantalnya ke kamar sebelah, dan mengunci pintu dengan yakin.
Giselle melihat bahwa dia benar-benar pisah kamar dengannya, dia mengetuk pintu dengan keras, yang membuat tangannya mati rasa, tetapi sama sekali tidak ada tanda bahwa pintu itu akan terbuka.
Dia berbalik, berlari kembali ke kamar tidur, mengeluarkan ponselnya, dan mengirim pesan: “Suami, di malam tanpamu, aku benar-benar kesepian.”
“Malam bersamamu membuat aku selalu bermimpi buruk.” Dia membalas.
“Bagaimana kamu bisa mengatakan sesuatu yang menyakiti hatiku? Bukankah kamu dulunya mengatakan bahwa kamu menghargai setiap menit dan setiap detik bersama denganku dan merasa sangat bahagia?”
“Dulu, kamu juga sudah mengatakannya dulu, OK?”
Giselle tidak berkecil hati: “Jika ada kesalahpahaman, kita bisa duduk dan menyelesaikannya dengan damai, tiba-tiba pisah kamar seperti ini, sangat menyakitkan...”
“Lalu apakah kamu pikir perasaan kita tidak akan terluka lagi setelah bermain?”
“Aku hanya bercanda”
Dia tidak membalas pesan itu, Giselle menunggu dan menunggu, tidak bisa tenang dan mengirim pesan kepadanya lagi: “Apakah kamu benar-benar tidak kembali?”
“Iya.”
“Yah, aku berjanji, aku tidak akan minum obat itu lagi besok pagi. Kembalilah.”
“Apa yang bisa membuatku percaya padamu?”
“Cintamu padaku, apakah cintamu tidak cukup untuk membuatmu percaya padaku?”
Hening sejenak, Maxim sepertinya berpikir lagi, dan dia menjawab: “baik, aku akan mengambil cintaku untuk mempercayaimu sekali lagi, jika besok pagi kamu berani minum obat, aku tidak akan pernah mencintaimu lagi!”
“Tidak masalah!” Dia setuju dengan senang.
“Bisakah kamu kembali sekarang?”
Kamu masih harus berjanji padaku akan satu hal punya satu hal lagi. Sudah mendapatkan satu, masih meminta yang lain, Giselle sangat kesal sampai iya mengigit giginya, tetapi demi rencananya yang hebat tidak gagal, ia harus mundur: “Ya, katakanlah.”
“Tidak ada serangan seksual padaku.”
……
Dia sangat kesal ketika melihat pesan teks ini, jika membiarkan orang luar mengetahui ini, mereka pasti akan mengira dia Giselle adalah wanita yang nafsu!
“Baiklah, aku janji”.
“Demi anak, tidak ada yang tidak bisa kita tahan.”
Maxim kembali dengan bantal di tangannya. Begitu dia memasuki pintu, dia melihat istrinya duduk di tempat tidur dengan lembut melambai: “Suami, ayolah.”
Begitu mendengar dua kata itu, dia terkejut, berbalik dan langsung ingin berlari. Giselle dengan cepat melompat dari tempat tidur dan memeluknya: “Aku memintamu untuk tidur. Untuk apa kamu berlari?”
“Hal yang sudah kamu janjikan padaku tidak boleh ditarik kembali?”
“Aku tahu.”
Keduanya berbaring di kasur dan pisahkan oleh jarak yang cukup besar di tengah, Giselle sudah terbiasa dekat dengan suaminya, Maxim justru terus mundur, dia masuk, dia pensiun, dia mendekat, dia menjauh, dia mendekat lagi, dia juga menjauh lagi, sampai tidak adak ada tempat untuk menjauh lagi, dia mengangkat lengannya bertanya: “Apakah kamu ingin tidur di lantai?”
“Tidak bisakah kau bergerak sedikit ke sana?”
“Katakan dengan jujur, apakah kamu berselingkuh? Kenapa kamu tiba-tiba menjadi dingin kepadaku?”
“Semua karna kamu menyiksaku.”
“Aku menyiksamu apa?”
“Melecehkanku.”
Ah, Giselle mencemooh dengan kesal: “Melecehkanmu? Mengapa hal yang begitu indah dapat menjadi sesuatu yang buruk ketika berada di mulutmu? Apakah aku melecehkanmu? Aku rasa kamu tampak sangat menikmatinya, ketika aku melecehkanmu!”
“Benar, ini adalah hal yang indah, tetapi itu juga tergantung pada mood saat melakukanya bukan? Kamu sekamar dengan aku sekarang, hanya demi memiliki anak. Apakah kamu harus menjadikan aku sebagai alat kesuburan?”
“Aku juga berpikir, bisakah kamu memiliki bayi ?!”
Giselle berbalik dan pergi tidur. Malam ini, dia cukup jujur. Namun, ketika hari baru saja terang, Maxim terbangun karena rasa kebas. Setelah melihatnya, istrinya yang sudah berhasil tenang selama satu malam, di pagi hari ternyata istrinya sedang memegang miliknya dan memainkannya.
“Bagaimana jika melakukannya untuk terakhir kali?”
Dia menatapnya dengan tatapan memohon, dia juga tidak tega untuk menolaknya, atau mungkin karena keinginannya telah muncul, Maxim dengan tidak sadar mengangguk.
Itu adalah pagi hari yang indah, dan saat selesai melakukannya, dia berkata——`
“Suami, pagi ini adalah puncak ovulasiku bulan ini. Aku punya firasat bahwa hari ini kita pasti bisa membuatnya.”
Awalnya, dia masih merasa nyaman. Setelah mendengarkannya, dia tampak seperti dimanfaatkan dan dia menjadi marah. Namun, ini masih tidak menyebalkan. Yang lebih menyebalkan adalah, ibunya menelponya pada siang hari dan mengatakan kepadanya bahwa istrinya telah minum obat itu lagi.
Jadi, dia menelpon Giselle dengan marah dan bertanya langsung keintinya: “Apa yang kamu berjanji padaku tadi malam? Apakah kamu melupakannya setelah satu malam ?!”
“Aku tidak lupa. Aku berjanji kepadmu untuk tidak minum obat pagi ini tadi malam, tetapi aku berjanji untuk pagi ini, pagi ini aku memang tidak meminumnya, aku tidak meminumnya sampai siang.”
…… Maxim benar-benar sudah tidak tahu harus mengatakan apa lagi.
Dalam usaha dan kegigihan Giselle yang tak henti-hentinya, pada bulan yang sama, dia benar-benar memenangkan hadiah. Maxim juga yang pada awalnya sangat senang . Tetapi ketika dia berpikir bahwa istrinya telah minum begitu banyak obat, dia tidak bisa menahan perasaan sedikit takut.
Melihat kekhawatiran suaminya, Giselle menepuk pundaknya dan berkata, "Jangan khawatir, ibu Jinxuan mengatakan bahwa obat ini adalah obat KB, dan tidak apa-apa untuk meminumnya.”
“Lalu sekarang sudah hamil, bisakah untuk tidak meminumnya lagi?”
Dia menggelengkan kepalanya: “Tidak, awalnya memang bisa hamil. Tetapi tidak bisa melahirkan dengan aman, jadi masih harus terus minum ramuan ini sampai akhir bulan!”
Maxim tidak memiliki kekuatan untuk membujuknya lagu, pada kenyataannya, dia tidak bisa menggoyahkan tekadnya.
Ketika Giselle hamil kali ini, keluarga Gao sangat mementingkan itu. Awalnya, dia memang sudah diperlakukan seperti seorang putri di rumah. Setelah kehamilannya, dia diperlakukan lebih baik. Ketika dia berkata bahwa dia ingin makan buah prem hijau, seluruh keluarga akan keluar dan membelinya untuknya, bahkan di tengah malam. Dia telah ditingkatkan dari seorang putri menjadi seorang ratu.
Dan posisi ratu ini, dia juga telah duduk selama enam atau tujuh kali.
Dia tidak serakah sama sekali, tetapi dia berharap ini adalah yang terakhir kalinya.
Dua bulan berlalu dalam sekejap. Dengan datangnya bulan ketiga, seluruh keluarga menjadi sangat gugup. Di masa lalu, dia mengalami keguguran setelah tiga bulan. Jadi pada saat ini, temasuk Giselle sendiri juga sangat ketakutan sehingga suatu malam, dia bermimpi bahwa dia mengalami pendarahan. Dia bahkan terbangun menangis dari mimpinya, berpikir bahwa dia mengalami keguguran lagi. Ketika dia bangun, dia menyadari bahwa itu adalah mimpi. Dia merasa begitu beruntung, benar-benar tidak pernah merasa seberuntung itu.
Dalam proses menunggu dalam ketakutan, tiga bulan yang berbahaya telah berlalu seperti ini. Keluarga Gao sangat gembira. Di antara mereka, yang paling bahagia adalah Giselle. Tidak ada yang tahu seberapa kerasa dia berusaha dalam tiga bulan ini.
Hanya mereka yang pernah mengalaminya yang bisa tahu seperti apa rasanya.
Empat bulan berlalu, dan kemudian lima bulan berlalu. Dengan berlalunya hari demi hari, hati yang awalnya tegang akhirnya benar-benar menjadi lebih lega. Pada bulan kedelapan, Giselle menelpon dan meminta bibi Yuni untuk datang ke Zurich untuk berterima kasih atas kebahagiaannya.
TAMAT---
PENULI MEREKOMENDASIKAN NOVEL PERTEMUAN SATU MUSIM ARWAHKU
Novel Terkait
Balas Dendam Malah Cinta
SweetiesGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangGet Back To You
LexyDemanding Husband
MarshallAsisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaCinta Di Balik Awan×
- Bab 1 Pria Yang Dikejar Pembunuh
- Bab 2 Kesucian Atau Keadilan
- Bab 3 Sepertinya Kenal
- Bab 4 Jarak Antar Mereka
- Bab 5 Memilih Selir
- Bab 6 Kabur Sejauh Mungkin
- Bab 7 Berani Menentang
- Bab 8 Peraturan Keluarga Kaya
- Bab 9 Pesta Topeng
- Bab 10 Takdir Buruk
- Bab 11 Pria Ini Tak Mudah
- Bab 12 Niat Satu Pihak
- Bab 13 Apa Kita Kenal Dekat
- Bab 14 Perlu Mengubah Image
- Bab 15 Gerakan Kecil Romantis
- Bab 16 Tak Ada Yang Bisa Didapat
- Bab 17 Pura-Pura Tidak Kenal
- Bab 18 Daya Tarik
- Bab 19 Senyuman Spesial
- Bab 20 Jangan Jadi Wanita Yang Orang Harapkan
- Bab 21 Pemikiran Yang Melampaui Batas
- Bab 22 Cinta Sampai Tak Berdaya
- Bab 23 Gosip Yang Membuat Gusar
- Bab 24 Salah Kirim Pesan
- Bab 25 Sumpah Mati Pengabdian
- Bab 26 Mudah Dicintai
- Bab 27 Lesung Bunga Mekar
- Bab 28 Fragnant Night
- Bab 29 Perasaan Mistis Membuat Perasaan Kacau
- Bab 30 Antara Laki-Laki dan Perempuan
- Bab 31 Rahasia yang Harus Dijaga Baik
- Bab 32 Hadiah Ulang Tahun
- Bab 33 Penyimpangan Perilaku
- Bab 34 Kemampuan Wanita Untuk Menjadi Pemenang
- Bab 35 Menjadi Yang Lain
- Bab 36 Pinggang Ramping Enak Di Peluk
- Bab 37 Orang Yang Berdansa Dengannya.
- Bab 38 Masalah Umum Pria
- Bab 39 Tidak Boleh Didekati
- Bab 40 Tidak Beda Dengan Binatang
- Bab 41 Hidup Dalam Kebahagiaan, Tidak Merasakan Bahagia
- Bab 42 Kita Jangan Kontak Lagi
- Bab 43 Ditakdirkan Hanya Sebagai Pengunjung
- Bab 44 Kebiasaan
- Bab 45 Dunia Kiamat
- Bab 46 Teman terbaik
- Bab 47 Ditakdirkan Bertemu Di Mana Saja
- Bab 48 Tatapan istimewa
- Bab 49 Tidak Ada Rahasia Yang Bisa Ditutupi Selamanya
- Bab 50 Kertas Tidak Bisa Menahan Api
- Bab 51 Memperlakukan Dengan Sopan
- Bab 52 Tak Bisa Dipisahkan Dan Dilupakan
- Bab 53 Jatuh Dalam Pelukan
- Bab 54 Napas Hangat
- Bab 55 Pria Tidak Berkomitmen
- Bab 56 Terluka
- Bab 57 Buka Bajunya
- Bab 58 Minta dia untuk melayani
- Bab 59 Menantang Batas Kesabaran
- Bab 60 Kamulah Protagonis
- Bab 61 Pilihan Terakhirnya
- Bab 62 : Jika Cinta Itu Bertahan Lama
- Bab 63: Sel-sel Yang Tidak Tenang
- Bab 64 Menggoda Hatinya
- Bab 65 Tanpa Sadar Perasaan Muncul
- Bab 66 Bertemu Di Jalan
- Bab 67 Apakah Kamu Menutupi Identitasku?
- Bab 68 Pernikahanku, Aku Yang Putuskan
- Bab 69 Tidak Jatuh Cinta
- Bab 70 Tidak Tega Melakukan Sesuatu Padamu
- Bab 71 Kekacauan Setelah Minum
- Bab 72 Tidak Menunggu Lama
- Bab 73 Kita Tidak Bisa
- Bab 74 Berjuang Meronta Akal Sehat
- Bab 75 Jatuh Ke Jurang
- Bab 76 Sementara Rahasia
- Bab 77 Cinta Yang Salah Seumur Hidup
- Bab 78 Ayam Goreng Kacang
- Bab 79 Rasa Buah Yang Segar
- Bab 80 Digosipkan Yang Tidak-Tidak
- Bab 81 Ketidaktahuan Juga Suatu Kebahagiaan
- Bab 82 Cinta Yang Unik
- Bab 83 Ciuman Berapi-Api
- Bab 84 Hati Akan Pergi Mengikuti Cinta
- Bab 85 Tinggallah Disisiku
- Bab 86 Sisi Gelap
- Bab 87 Tidak Masuk Kedalam hatinya
- Bab 88 Lempar Batu Sembunyi Tangan
- Bab 89 Makan Lalat
- Bab 90 Terbang Seperti Phoenix
- Bab 91 Pria Dia Pasti Kurebut
- Bab 92 Cari Pasangan Yang Cocok Untuknya
- Bab 93 Kamu Ganti Pacar Lagi?
- Bab 94 Tidak Pernah Menganggapmu Sebagai Orang Luar
- Bab 95 Pertengkaran yang Sengit
- Bab 96 Tunggu saja Hukumannya
- Bab 97 Lelucon Dingin
- Bab 98 Masuk Ketempat Yang Tidak Seharusnya
- Bab 99 Aturan Berbeda Karena Seseorang
- Bab 100 Panggilan Telepon Yang Tak Terduga
- Bab 101 Dia Bukan Mangsanya
- Bab 102 Tidak Bisa Dihentikan
- Bab 103 Sehari Tidak Bertemu Bagaikan Sembilan Bulan Tidak Bertemu
- Bab 104 Apa Yang Salah Dengan Sebuah Ciuman
- Bab 105 Kisah Coklat Dove
- Bab 106 Gengsi Membuatmu Menderita
- Bab 107 Penampilan Yang Kasar
- Bab 108 Godaan Selembar Cek
- Bab 109 Kita Putus Saja
- Bab 110 Mencintai Sesuatu Yang Berhubungan Dengan Dia
- Bab 111 Bersedia mempertaruhkan semuanya untukmu
- Bab 112 Sepuluh Ribu Macam Jalan
- Bab 113 Menggunakan Kebaikan Untuk Mendapatkan Cinta
- Bab 114 Darimana
- Bab 115 Berciuman Dengan Lembut
- Bab 116 Garis Pertahanan Hati
- Bab 117 Menginjak Ketulusan Orang Lain
- Bab 118 Hambatan Hati
- Bab 119 Wanita Seharusnya Lebih Bisa Bawa Diri
- Bab 120 Haid Sialan
- Bab 121 Percuma Sudah Memperingatkan
- Bab 122 Mencintaimu Butuh Berapa Banyak Keberanian
- Bab 123 Jadi Penjahat
- Bab 124 Kabar Baik Kabar Buruk
- Bab 125 Perubahan
- Bab 126 Tidak Berjuang
- Bab 127 Dion Brengsek
- Bab 128 Dandelion Ungu
- Bab 129 Benar-Benar Ingin Memintamu
- Bab 130 Bersikeras Tidak Kembali Ke Rumah
- Bab 131 Pernikahan
- Bab 132 Menghilang
- Bab 133 Gaun Pengantin Dengan Berlian
- Bab 134 Kamu Tidak Ada Harapan
- Bab 135 Gen Keluarga
- Bab 136 Hidup Di Mata Orang Lain
- Bab 137 Kotak Pandora
- Bab 138 Jangan Mengecewakanku
- Bab 139 Bertaruh Kebahagiaan Seumur Hidup
- Bab 140 Menunggu
- Bab 141 Pertama Kali (1)
- Bab 141 Pertama Kali (2)
- Bab 142 Senasib (1)
- Bab 142 Senasib (2)
- Bab 143 Kunjungan Khusus (1)
- Bab 143 Kunjungan Khusus (2)
- Bab 144 Mengapa (1)
- Bab 144 Mengapa (2)
- Bab 145 Bandara (1)
- Bab 145 Bandara (2)
- Bab 146 Taman Bunga Wisteria (1)
- Bab 146 Taman Bunga Wisteria (2)
- Bab 147 Dalam Masalah
- Bab 148 Malam Yang Indah (1)
- Bab 148 Malam Yang Indah (2)
- Bab 149 Lemah (1)
- Bab 149 Lemah (2)
- Bab 150 Makan Bersama Setelah Pulang Kerja
- Bab 151 Konferensi Pers
- Bab 152 Pembubaran Kontrak Pernikahan
- Bab 153 Kakak Kedua
- Bab 154 Mabuk Berat
- Bab 155 Menikah
- Bab 156 Jelek
- Bab 157 Bertemu Leheon
- Bab 158 Pelayan Meminta Maaf
- Bab 159 Sembuh
- Bab 160 Kelupaan
- Bab 161 Makan Pangsit
- Bab 162 Sesuatu yang terjadi datang secara bersamaan
- Bab 163 Selamat Ulang Tahun
- Bab 164 Kesal Sekali 1
- Bab 164 Kebahagiaan 2
- Bab 165 Perkumpulan
- Bab 166 Makan
- Bab 167 Terus Terang
- Bab 168 Gaun Pesta
- Bab 169 Harapan Kedepan
- Bab 170 Diculik
- Bab 171 Berani
- Bab 172 Terkejut
- Bab 173 Besok Datang Lagi
- Bab 174 Aku Mau Balas Dendam
- Bab 175 Khawatir
- Bab 176 Tunggu aku
- Bab 177 Chatting
- Bab 178 Liburan
- Bab 179 Menangis
- Bab 180 Bercanda
- Bab 181 Rumah Sakit
- Bab 182 Operasi
- Bab 183 Sakit Hati (1)
- Bab 183 Sakit Hati (2)
- Bab 184 Sadar (1)
- Bab 184 Sadar (2)
- Bab 185 Melihat Sunrise (1)
- Bab 185 Melihat Sunrise (2)
- Bab 186 Bermuka Tebal (1)
- Bab 186 Bermuka Tebal (2)
- Bab 187 Aku Menikahimu (1)
- Bab 187 Aku Menikahimu (2)
- Bab 188 Serigala Datang (1)
- Bab 188 Serigala Datang (2)
- Bab 189 Ganti Rugi (1)
- Bab 189 Ganti Rugi (2)
- Bab 190 Tanpa Sadar mengetahui Rahasia (1)
- Bab 190 Tanpa sadar mengetahui Rahasia (2)
- Bab 191 Omong Kosong (1)
- Bab 191 Omong Kosong (2)
- Bab 192 Sedih (1)
- Bab 192 Sedih (2)
- Bab 193 Menumpang (1)
- Bab 193 Menumpang
- Bab 194 Tak Menyerah
- Bab 195 Dandelion Bertunas (1)
- Bab 195 Dandelion Bertunas (2)
- Bab 196 Membeli baju
- Bab 197 Punya Anak
- Bab 198 Dandelion Sepenuhnya Hancur
- Bab 199 Maaf (1)
- Bab 199 Maaf (2)
- Bab 200 Bercerita Lucu (1)
- Bab 200 Bercerita Lucu (2)
- Bab 201 Aku Tidak Merayu Kakak Iparmu (1)
- Bab 216 Aku Tidak Merayu Kakak Iparmu
- Bab 202 Pria Brengsek
- Bab 203 Diikuti Hantu
- Bab 204 Cara Terbaik Melarikan Diri.
- Bab 205 Perjamuan (1)
- Bab 205 Perjamuan (2)
- Bab 206 Dia Akan Menikah
- Bab 207 Jalang
- Bab 208 Gaun Pengantin
- Bab 209 Belum Tidur ? (1)
- Bab 209 Belum Tidur ? (2)
- Bab 210 Cinta dan Takdir (1)
- Bab 210 Cinta dan Takdir (2)
- Bab 211 Jangan Menangis (1)
- Bab 211 Jangan Menangis (2)
- Bab 212 Pembohong (1)
- Bab 212 Pembohong (2)
- Bab 213 Siapa Yang Menyerah Terhadap Cinta (1)
- Bab 213 Siapa Yang Menyerah Terhadap Cinta (2)
- Bab 214 Aku Tidak Akan Membiarkanmu Kalah !
- Bab 215 Berbahaya
- Bab 216 Aku Berpikir Untukmu
- Bab 217 Nonton Film
- Bab 218 Tan
- Bab 219 Menyebalkan
- Bab 220 Pergi
- Bab 221 Apa Aku Boleh Cium Kamu (1)
- Bab 221 Apa Aku Boleh Cium Kamu (2)
- Bab 222 Istri Selingkuh Duluan
- Bab 223 Apa Kamu Mau Meninggalkan Dion
- Bab 224 Resah
- Bab 225 Menolak
- Bab 226 Malam Yang Sepi
- Bab 227 Tidak Ada Keberanian
- Bab 228 Antara Janji Dan Tanggung Jawab
- Bab 229 Cincin Nikah
- Bab 230 Cepat Pakai Baju
- Bab 231 Apa Cinta Itu Penting
- Bab 232 Karaoke
- Bab 233 Cinta Terakhir yang Berisi Air Mata
- Bab 234 Pembunuh (1)
- Bab 234 Pembunuh (2)
- Bab 235 Semalaman Tidak Pulang
- Bab 236 Selamat Jalan
- Bab 237 Berdoa
- Bab 238 Melihat Pernikahannya Dengan Mata Kepala Sendiri
- Bab 239 Aula Pernikahan
- Bab 240 Mimpi Yang Rusak
- Bab 241 Pembohong
- Bab 242 Terjadi Sesuatu
- Bab 243 Seumur Hidup
- Bab 244 Aku Tidak Meninggalkanmu
- Bab 245 Tetap Bersamaku
- Bab 246 Perpisahan
- Bab 247 Tan?
- Bab 248 Maafkan
- Bab 249 Bicarakan Soal Syarat
- Bab 250 Bertemu Lagi
- Bab 251 Permainan Kata-Kata Tulus
- Bab 252 Domino Idiom
- Bab 253 Kata-Kata Tulus
- Bab 254 Pameran Bursa Kerja
- Bab 255 Tidak Suka
- Bab 256 Wawancara
- Bab 257 Penghalang Cinta
- Bab 258 Lamaran
- Bab 259 Air Mata Dari Wanita
- Bab 260 Lembur
- Bab 261 Tamparan
- Bab 262 Memalukan
- Bab 263 Mau Tidak Coba Seberapa Keras
- Bab 264 Jangan Dikasih Hati Minta Jantung Ya
- Bab 265 Apa Ini Kejutan
- Bab 266 Bersekongkol
- Bab 267 Malam Natal
- Bab 268 Tan Hilang
- Bab 269 Tidak Tenang
- Bab 270 Tempat Judi
- Bab 271 Ambilah Hatiku
- Bab 272 Penundaan Pernikahan
- Bab 273 Kehidupan Sederhana
- Bab 274 Minum Anggur
- Bab 275 Marah
- Bab 276 Yang Paling Kejam Bukanlah Kegagalan
- Bab 277 Bunuh Diri
- Bab 278 Kematian Tan
- Bab 279 Kecelakaan Yang Tak Terduga
- Bab 280 Bertengkar
- Bab 281 Tidak Ada Akhir Ke Tiga
- Bab 282 Moodnya Sudah Bagus
- Bab 283 Fitting Gaun Pernikahan
- Bab 284 Berlama-Lama Sampai Mati
- Bab 285: Sindiran
- Bab 286 Kejadian di Hotel
- Bab 287 Berapa Lama?
- Bab 288 Mencium Kelly
- Bab 289 Aku Mencintaimu
- Bab 290 Lawan Kata Dari Aku Mencintaimu
- Bab 291 Menceritakan Kisah
- Bab 292 Aku Mencintaimu
- Bab 293 Jangan Katakan!
- Bab 294 Menggambar Lingkaran
- Bab 295 Rahasia
- Bab 296 Jangan Lepaskan Aku
- Bab 297 Mandi dan Tidurlah
- Bab 298 Kemarahan
- Bab 299 Lika-Liku Perjalanan
- Bab 300 Minum Alkohol
- Bab 301 Jebakan
- Bab 302 Kebenaran Selalu Pahit
- Bab 303 Cinta Yang Telah Mati
- Bab 304 Aku Membutuhkanmu!
- Bab 305 Mengambil Nyawanya!
- Bab 306 Apa Yang Sedang Kamu Lakukan?
- Bab 307 Mabuk
- Bab 308 Cinta Hingga Akhir
- Bab 309 Tidak Mengerti Arti Cinta
- Bab 310 Foto
- Bab 311 Perasaan Bersalah
- Bab 312 Sungguh Menderita
- Bab 313 Hamil
- Bab 314 Hidup Untuk Cinta
- Bab 315 Setia Pada Teman
- Bab 316 Hidup Dengan Baik
- Bab 317 Menggugurkan Anak
- Bab 318 Aku Tidak Mau Menggugurkan Anak
- Bab 319 Telah Pergi
- Bab 320 Identitas Asli Leheon Mozard
- Bab 321 Lupakan Saja
- Bab 322 Ada Pendukung
- Bab 323 Siapa Kamu Sebenarnya?
- Bab 324 Bersalah
- Bab 325 Hamil Diluar Nikah
- Bab 326 Mau Lahir (1)
- Bab 326 Mau Lahir (2)
- Bab 327 Aku Bersedia
- Bab 328 Keji
- Bab 329 : Langsung Berlari
- Bab 330 : Mencari Saudara
- Bab 331 : Loyalitas Bodoh !
- Bab 332 : Terlalu Kesepian
- Bab 333 : Perjanjian Lima Tahun
- Bab 334 : Pintar Sekali
- Bab 335 : Pulang
- Bab 336 Bertemu Samuel
- Bab 337 Ayahnya Adalah Dion ...
- Bab 338 Mengulangi Kesalahan
- Bab 339 Lima Tahun Yang Lalu
- Bab 340 Reuni Yang Tak Terduga
- Bab 341 Menangis
- Bab 342 Sakit Karena Cinta Yang Tidak Bisa Didapatkan
- Bab 343 Kedua Kali Bertemu
- Bab 344 Dia Tidak Ada Seharipun Yang Tidak Sakit
- Bab 345 Menginap Pada Malam Ini
- Bab 346 Mencium Sampai Berdarah
- Bab 347 Orang jahat
- Bab 348 Ayah dari Anak Itu
- Bab 349 Marah
- Bab 350 Jangan Bicara Dengan Paman
- Bab 351 Masih Belum Mati
- Bab 352 Tergila-Gila Padanya
- Bab 353 Merasa Bersalah
- Bab 354 Alergi
- Bab 355 Maaf
- Bab 356 Kalau Aku Perlu Kamu, Aku Harus Bagaimana?
- Bab 357 Kencan Buta
- Bab 358 Selamatkan Ibuku
- Bab 359 Kembali Ke Sisiku
- Bab 360 Harmonis
- Bab 361 Mengoles Obat
- Bab 362 Tidak Sempat Berpamitan
- Bab 363 Terakhir Kalinya
- Bab 364 Kamu Selalu Begitu Jahat.
- Bab 365 Hubungan Persaudaraan Yang Berharga
- Bab 366 Pengenalan Ayah Dan Anak
- Bab 367 Kenapa Bisa Namanya ?
- Bab 368 Mencari Wanwan
- Bab 369 Perbedaan Yang Drastis
- Bab 370 Menyalahkan
- Bab 371 Menangislah
- Bab 372 Bukan Tidak Cinta Melainkan Sangat Cinta
- Bab 373 Datanglah ke Kamarku
- Bab 374 Nenek Sudah Meninggal
- Bab 375 Kamu Tidur Saja
- Bab 376 Berjanji
- Bab 377 Bersedia Mati Di Sisimu
- Bab 378 Siapa Pelakunya?
- Bab 379 Keguguran
- Bab 380 Benarkah Itu Kamu?
- Bab 381 Apakah Tidak Senang Bertemu Denganku?
- Bab 382 Malam Pernikahan Yang Tragis
- Bab 383 Jesan Bishen
- Bab 384 Suami Istri Tua
- Bab 385 Pernikahan Akhirnya Berlangsung Sesuai Jadwal
- Bab 386: Malam Pertama
- Bab 387: Terima Kasih
- Bab 388: Mayat
- Bab 389: Kita Hadapi Bersama
- Bab 390: Kantor Polisi
- Bab 391 Investigasi
- Bab 392 Jesan Bunuh Diri
- Bab 393 Merebut Posisi
- Bab 394 Meninggal
- Bab 395 Curiga
- Bab 396 Kasusnya Sudah Ditutup
- Bab 397 Rubah Menunjukkan Ekornya
- Bab 398 Meninggalkan Zurich
- Bab 399 Hilang
- Bab 400 Masih Hidup?
- Bab 401 Runtuh
- Bab 402 Kebenaran Mengejutkan 20 Tahun Yang Lalu
- Bab 403 Membuat Orang Sangat Lelah
- Bab 404 Kebenaran
- Bab 405 Berhati Lembut Seperti Wanita
- Bab 406 Tidak Bisa Menahan
- Bab 407 Pengirim Surat Yang Misterius
- Bab 408 Siapa Kamu?
- Bab 409: Berdarah Dingin
- Bab 410 Rencana
- Bab 411 Pria Nenek
- Bab 412 Bertindak Gegabah
- Bab 413 Berpura-Pura?
- Bab 414 Menangis
- Bab 415 Ketidakadilan
- Bab 416 Amnesia
- Bab 417: Tidak Berani Menganggap Enteng
- Bab 418 Mencelakai Kamu
- Bab 419 Mencelakai
- Bab 420 Berkelahi Terus Terang
- Bab 421 Tidak Menyangka
- Bab 422 Terlalu Kelewatan
- Bab 423 Rindu
- Bab 424 Terjebak Bahaya
- Bab 425 Kehangatan
- Bab 426 Emosi Apa yang Menyelubunginya
- Bab 427 Bandit yang Bengis
- Bab 428 Jadi Hantu Pun Tidak Akan Membebaskanmu
- Bab 429 Segera Meninggal
- Bab 430 Kebencian di Dalam Hati
- Bab 431 Menyaksikan Pertunjukkan Asyik
- Bab 432 Mengatur Jadwal Operasi
- Bab 433 Terpisah Di Dua Alam Berbeda
- Bab 434 Jangan Khawatir
- Bab 435 Satu Tahun Kemudian (Tamat)
- Bab 436 Bab Tambahan: Cinta Antara Dion Dan Kelly (1)
- Bab 436: Bab Tambahan: Cinta Antara Dion Dan Kelly (2)
- Bab 436: Bab Tambahan: Cinta Antara Dion Dan Kelly (3)
- Bab 437: Bab Tambahan: Bulan Madu Yang Manis (1)
- Bab 437: Bab Tambahan: Bulan Madu Yang Manis (2)
- Bab 438 Kota Asing: Jika Cinta Adalah Kehendak Tuhan
- Bab 439: Negara Asing: Rencana Gila