Cinta Di Balik Awan - Bab 289 Aku Mencintaimu

“Apakah ini yang ingin kamu katakan?”

“Bukan, jawab aku dulu, baru aku memberitahumu.”

Dion menyentuh dahinya menghela nafas: “Baiklah, aku akan memaafkanmu, tidak peduli kesalahan apa yang kamu lakukan, aku tetap akan memaafkanmu, cepat katakan, aku sudah penasaran setengah mati sampai jantungku ingin melomnpat keluar.”

Kelly tersenyum sambil menjewer telinganya: “Aku ingin mengatakan……aku mencintaimu.”

Dion sangat senang, meskipun kata aku mencintaimu adalah bahasa yang paling umum di antara kekasih, dan dia juga pernah mengatakan ini berkali-kali kepada Kelly, tapi ini pertama kalinya Kelly mengatakan padanya, aku mencintaimu.

“Aku juga mencintaimu.”

“Kak Dion, berjanjilah padaku, selamanya tidak akan melepaskan tanganku……”

“Iya, aku janji……”

Kegembiraan mereda, suasana romantis disekitar juga ikut mereka, dan malam kembali tenang.

Pria di sebelahnya sudah mengeluarkan suara nafas tidur, sedangkan wanita yang ada di samping pria ini, tidak bisa tidur sama sekali, dia merasa dirinya sudah tidak ada pilihan lain, hanya bisa memilih cara lemah, yaitu melarikan diri.

Melarikan diri dari semua ini, ke tempat yang tidak ada yang mengenalnya, berpikir dengan serius, mempertimbangkan dengan cermat, mengingat malam natal dia bercanda kepada Dion mengatakan, tinggalkan Dion seorang diri di rumah, meratapi masa lalunya, dari bagus menjadi buruk, sekarang mendekati situasi itu, kalimat ini malah digunakan pada diri sendiri.

Setelah bolak-balik sepanjang malam, ketika langit perlahan terang, Kelly diam-diam bangkit dari tempat tidur, berjalan ke jendela, membuka tirai, dan membuka jendela. Matahari baru saja terbit dari cakrawala, menunjukkan setengah wajahnya, warna oranye dan merah menyinari langit di sekitarnya. Angin sepoi-sepoi berhembus kemari, rambutnya yang panjang terurai lembut tertiup angin.

Kelly berdiri di depan jendela, menatap ke luar jendela tempat matahari terbit, merasakan ketenangan dan kedamaian matahari terbit dengan hatinya. Matahari berangsur-angsur terbit, sampai benar-benar melompat keluar dari cakrawala, dan memancarkan cahaya yang luar biasa.

Tanpa sadar Kelly menjulurkan tangan keluar jendela, matahari seolah mendarat di tangannya, dalam sekejap, dia merasa dirinya memiliki seluruh dunia.

Tiba-tiba entah dari mana terdengar sebuah kalimat mengatakan: “Ketika kamu menggenggam tanganmu dengan erat, kamu pikir kamu memiliki semua, sebenarnya bahkan udara saja tidak berhasil dipegang, tapi ketika kamu melepaskan tanganmu, seolah tanganmu kosong, sebenarnya seluruh dunia berada di tanganmu.”

Kelly menoleh melirik Dion yang masih tertidur lelap, dia tersenyum sedih.

Dion tidak menyangka Kelly mengatakan dia akan pergi liburan, benar-benar ingin pergi, begitu membukakan mata di pagi hari, melihat Kelly mengemas koper, Dion berjongkok di depannya berkata: “Benar ingin pergi?”

Kelly perlahan-lahan menengadah: “Baru semalam sudah ingin ingkar janji?”

“Bukan, hanya saja kenapa begitu terburu-buru?”

“Sudah pesan tiket.”

“Pergi kemana?”

“India.”

“Satu bulan?”

“Ehn.”

Dion mengangguk: “Kalau sebulan kemudian pulang dan masih belum bisa menyembuhkan ketakutanmu, awas kamu.”

Setelah sarapan Dion mengantar Kelly ke bandara, ketika masih ada waktu setengah jam sebelum check in, Kelly mencari alasan pergi ke toilet, pergi menelepon Giselle.

“Halo?”

“Giselle aku harus pergi untuk sementara waktu, untuk sementara kamu tidak pulang ke China kan?”

“Pergi? Kamu tidak jadi menikah?" Tanya Giselle heran.

“Aku meminta Dion menunda pernikahan, situasiku sekarang tidak cocok untuk menikah, aku ingin pergi merilekskan diri sebentar, setelah mempertimbangkan dengan baik, baru memutuskan akankah menikah dengannya.”

“Apakah karena hal itu?”

“Ehn.”

Giselle menghela nafas, berkata: “Apa yang kamu pertimbangkan?”

“Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan, apakah akan terus menyembunyikannya atau jujur padanya, singkatnya hatiku tidak bisa berpura-pura, harus segera menyelesaikannya dengan baik.”

Mendengar nada bicara Kelly yang begitu tegas, Giselle tahu dia yang mengatakan apa pun juga tidak berguna, lalu menggangguk: “……Baiklah, hati-hati dijalan, semoga selamat sampai tujuan.”

“Terima kasih.”

Sebelum mematikan telepon, dia mengatakan satu kalimat: “Ingat slogan kita, pasti bisa bahagia, fighting!”

“Semangat……”

Di dalam lobi bandara sudah terdengar panggilan check in, Kelly perlahan-lahan mendekati Dion, mengambil koper dari tangannya, berkata: “Aku pergi, hati-hati ya.”

Dion memeluknya dalam dekapan: “Aku akan meneleponmu setiap hari, ingat jangan biarkan aku menunggumu terlalu lama.”

Kelly terisak, menganggukkan kepala di bahu Dion.

Membawa koper selangkah demi selangkah berjalan ke depan, tidak berani menoleh ke belakang, setiap kali berpisah, tidak peduli berapa lama, rasa sakit itu sama seperti sakit menghancurkan hati……

Novel Terkait

Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu