Cinta Di Balik Awan - Bab 267 Malam Natal

Hari kedua adalah hari Natal, bangun di pagi hari, menyadari di luar turun salju yang lebat, tapi ini dengan sekali tidak mempengaruhi suasana hati Kelly, ia sudah janjian dengan Dion, jam 7 malam bertemu di pintu masuk bioskop, setelah nonton film makan malam berdengan.

Siangnya janjian jalan-jalan dengan Giselle, malam malah menunggu lebih awal di pintu bioskop.

Menunggu 1 jam Dion tidak muncul, Kelly mengambil telepon genggamnya dan menelepon Dion, akhirnya malah muncul peringatan kalau HP tidak aktif.

Maka bersabar dan menunggu 1 jam lagi, Dion masih belum datang, dan filmnya dari tadi sudah mulai.

Menghentikan sebuah taksi pulang ke taman bunga Wisteria dengan penuh amarah, Bibi Yu melihat Kelly gemetaran saking bekunya, buru-buru mengambilkan selimut dan menyelimuti tubuh Kelly.

Kelly meringkuk di atas sofa, di tangannya ia memegang teh jahe yang panas, meminumnya membuat Kelly menggertakkan gigi.

Setengah jam kemudian, telepon genggam berdering kencang, Kelly melirik sekilas nomor teleponnya, dengan pasti menolak menerima telepon.

Teleponnya berdering lagi dan lagi, pada akhirnya berhenti.

Bibi Yu berjalan mendekat dan menerima telepon, hanya terdengar ia bicara 1 kalimat: “Nona sudah pulang.” Kelly jadi tahu Dion yang menelepon.

Kelly duduk saja di sofa menunggu Dion pulang, tidak menunggu seberapa lama, terdengar suara langkah kaki dari luar pintu.

Menengok dengan penuh amarah, mempelototi bayangan yang perlahan berjalan mendekat ke arah Kelly, menggertakkan gigi dan mengomel 1 kalimat: “kalau kamu tidak punya alasan yang sangat bagus, matilah kamu.”

“Maaf, Kelly, di kantor ada masalah, rapat darurat sementara diadakan, sekali mulai langsung 4 jam, aku sungguh minta maaf.”

Dion sekalinya duduk, langsung mulai menjelaskan dengan panik.

Kelly menatap ekspresi bersalah di wajah Dion: “kalau begitu tidak bisakah telepon kasih tahu aku dulu? Tidak tahu aku akan menunggumu?”

“Telepon genggam dimatikan. Aku kira tidak akan rapat terlalu lama, siapa sangka……”

“Jadi aku malam ini kena sial?”

“Maaf, benar-benar maaf, semua salah aku, kamu pukul aku marahin aku saja, bagaimanapun caranya kamu mengeluarkan amarahmu.”

Jelas-jelas salah Dion, tapi sikapnya mengakui kesalahan malah sebaik itu, membuat amarah dalam perut Kelly padam, malah jadi tidak enak hati kalau marah.

Diam cukup lama, Kelly menghembuskan nafas: ”aku lapar.”

Dion melihat Kelly sekilas merasa bersalah, menunggu begitu lama memang sudah saatnya lapar.

”Jangan bicara lagi, aku mau makan.”

”Mau makan apa?” Dion bertanya dengan lembut.

Menghirup dari hidung yang beku dan masih agak kaku: yang mau dimakan ada banyak, seafood, hotpot, ikan rebus. Pada akhirnya berpikir: ”hotpot saja.”

Dion melihat wajah Kelly yang penuh dengan keinginan untuk makan, dalam hati berpikir wanita ini pasti kelaparan.

”Baik, ayo pergi.”

Kelly melompat dari sofa, Dion menggenggam tangan Kelly: ”dingin begini, mau tidak naik dulu pakai yang lebih tebal?”

Tiba-tiba seringat sesuatu, Kelly berkata dengan terkejut: ”lah, aku kok bisa lupa.” Selesai bicara Kelly langsung lari gedebak-gedebuk ke lantai atas.

Wajah Dion kebingungan melihat Kelly, saat sedang kebingungan ia melihat Kelly keluar mengenakan sebuah mantel kulit berwarna merah.

Kelly sengaja memamerkan dan membuat postur yang anggun berputar 3 kali di hadapan Dion, kemudian karena langkah kaki yang dipaksakan walau titik beratnya tidak stabil, ekspresi Kelly bervariasi saat melihat Dion dan berkata: ”bagaimana, aku cantik kan pakai mantel kulit di tubuhku?”

Dion memperhatikan dan menilai wanita di hadapannya dengan detil, mantel kulit berwarna merah di tubuhnya ini tidak hanya menunjukkan aura mahal dan sombong Kelly, juga memperlihatkan rasa tren mode Kelly sebagai wanita, ditambah lagi di bagian antara matanya dan tingkah lakunya yang cepat menambahkan semangat yang mengharukan orang.

Sorot mata Dion menunjukkan kepuasan, ujung bibir Dion terangkat memuji dengan berkata: ”sangat lumayan.”

Kelly menyambungkan dan bicara mencela dirinya sendiri: ”ini aku lihat secara tidak sengaja hari ini pas jalan-jalan, dengar-dengar barang impor, aku juga tidak melihat harga langsung beli pakai kartu kamu. Gimana, apa rasanya aku sudah agak seperti orang kaya baru masuk kota.”

……

Mereka berdua keluar dari taman, salju di luar sudah berhenti, setelah naik ke mobil, Kelly memakai sabuk pengaman, berpaling kemudian kebetulan bertatapan dengan sorot mata Dion yang penuh cinta itu. Dion tidak bisa menahan diri memajukan badannya dan mencium ringan pipi Kelly, ciuman ini asalkan orang yang masih berakal sehat pasti bisa membedakan betapa penuh rasa suka dan cintanya.

Hanya sayang saja saat ini Kelly tidak berakal sehat, ia jadi kosong karena ciuman Dion yang datang tiba-tiba, terpikir tampang Dion yang marah pada Kelly semalam, membuka lebar kedua matanya memandang kosong dan berpikir dalam hati: pria ini mulai moody dengan aku lagi, tidak bisa begini, selalu seperti ini Dion akan mengira aku sekali tidak punya harga diri dan pasrah diganggu Dion.

Terpikir sampai sini Kelly mengangkat tangannya dan menepuk kepala bagian belakang Dion yang sedang fokus menyetir: ”kamu anggap aku kucing peliharaan kamu ya, sebelum kasih makan aku makanan kucing, menggoda aku dulu.”

Dion tersenyum: ”aku tidak pernah memelihara kucing yang setidak patuh dan lebih imut dari kamu.”

Kelly mengangkat tangannya mau memukul Dion lagi, tidak menyangka malah pergelangan tangannya ditangkap oleh Dion yang sudah siap dari awal. Dion tanpa harus menggunakan banyak tenaga sudah mau lanjut mengontrol Kelly, 1 tangan Dion memegang setir mobil 1 tangannya menggenggam pergelangan tangan Kelly yang lemah.

Kelly tidak berdaya: ”kamu setir mobil yang fokus, tidak fokus akan sangat bahaya, aku belum pakai gaun pengantin yang putih bersih, mati seperti ini aku sangat tidak rela.”

Dion tidak ada maksud untuk melepaskan, pergelangan tangan Kelly diusap oleh telapak tangan lebar dan besar Dion, menghantarkan rasa cinta dan tidak mau berpisah yang tak terbatas.

Mobil berhenti di depan pintu sebuah restoran hotpot yang sangat terkenal, sekalinya melihat yang datang adalah Dion yang amat terkenal, manajer restoran buru-buru melayani sendiri dengan wajah penuh senyuman.

Makanannya sudah disajikan semua, pintu ruang VIP juga sudah tertutup. Kelly mengangkat sumpit memakan dengan lahap, di hadapan Dion, Kelly makan tanpa adat, alasannya sangat simpel, Kelly sudah menganggap Dion bagai orang yang paling dekat dengannya.

Melihat Kelly makan begitu lahap Dion juga merasa senang, dia diam, di sisi lain kadang-kadang memberi Kelly makanan dan menuangkan air.

Itu amarah dan kekhawatiran Kelly, karena Dion tidak menepati janjinya dan tidak terima telepon, sehingga menyebabkan Kelly menunggu selama 3 jam, semua dipadamkan dengan tingkah laku perhatian dan lembutnya pada saat ini.

Dion tersenyum dan mengingatkan dengan suara lembut, “pelan-pelan, masih mau makan apa?“

Kelly langsung menggelengkan kepala: “cukup.“

Setelah Kelly mengisi penuh perutnya, suasana hatinya juga terlihat jauh lebih baik, Kelly agak mengantuk duduk di mobil dan bicara dengan Dion: “terima kasih kamu kasih aku makan.“ Selesai bicara ia menguap.

Dion melihat Kelly dan berkata: k“amu wanita ini di depan aku semakin lama semakin tidak karuan, sama sekali tidak mempedulikan image kamu.“

Kelly tersenyum tidak senang: “cih, justru di depan kamu baru tidak perlu begini.“

Dion penasaran: “kenapa?“

Kelly sengaja menunjuklan ekspresi sombongnya: “masih nanya, tentu saja karena aku tidak menganggap kamu penting lah.“

Dion marah namun juga tersenyum, “aku tidak bisa menang melawan mulut kamu ini, tapi aku pasti punya cara untuk bisa menaklukkan kamu.“

Mereka berdua kembali lagi ke taman bunga Wisteria, naik ke lantai atas, Dion menunjuk ke kamar mandi dan berkata: “kamu mandi dulu, atau aku mandi dulu, atau mandi bareng?“

“Kamu mandi duluan.“

“Lupakan, wanita dulu saja.“

“Tidak perlu, di depan aku, kamu tidak perlu bersikap terlalu gentleman.“

“Kalau begitu aku tidak akan sungkan?“

Kelly tersenyum dan mempersilahkan Dion dengan gerakan tangannya:“ tidak perlu sungkan.“

Dion baru masuk ke kamar mandi, langsung mendengar suara Kelly menerima telepon, tidak lama, Kelly mengetuk pintu kamar mandi: “aku mau keluar sebentar ya.“

Pintu kamar mandi terbuka ‘KRIET’, Dion bertanya dengan terkejut: “kenapa mau keluar lagi? Sudah jam berapa ini?“

Mata seseorang terbelalak menatap suatu bagian tubuh seseorang, buru-buru membelakanginya, menelan ludahnya dan bicara: “ada sedikit urusan.“

“Terus kamu mau membuang aku sendirian di rumah?“

Kelly memakai lagi mantel kulit yang tadinya ia lepaskan, bicara tanpa berpikir panjang:“kamu bukannya lebih senang sendirian di rumah.“

Dion terdiam: “apa maksud kamu?“

“Saat sendirian, bisa mengingat kembali memori masa lalu kamu dengan tenang dan sedih akan kamu yang sekarang ini.“

“Sekarang ini apa yang aku harus sedihkan?“

Kelly tidak menggubrisnya, setelah memakai sepatu langsung gedebak-gedebuk lari turun ke lantai bawah.

“Hei, kamu balik sini, hei, Kelly, kamu balik kesini……“

Novel Terkait

Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu