Cinta Di Balik Awan - Bab 183 Sakit Hati (2)

"Tep tep tep…… "

Segerombol langkah kaki yang tajam mendekat dari kejauhan, pintunya terbuka dengan bunyi BUK, sekumpulan orang berjalan masuk, ada sanak saudara Jesan ada anggota Keluarga Stenheim juga.

Sekejap saja, terdengar banyak suara tangisan sedih, Kelly menengok, melihat seorang pria umur 50an, ia memeluk erat Jesan yang terbaring di ranjang, menangis dan berteriak sampai serak: "Jesan, Paman minta maaf padamu Paman tidak menjagamu dengan baik, kamu sampai seperti ini, bagaimana di kemudian hari aku bisa menghadapi orang tuamu yang sudah tiada, Jesan…… "

Di belakang pria itu, ada juga yang menangis, hanya saja, tidak separah tangisan pria itu.

Situasinya agak kacau, ada juga yang bersedih, saat termenung, lengan Kelly ditarik kencang oleh seseorang, ditarik keluar kamar rawat.

Ia melihat sekilas, kakak perempuannya Dion si Mulan, saat itu ia juga mengerti, kalau ia sendiri harus menghindar.

"Jesan bisa jadi seperti ini, pasti salah kamu kan? Kamu masih tak tahu malu diam di sini?"

"Aku tak ingin bertengkar denganmu, aku hanya bisa bilang, aku juga sangat sakit hati ia jadi seperti ini."

"Sakit hati? Kamu takut ketahuan kan?"

Mulan marah sampai menggertakkan gigi: "gadis sebaik itu, malah dihancurkan olehmu, Kelly, kenapa orang yang tidur di dalam sana bukan kamu! "

"Aku takut ketahuan apanya? Aku tak pernah melakukan apapun padanya? Kenapa aku harus takut ketahuan! "

Air mata Kelly berputar di kantung matanya, ia sangat benci perasaan difitnah seperti ini, jelas-jelas, ia itu orang yang berharap Jesan tak diamputasi lebih dari siapapun.

"Kamu tidak langsung melakukan apapun padanya, tapi kamu malah secara tidak langsung memaksanya hidup segan mati tak mau, ia sudah tak punya orang tua, satu-satunya yang bisa diharapkan melindunginya itu adik keempatku, malah karena kemunculanmu, membuatnya kehilangan harapan terakhirnya, kalau kamu tidak masuk diantaranya dan Dion, kejadian tragis seperti hari ini juga tak akan terjadi, jadi kamulah, yang secara jelas menghancurkannya, kamu pelakor merenggut kedua kakinya! "

"Cukup! "

Dion tidak tahu kapan berdiri di belakang kedua orang itu, ia mempelototi Mulan dengan wajah penuh amarah, mendekat selangkah dan bertanya dengan suara tajam: "apa yang kamu lakukan? Marah-marah apa sama Kelly? Jesan jadi seperti ini apa hubungannya dengan Kelly?"

"Adik Keempat, kamu jangan bodoh terus! Wanita ini pembawa sial, Jesan jadi korbannya, seorang yang hidup baik-baik saja dijadikan cacat olehnya! "

"Bawa sial ya aku yang bawa sial! Apa urusannya dengan Kelly? Kamu mau cari orang yang bertanggung jawab untuk kejadian tragis ya aku orangnya, jangan seharian terus cari ribut dengan wanitaku, aku sudah menahan diri cukup lama denganmu, jangan kira karena kamu kakak perempuanku, aku tidak bisa melakukan apa-apa padamu! "

Mulan terkejut, ia marah sampai seluruh tubuhnya bergetar: "Dion! Demi wanita ini kamu tanpa disangka bicara seperti ini padaku, kamu mau apakan aku? Kamu ingin apakan aku? Baiklah, coba saja, kamu mau pukul aku, atau mau bunuh aku, coba saja sini, aku malah mau lihat apa kamu benar-benar sudah terhipnotis olehnya sampai tak mengakui seluruh kerabat dan keluarga! "

Dion menarik lengan Kelly, dengan emosi berbalik badan dan berjalan pergi.

"Dion, kamu jangan pergi, kembali sini! Aku bilang kembali……! "

Mulan marah sampai mau gila rasanya, sejak kecil sampai sekarang, sebagai anak paling besar di keluarga, punya dua adik perempuan dan satu adik laki-laki yang mendengarkan kata-katanya, meskipun setelah tumbuh dewasa, adik laki-laki agak keras kepala dan susah diatur, tapi di beberapa masalah, masih tetap menghargai sarannya, sejak muncul Kelly wanita ini, semuanya berubah, ia sebagai kakak perempuan ini tak hanya bicara seperti tak ada wibawa, Adik Keempat semakin tak menggubrisnya, cara bicara tadi, bagaimana bisa ia terima.

Kembali ke kamar rawat penuh emosi, malah terkejut menyadari Jesan sudah siuman, orang-orang mengelilingi sekitar ranjangnya, tanpa henti mengajaknya bicara, matanya malah terbuka namun kosong, tanpa nyawa melihat ke plafon.

Mulan buru-buru berjalan mendekat, menggenggam tangan Jesan berkata dengan sedih: "Jesan, sudah sadar? tak apa, semua ini akan berlalu, asalkan hidup semua akan baik-baik saja."

Jesan tetap saja tak berbicara, Paman malah berbicara: "Nona Mulan, kami semua bisa mendengar kamu bertengkar di luar dengan Presdir Dion, tak peduli sekarang keponakanku jadi seperti ini salah siapa, kalian Keluarga Stenheim harus memberi penjelasan kan?"

Mulan mengangguk: "itu sudah pasti, Jesan jadi seperti ini demi menyelamatkan adik laki-lakiku, kami Keluarga Stenheim dari dulu selalu menghargai kejujuran dan kepercayaan, pasti tak akan melalukan hal yang tak berterimakasih. "

"Cih, takutnya ini bukan sesuatu yang bisa kamu bicarakan saja kan? Terakhir kali aku mengancam mau menyuruh para elit perusahaan mengundurkan diri dan memaksanya menikah dengan keponakanku, ia setuju saja di perkataan, saat proyek selesai, orang yang pertama dipecat adalah aku, bahkan secara khusus membuka konferensi pers mengumumkan pembatalan perjanjian nikah dengan keponakanku, ia orang tidak berperasaan dan berdarah dingin, kamu bisa memastikan ia bertanggung jawab untuk Jesan? "

"Bisa tidak kalian berdua tidak bicara akan hal ini di hadapan pasien?"

Maxim terus menunggu di kamar pasien, awalnya tidak bicara apapun, sekarang malah sejujurnya tak bisa terus melihatnya, terpaksa menyela.

Jesan tetap tidak bicara, diamnya membuat orang tidak tenang, setelah Maxim berpikir beberapa detik, berbalik badan kemudian keluar.