Cinta Di Balik Awan - Bab 374 Nenek Sudah Meninggal

Pagi-pagi sekali, Kelly berkata kepada Mamanya: “Ma, nanti aku dan Dion akan pergi melihat nenek.”

Begitu kata-kata dia terdengar, Yuni terisak, dia menarik ingus dan dengan sedih berkata: “Jangan pergi.”

“Kenapa?”

“Nenekmu sudah meninggal.”

Dian menggantikan istrinya untuk menjawab pertanyaa putrinya, tiga tahun lalu saat musim semi sudah meninggal dunia.

Dalam kepala Kelly terdengar seperti sesuatu meledak, kedua kaki dia menjadi lemas, terjatuh ke dalam pelukan Dion….

Rumput hijau pendek, angin yang bertiup dengan lembut, Kelly yang menatap makam nenek, tidak meneteskan air mata sedikitpun, bukan tidak sedih, tetapi karena tidak berani menangis, jika menangis, berarti nenek benar-benar sudah pergi.

"Sebelum nenekmu pergi, dia masih terus menyebut namamu.” Yuni terisak pelan: Nenek berkata, “Kelly, kamu pergi kemana, kenapa tidak pulang menjenguk nenek….”

Saat Mama berkata seperti itu, Kelly semakin merasa hatinya sangat sakit dan merasa bersalah, dia lalu berlutut, kedua tangannya menggenggam tanah, kukunya juga sudah patah, tetapi masih tetap bertahan untuk tidak menangis.

“Nenek adalah seorang wanita yang bernasib pahit, seumur hidup ini selalu menunggu pria yang sudah mengecewakan hati dia, menunggu sampai mati, pria itu juga tidak tetap tidak kembali, dia meninggal dengan hati tidak tenang, jadi ketika kamu pulang dengan membawa anak yang tidak sah, rasa sakit dan tidak bisa menerima dari aku dan Papamu, bukan karena takut ditertawakan oleh orang lain, kami hanya takut kamu akan mengalami hal seperti yang di alami nenekmu...”

Mama Hansen berkata sampai disini, akhirnya tidak bisa menahan tangis, tetapi kali ini, bukan menangis putus asa lagi.

“Untung saja Dion tidak mengecewakanmu, sayangnya nenekmu tidak bisa melihat ini, jika beberapa tahun lalu kamu bisa lebih cepat kembali, bisa melihat kalian tiga orang sekeluarga, nenekmu pasti sangat gembira, mungkin nenek masih bisa hidup beberapa tahun lagi, bagaimanapun nenek baru bisa berakhir dengan kebencian karena tidak melihat adanya harapan setelah menunggu seumur hidup.”

Dion perlahan berjalan ke batu nisan, dengan lembut membawa Kelly kedalam pelukan, dengan sedih berkata: “Jika ingin menangis maka menangislah, jangan menahan diri,kamu tidak perlu menjadi orang yang kuat lagi, jadi, jangan takut jika orang lain melihat betapa sakitnya kamu.”

“Aku tidak ingin menangis.”

Kelly mengigit bibirnya dengan kuat, menatap foto nenek berkata: “Nenek pasti pergi karena sudah merasa lelah, pergi juga baik, setelah pergi, maka tidak perlu menunggu orang itu lagi.”

“Menunggu seseorang memang hal yang sulit, apalagi menunggu seumur hidup.”

“Jika ada kehidupan berikutnya, jangan lagi, menjadi wanita yang hanya bisa menunggu dengan bodoh.”

Mulut mengatakan tidak ingin menangis, tetapi air mata telah jatuh, sebutir-butir terjatuh ke tanah, Kelly lebih mengerti dari siapapun, kesedihan nenek bukanlah perasaan tentang bertahun-tahun, juga bukan sekedar kesepian dan penderitaan, bukan keinginan cinta antara pria dan wanita, tetapi karena ada banyak kata-kata yang sama sekali tidak bisa diungkapkan.

Yuni membawa Wanwan pergi meninggalkan makam terlebih dahulu, Dion menemani Kelly berada dimakam nenek, dengan bersalah Dion berkata: “Maaf Kelly, semua ini adalah kesalahanku, karena aku gagal memenuhi janji takdir yang sama pada saat kritis, baru menyebabkan kamu tidak bisa melihat wajah nenek terakhir kalinya, benar-benar maaf.”

Kelly mengelengkan kepala : “Bukan salah kamu, ini semua adalah takdir.”

Dion berlutut, perlahan mengangkat tangan kanan:”Nenek, hari ini aku bersumpah pada nenek, seumur hidupku, akan melakukan semua yang bisa dilakukan untuk mencintai wanita yang berada disampingku ini, sampai mati juga akan melindungi Kelly, tidak pernah membiarkan Kelly menderita sedikit pun, tidak akan membiarkan Kelly terluka, tolong nenek lindungi Kelly, agar selalu aman tentram, bahagia.”

Mata Kelly dipenuhi dengan cairan panas, tetapi air mata tidak hanya mengalir ketika menderita, kadang-kadang, juga karena ada kebahagiaan.

Kelly juga mengangkat tangan kanan, berlinang air mata berkata : “Nenek, hari ini aku bersumpah kepada nenek, seumur hidup ini, akan melakukan yang terbaik untuk mencintai pria yang ada disebelahku ini, tidak peduli seberapa banyak kesulitan dan bahaya, kesalah pahaman dan rasa sakit, aku akan mempercayai Dion tanpa syarat, mengikuti Dion, saat kematian datang tidak akan ada keluhan dan penyesalan, juga semoga nenek memberkati Dion, agar selalu aman tentram dan sehat”.

Pandangan Dion mulai kabur, rasa dingin yang sudah lima tahun disembunyikan dalam dada kini telah mulai kembali mendapatkan kehangatan, ketika kedua pandangan bertemu, pada saat itu tatapan penuh kasih sayang, perasaan yang tidak diketahui, ketika diketahui, itu sudah masuk lebih dalam.

Dion dengan erat memeluk Kelly, hati, saat air mata jatuh itu menjadi istimewa, mencintai sekian lama, sudah menjadi sebuah kebiasaan, sakit sekian lama, sudah menjadi sebuah luka, benci sekian lama, sudah menjadi sebuah beban, hanya menunggu, tidak peduli apakah waktu akan mencairkan itu semua atau tidak, hati, tetap berada diposisi semula, dengan cara yang keras kepala, berdetak dengan kecepatan tetap...

Keduanya dari kuburan kembali ke rumah Hansen, sudah malam, Mama Hansen juga sudah menyiapkan makan malam, Wanwan melihat kedua orang pulang, berlari ke mereka dengan semangat berkata: “Papa, Mama, akhirnya kalian kembali…..”

Dion mengendong putrinya, mencium pipi Wanwan yang lembut, Wanwan melihat mata Mama memerah, air mata masih mengantung disudut mata, bertanya : “Apakah Papa membuat Mama marah?”

Dia menggelengkan kepala berkata : “Tidak”

“Lalu kenapa Mama menangis?.”

Dion melirik Kelly, sambil tersenyum berkata : “Mama cemburu karena melihat Papa mencium kamu tapi tidak mencium dia.”

“Benarkah?”

“Tentu saja, lihat saja jika kamu tidak percaya.” Dion berbalik, dengan cepat, memberikan sebuah ciuman di pipi Kelly.

Kelly tertegun, lalu tersenyum tanpa rasa senang.

“Wah, ternyata benar, Mama sudah tersenyum, Mama sudah tersenyum.” Wanwan merasa senang sampai bertepuk tangan.

Saat masuk pintu rumah, Mama Hansen berkata : “Cepat cuci tangan dulu, bersiap untuk makan malam.”

Di ruang makan, Papa Hansen bertanya : “ Menantu, bisa bermain catur cina kah?”

Dion mengangguk berkata : “ Untuk dasarnya tahu sedikit.”

“Kalau begitu habis makan kita bermain bersama.”

“Baik, Papa.”

Selesai makan malam, Dian bermain catur dengan Dion, setelah tiga pertandingan, Dian terkejut : “ Ini yang disebut tahu dasarnya saja?”

Tiga pertandingan Dian sudah kalah dua kali, awalnya Dian berpikir ingin membiarkan Dion menang sesekali.

“Papa yang sengaja mengalah padaku kan?”

Wajah Dian memerah berkata: “Aku awalnya ingin mengalah.”

Kalau begitu berarti kemampuan Dion sudah ada kemajuan, dulu sangat tidak ahli.

Jarang menemukan lawan, Papa Hansen menjadi sedikit tertarik, kedua orang itu bertahan hingga pukul sebelas malam, masih merasa belum puas.

Kelly membawa dua cangkir teh ke ruang tamu, berkata asal : “Papa, sudah malam, bukankah sudah waktunya beristirahat?”

Papa Hansen mengangkat kepala : “Menantu, Kamu sudah ngantukkah?”

Dion menggelengkan kepala : “Tidak ngantuk.”

Tidak mengantuk itu adalah palsu, hanya saja melihat orang tua sangat menikmati suasana hati, tidak tega untuk memberhentikan suasana itu.

Kelly menghela nafas, menatap Dion dengan tatapan penuh makna, berbalik keluar dari ruang tamu.

Setengah jam kemudian, pertempuran di ruang tamu masih belum berakhir, Kelly berjalan masuk lagi : “Pa, besok masih harus bangun pagi, ini sudah jam berapa?”

Papa Hansen menjadi tidak senang : “Kamu tengah malam begini tidak tidur, untuk apa terus mondar mandir disini? Apakah kamu takut Papa menindas priamu?”

“Tentu bukan begitu, Aku takut Papa begadang semalaman bisa berakibat buruk terhadap tubuh, besok di pagi hari bermain juga masih bisa.”

“Tidak bisa, malam ini tidak bisa menang dari Dion, Papa tidak akan bisa tidur.”

Papa Hansen mulai keras kepala, siapapun jangan berharap bisa berkompromi, Kelly tahu untuk mempengaruhi Papa sangat tidak mungkin, jadi dia memutuskan untuk bertindak melalui Dion.

Kelly kembali ke kamar, mengambil ponsel dan mengirimkan dia pesan: “Menyerahlah, jika tidak malam ini kamu tidak akan bisa tidur.”

“Apakah aku adalah tipe orang yang dengan mudah mengakui kekalahan?” Dion membalas.

“Papaku bukan lawanmu didunia bisnis, bisakah tidak perlu terlalu serius?”

“Terhadap senior mana mungkin bisa tidak serius, serius adalah rasa hormat.”

……

Kelly berbaring ditempat tidur tanpa berkata-kata, berpikir sejenak, tiba-tiba mendapat ide yang bisa membuat Dion menyerah, Kelly dengan cepat mengirimkan pesan lagi.

Sebenarnya, cara ini sangat bagus, saat Dion melihat pesan masuk, tiba-tiba mata Dion bersinar : “Aku tunggu kamu di kamarmu.”

Dion diam-diam melirik Papa mertua, pura-pura berkata dengan santai : “Papa, setelah permainan ini selesai mari kita beristirahat.”

“Kamu sudah mengantuk?”

Dian mengerutkan kening, menatap papan catur, memikirkan apa yang harus dilakukan untuk langkah selanjutnya.

“Ya, sedikit.”

“Tidak bisa, Papa yang sudah berumur seperti ini saja tidak mengantuk, kamu yang masih muda bergadang sebentar tidak akan ada masalah.”

“Tapi….”

Dion belum selesai berkata, mata orang tua itu melotot, Dion dengan cepat langsung terdiam.

Novel Terkait

The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu