Cinta Di Balik Awan - Bab 83 Ciuman Berapi-Api

Kelly sambil makan pangsit, sambil mendengar perkataan Maxim, perlahan dia kehilangan nafsu makan.

“Kalau punya arti yang begitu penting, kenapa kamu masih menyuruhkan memasakkan untuknya? Kamu sengaja menaburkan garam diatas luka orang lain ya? “

“Bukan seperti itu, perasaan tuan muda Dion pada ibunya sangat dalam, semenjak kematian ibunya, hatinya beku seperti sebuah es, sampai mengenalmu, es perlahan meleleh, siang ini meskipun aku tidak ada dilokasi, tapi aku berani jamin, melihatmu sendiri memasakkan masakan ini, dia pasti sangat tersentuh. “

Hidungnya sakit, sedikit kehilangan nafas, dia meletakkan sumpit: “aku sudah kenyang, kamu makan pelan-pelan. “

Dia bangkit lalu ke kamar mengemas barang-barang, ibu juga ikut masuk dan berkata: “Kelly, jangan lupa dengan janjimu pada ibu. “

“Ehn, aku tahu. “

Harapan ibu, adalah sesuatu yang tidak akan pernah dia kecewakan, meskipun dia tidak bahagia, asalkan mereka bahagia sudah cukup.

Dengan enggan mengucapkan selamat tinggal, dalam perjalanan kembali, dia memikirkan apa yang dikatakan Maxim, suasana hatinya terus memburuk.

Setiba dihotel, awalnya berharap bisa menghindari Dion dan Jesan, sayangnya, baru masuk aula, sudah ketemu dengan mereka berdua.

“Sudah makan malam? “

Tanya Dion dengan khawatir, dia menganggukkan kepala, menjawab dengan kaki: “sudah. “

“Aku juga sudah, makan pangsit dirumahnya, rasanya sangat enak. “

Maxim sengaja pamer, tentu saja, mata Dion sedikit terkejut, tapi segera tenang: “kalian kembalilah ke kamar istirahat, ada hal yang harus kuurus aku keluar sebentar. “

“Ehn, baik. “

Dia mengangguk dengan tergesa-gesa, memasukkan koper-kopernya ke lift dan menutup lift, seolah matanya menahan kesabaran.

Larut malam, berbaring di tempat tidur hotel yang lembut, memikirkan beberapa hal yang berantakan, jantungnya serasa seperti dipukul.

Besok kembali ke Zurich, dia seharusnya tidak akan lagi berhubungan dengan Dion, tapi seolah dia punya banyak hal yang ingin disampaikan padanya, tapi sepertinya tidak ada kesempatan untuk mengatakannya.

Betapa bagusnya kalau Jesan tidak datang kemari, dia bisa menyampaikan semua apa yang ingin dia sampaikan.

Ini hampir jam satu pagi, setelah mengantar Jesan keluar, Dion tidak kembali lagi, tidak, dia seharusnya kembali, tapi dia tidak bisa melihatnya di kamar.

Dia tinggal di sebelahnya, dibatasi sebuah dinding, tapi dia tidak punya keberanian untuk menguping.

Dia menghitung domba dengan putus asa, satu domba, dua domba, dengan susah payah dia sedikit mengantuk, tiba-tiba ada SMS masuk.

Dia terkejut, seolah dia yakin itu dia, dan ternyata itu memang dia, dia menulis dua kata: “buka pintu. “

“Buka pintu? “

Dia terkejut, dia tidak bisa mempercayai matanya, dia memintanya untuk membuka pintu, apa dia sekarang di depan pintu?

Tanpa banyak pikir, dia melompat dari tempat tidur dan membuka pintu sebelum lampu menyala.

Bayangan gelap masuk ke dalam ruangan, seperti dua tahun lalu, dia menindihnya bagai kilat di belakang pintu.

Meskipun sinar bulan terang, tapi itu cukup untuk melihat wajahnya dengan jelas, segar, tampan, dan sedih.

Mata yang dalam dan perasaan yang berharap, tapi itu adalah kesunyian yang panjang ...

“kamu……“

Dia baru saja mau berbicara, sudah di tutup oleh ciumannya yang berapi-api, otaknya bergemuruh, seolah dunia berhenti berputar.

Novel Terkait

Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
5 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu