Cinta Di Balik Awan - Bab 63: Sel-sel Yang Tidak Tenang

Pukul 10 malam, Kelly sibuk membantu orang tuanya menutup toko, HP-nya tiba-tiba berdering.

Dia menunduk melihat nomor panggilan masuk, lalu sibuk keluar rumah menjawab telepon.

“Halo? “

“Sudah sampai dirumah? “ Suara khas Dion, sangat lembut dan nyaman seperti semangkuk pangsit pertama yang dia makan dirumah.

“Ehn, sudah pulang daritadi, lagi siap-siap untuk istirahat. “

“Bagaimana rasanya pulang ke rumah? “

Dia menengadah, menatap bintang-bintang di langit, tersenyum dan menjawab, “Sangat bagus.”

“Aku benar sangat iri padamu. “

Dengan nada kesepian, meluluhkan hatinya, dia tahu orang tua Dion sudah tiada, meskipun jutaan orang mengaguminya, yang paling dia rindukan adalah kebahagiaan paling umum dari orang-orang biasa.

“Besok kamu bahas masalah investasi? “

“Ehn, iya, mungkin sampai siang, sore harinya sudah ada waktu luang. “

“Bagus, besok aku datang, temani kamu jalan-jalan. “

Dion jelas sangat senang: “Oke, aku sangat menantikannya. “

“Oh iya, ngomong-ngomong kamu sudah oleskan obat dipunggungmu belum? “

Tanpa disadari, dia meluapkan kekhawatirannya.

“Belum. “

“Kenapa? Asisten Maxim tidak membantumu mengobatinya? “

“Dia canggung, jadi aku menyuruhnya keluar. “

Kelly memalingkan matanya: “mengagumkan sekali Tuan Dion, kamu biasanya kelihatan sangat tenang, kenapa bisa canggung juga? “

Tidak menunggu dia menjawab, suara ibunya sudah terdengar keluar dari dalam ruangan: “Kelly, kamu sedang apa? Cepat masuk, sudah mau tutup pintu. “

“Iya, ma. “ Dia sibuk menjawab ibunya, terus langsung mengatakan sesuatu di HP: “sudah ya, mamaku sudah panggil aku, aku tidak bicara lagi sama kamu, selamat malam, semoga mimpi indah.“

“Tut“, telepon dimatikan, dia jalan perlahan masuk kedalam toko.

Keesokan harinya, saat makan siang, dia berkata dengan serius pada orang tuanya: “Pa, ma, aku sore harus kerja, kalau pulang malam, kalian makan saja dulu tidak usah tunggu aku. “

“Tidak bisa tidak pergi ya? Kemarin malam baru kembali, kenapa mau pergi lagi? “

“Tidak bisa, ayah kira boss mengeluarkan uang untuk biarkan aku pulang temu rindu dengan orang tua? Mana ada hal sebagus ini. “

“Baiklah, hati-hati dijalan. “

“Ehn, iya. “

Setelah keluar rumah, sepanjang perjalanan, hatinya gusar, kenapa kepulangan kali ini, dia sama sekali tidak rindu dengan Samuel, malah dibenak dan hatinya, selalu memikirkan Dion, khawatir Dion tidak terbiasa tinggal disini, khawatir dia tidak terbiasa makan disini, khawatir dia tersesat, khawatir luka dia sudah sembuh atau tidak......

Meskipun dia tahu, kekhawatiran ini sebenarnya berlebihan. Tapi dia tidak bisa mengendalikannya.

Mungkin darah semua orang mengandung beberapa sel tidak aman, dan sel-selnya, sangat jelas, ingin memberontak ...

Setiba di pintu masuk hotel bintang lima, dia naik lift ke lantai enam belas, pergi ke kamar 202 dimana Dion tinggal.

Bel ditekan begitu lama, tidak ada orang yang membuka pintu, begitu juga dengan kamar sebelah Maxim, juga tidak ada orang,

Dengan bingung dia mengeluarkan HP, menelepon, telepon berdering cukup lama baru tersambung: “Halo? “

“Kamu dimana? “

“Aku lagi makan dengan partner kerja sama, kamu sudah datang? “ Suara Dion, terdengar sedikit mabuk.

“Ehn, sudah sampai, kalian kapan selesai? “

Dia segera menjawab: “Kamu tunggu sebentar, aku segera kembali. “

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu