Si Menantu Buta - Bab 84 Roy yang Tidak Terkalahkan

terdengar suara bel dan babak ketiga pun berakhir.

"Roy, kamu tidak apa-apa kan?!" ekspresi wajah ayah Roy seketika berubah dan dia langsung membawa para bawahannya untuk pergi menghampiri Roy.

"Denny, kamu sangat hebat!" Sumanto, Mark dan beberapa orang lainnya segera menghampiri pentas tinju dan memeluk Denny.

saat ini, wajah Denny sudah dibasahi oleh keringat dan menatap ke bawah pentas dengan tatapan yang berkilau.

kali ini, pukulan Denny kepada Roy tidaklah ringan. Roy telah terbang keluar dari pentas tinju dan lukanya tidaklah ringan.

ketika beberapa orang datang untuk menghampiri Roy dan memberi perhatian padanya, Roy langsung menghempaskan orang yang ada di sekelilingnya dan bangkit berdiri dengan kondisi wajah yang penuh darah.

"sesuai aturan dalam arena pertinjuan, peserta akan dianggap kalah jika terjatuh sebanyak tiga kali. dalam dunia pertinjuan ini juga tidak ada peraturan kalau peserta yang terjatuh dari atas pentas tinju langsung dikatakan kalah. aku masih belum kalah dan aku ingin bertanding lagi!" kata Roy kepada Denny dengan tatapan yang penuh amarah.

"sh*t, bocah itu sangatlah keras!" kata Sumanto dengan tatapan yang penuh kejutan.

dulunya dia pernah berantam dengan Denny dan dia langsung terjatuh hanya karena beberapa tinjuan dari Denny saja. namun kali ini dia melihat kalau Denny sudah bertekad untuk menghajar Roy dan tidak disangka Roy masih bisa bangkit berdiri meskipun dia telah mengalami luka yang parah.

"........." Jaeno langsung menatap ke arah database yang ada pada tangannya dengan perasaan marah. awalnya dia mengira kalau dia akan mendapatkan keuntungan ratusan miliyar karena kekalahan Denny. dia kembali merasa lega ketika melihat Roy yang kembali bangkit berdiri.

".........." Yanto mengedipkan matanya dan tidak tahu harus berkata apa.

"pertandingan ini sangatlah seru, aku menyukainya." kata Daehi dengan senyuman hina.

Denny juga menatap Roy dengan tatapan yang terkejut.

dia tidak menyangka Roy bisa menahan semua pukulan tersebut.

jika sejak awal dia tahu kalau Roy begitu bisa menahan pukulan, dia tidak akan mengalah pada Roy tadi. dia juga merasa sedikit kesakitan karena tendangan dari Roy.

"lanjutkan saja." kata Denny dengan senyuman yang aneh.

Roy lalu berkumur dan memuntahkan air yang telah bercampur dengan darah. dia kembali memasang sarung giginya dan kembali memasuki arena pertandingan.

"pertarungan dimulai." kata Wasit sambil menatapnya dengan tatapan yang aneh.

"Denny, aku akan membunuhmu!" teriak Roy kepada Denny sambil bergegas menghampiri Denny setelah pertadingan itu dimulai.

Denny segera berjalan mundur sambil menatap Roy. saat ini, teknik tinju yang Roy miliki sudah tidak bisa dipercayai lagi. dia telah dirasuki oleh amarah dan dia pun mengarahkan sebuah pukulan yang keras kepada Denny. Denny terus berjalan mundur dan berhasil menghindari pukulan tersebut. Roy kembali mengarahkan sebuah tinjuan kepadanya dan Denny kembali menghindar dari tinjuan tersebut.

ketika tinjuan ketiga dari Roy mengarah ke arah Denny, Denny seketika maju ke depan dan membungkukkan pinggangnya. dia lalu memukul bagian dagu Roy dari arah bawah.

terdengar suara pukulan dan Roy langsung terbaring di atas lantai.

ketika terjatuh pada lantai, dia pun mulai memutarbalikkan badannya sambil memegang dagunya yang kesakitan itu. tatapan sang wasit seketika berubah dansang wasit langsung bergegas jongkok di samping Roy. dia pun mulai menghintung mundur waktu sambil menatap luka pada dagu Roy tersebut.

"beraninya kamu memukulku hingga seperti ini, jikalau aku tidak membunuhmu hari ini, kamu boleh mengganti namaku.........." setelah mengatakan itu, Roy pun memegang punggungnya dan bangkit berdiri.

"dia bahkan bisa kembali bangkit?!" Denny melototkan matanya.

"aku adalah orang yang hebat di kota Harayu ini....." kata Roy kepada Denny sambil bernafas dengan susah payah.

sang wasit berjalan menjauhi mereka dan Denny pun berjalan ke depan Roy dan memukul wajahnya.

saat ini, dua pukulan berat dari Denny telah mendarat pada tubuh Roy. Roy sudah kesakitan hingga kehabisan tenanga. tentunya kemampuannya untuk merespon gerakan lawan juga mulai menurun.

hidung Roy seketika berubah menjadi merah. dia mengedipkan matanya dan bersikeras untuk tetap melawan Denny.

bagaimana mungkin Denny memberi kesempatan kepadanya? Denny kembali menghantam bagian wajahnya.

"sh*t!" Roy terlihat begitu marah dan dia langsung mengarahkan tinjuannya ke arah Denny.

tiba-tiba Denny langsung mengarahkan tinjuannya ke wajah Roy dan Roy kembali terjatuh di atas pentas.

"Roy sangatlah tahan banting." kata Sumanto dari bawah pentas.

"dia masih seorang anak-anak, bagaimana boleh kamu memukulnya seperti itu?!" kata ayah Roy dengan marah dan dia sangat ingin membunuh Denny sekarang.

Denny tidak berkata apapun dan menatap ke arah Wasit dengan tatapan yang tenang.

tidak lama kemudian, Roy kembali bangkit berdiri.

kini, wajah dan mulutnya telah bengkak dan terlihat begitu banyak darah pada hidungnya. salah satu matanya juga terlihat bengkak. dia tidak mampu berdiri dengan stabil dan hanya bisa berdiri sambil bergoyang sesuai arahnya. dia dengan susah payah bernafas dan menatap ke arah Denny dengan keringat yang bercucuran, "hei bocah, kalau hari ini kamu tidak sanggup memukulku hingga mati, kamu boleh mengganti namaku sesukamu...."

kembali terdengar suara pukulan dan Roy kembali terjatuh karena tinjuan dari Denny.

Roy terbaring dan tidak bersuara lagi. dadanya juga terlihat sedikit bergelombang.

"benar-benar tahan banting!" kata Sumanto dari bawah pentas.

"pertandingan kali ini terlihat begitu seru." kata Vicky sambil menatap erat kedua orang yang ada di atas pentas itu. dia menjadi begitu semangat karena pertandingan ini.

"sudah kalah!" Jaeno menatap ke arah database yang ada pada tangannya. dia terlihat begitu marah dan hampir membanting laptop miliknya itu.

"bersiap-siap untuk mengumumkan database grup W-1." kata Denny kepada Fidel setelah memastikan Roy yang tidak bereaksi lagi.

"baik." Fidel segera membuka dan mengoperasikan laptopnya.

pertandingan ini pun berakhir. setelah Fidel mengumumkan database grup W-1 nanti, Denny tinggal menunggu interview dari seluruh media. setelah itu, dia sudah boleh pulang untuk beristirahat.

ayah Roy pun menghampiri pentas tinju tersebut dan menatap Roy dengan tatapan yang marah, para dokter juga telah melakukan persiapan untuk memeriksa kondisi Roy.

namun kini, Roy kembali bangkit berdiri.

seluruh wajahnya telah bengkak karena pukulan dari Denny dan semua wajahnya telah dibasahi oleh keringat dan juga darah. bagian wajahnya yang awalnya telah bengkak itu terlihat semakin membengkak.

"apakah kamu mengira pertandingan ini telah berakhir?" tubuh Roy bergetar dengan tanpa henti dan ia menatap Denny dengan tatapan yang menyeramkan.

"apakah kamu ingin melanjutkannya?" Denny menatap Roy dengan tatapan yang terkejut.

"jika dilihat dari aturan pertandingan, aku akan dianggap kalah jika aku terjatuh sebanyak tiga kali. namun tadinya aku terjatuh ke bawah pentas dan itu tidak terhitung. itu hanyalah sebuah kejadian yang tak terduga. oleh karena itu, aku hanya terjatuh sebanyak dua kali karena pukulanmu. aku masih memiliki kesempatan untuk mengalahkanmu." kata Roy.

setelah mendengar perkataan Roy, Denny pun menatapnya dengan tatapan yang aneh.........

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu