Si Menantu Buta - Bab 440 Serangan Balik

Denny terbang terbalik dengan sangat cepat, dan menabrak tali di belakangnya.

Pukulan Johnson barusan sangat kuat, dan rasa sakit yang sangat besar dari perut Denny menggerogoti otaknya dalam sekejap.

Namun, Johnson tidak berniat melepaskan Denny. Dia melangkah dengan cepat ke depan Denny dan meninju wajahnya.

Pandangan mata serta kesadaran Denny kabur seketika, dan rasa sakit di perutnya juga mulai berkurang. Tubuhnya dipukuli ke arah lain dan menghujam ke tanah.

Sebagian besar wajah Denny tiba-tiba berubah menjadi biru-ungu.

“Denny berdiri.” Tyas menatap wajah Denny yang berwarna, matanya terus-menerus menunjukkan kekhawatiran.

Dalam pertandingan dekat, Tyas bisa merasakan kekuatan dari dua pukulan Johnson.

Tapi dia tahu bahwa Deny tidak mau kalah di pertandingan ini.

“Denny, apa kamu baik-baik saja?” Tanya wasit sembari menghitung beberapa detik.

Dome memandang Denny di atas ring dengan tenang, namun ia merasa cemas. Kekuatan Johnson melebihi bayangannya sebelumnya, dia bahkan meremehkan Johnson sebelumnya.

Pukulan Johnson terlalu cepat dan gerakannya sangat teratur sehingga Denny tidak bisa menebak gerakan Johnson selanjutnya.

"Tidak apa-apa." Denny menopang tangannya ke tanah dan bangkit dengan perlahan.

"Hehe, dia bangkit untuk dipukuli lagi." Matthew tersenyum.

"Beberapa orang dilahirkan suka dipukuli. Meskipun aku juga berlatih dari pukulan, tetapi aku tidak sehina Denny, meski aku dipukuli. Aku pasti malu di depan orang-orang besar." Kenny memandang Denny dengan penuh hina.

Sekilas Kenny dapat melihat perbedaan kekuatan antara Denny dan Johnson. Sangat sulit bagi Denny untuk mengalahkan Johnson.

"Denny perlu dididik, kalau tidak dia tidak mengerti apa yang disebut aturan, apa yang disebut orang-orang terkemuka. Berkelahi tidaks semuda yang dia kira." Tuan Muda Ning duduk di samping dan berkata dengan tenang.

Masih ada jejak kekhawatiran di mata Monica.

Tangannya digenggam erat-erat, kuku tangannya hampir tertanam ke dalam daging.

Denny pernah menyakitinya, sangat menyakitinya. Tapi dia masih mencintai Denny. Dia sangat terharu saat Denny muncul di pesta pernikahan. Dia juga sangat sedih saat Denny dikepung, dipukuli, diejek dan dihina.

"Diberitahu baik-baik tidak mau dengar, masalah tidak akan membesar jika dia menyerah sejak awal." Vincent menyesap gelas anggur di meja dan memandang ke atas ring dengan senang.

"Baiklah, kamu masih mampu berdiri, tadi aku belum cukup bermain." Johnson menyunggingkan senyuman di wajahnya.

“Kamu hebat.” Denny harus mengakui bahwa Johnson lebih kuat darinya, dan Johnson memiliki keuntungan besar saat Johnson bertarung dengannya.

"Bagus kalau kamu mengetahuinya. Bagiku, kamu hanyalah karung pasir yang bisa bergerak. Apakah kamu mengerti? Bagiku, seranganmu itu tidak menyakitkan ataupun gatal terhadapku." Johnson sangat angkuh, dia sangat percaya diri dengan kedua pukulannya.

Dia merasa sangat terkejut karena Denny masih mampu berdiri, tapi hanya itu saja.

Dia yakin bahwa Denny saat ini tidak bisa mengerahkan banyak kekuatan dan tidak bisa menimbulkan ancaman baginya.

“Kamu banyak bicara.” Denny memandang Johnson dengan tenang.

Denny tidak sepenuhnya tanpa keuntungan, langkah kakinya lebih fleksibel, dan ia juga memiliki peluang.

Denny tidak pernah berpikir ada perbedaan besar antara dia dan Johnson, yang dia pikirkan sekarang hanyalah bagaimana mengalahkan Johnson.

"Semakin ulet dirimu, semakin aku menyukainya, dan semakin menyenangkan juga aku akan memukulmu. Kuharap kamu bertahan beberapa putaran lagi." Johnson dengan lembut menggosok dagunya dengan sarung tangan dan berkata sambil tersenyum.

Denny dan Johnson menemui jalan buntu di atas ring sementara waktu, dan satu putaran berakhir.

Denny duduk di sudut untuk beristirahat.

Fendi dan Antonis berdua berjalan menghampiri Denny, menyeka keringatnya, memberikan minuman dan kompresan es.

“Aku salah menilai kekuatan Johnson.” Dome memandang wajah Denny.

"Denny, jangan buat aku memandang rendah dirimu, berjuanglah dengan keras, buat Johnson yang sombong itu pergi ke neraka." Kata Jacob.

“Tidak apa-apa, aku pasti akan memenangkan pertandingan ini.” Mata Denny menunjukkan tatapan tegas.

Betapa kuatnya Johnson, tidak akan membuat Denny menyerah.

Denny berada di bawah tekanan yang besar saat ini. Pertandingan tinju Denny tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk Alock.

Denny harus melewati rintangan Johnson jika ingin menantang Sonny, sedangkan jika industri tinju Alock ingin berkembang pesat, Denny juga perlu membuat nama yang lebih besar di WBA.

Yang harus dilakukan Denny sekarang adalah mengalahkan Johnson.

“Diberitahu baik-baik tidak mau dengar.” Vincent berjalan ke hadapan Denny dan tersenyum.

"Kamu sangat rendah, sekujur badanmu gatal jika tidak dipukuli? Kamu pikir kamu benar-benar bisa mengalahkan Johnson? Dua hari yang lalu beri kamu uang karena kamu layak. Tapi kamu malah tidak menghargai kesempatan ini, kamu menunggu untuk dipukuli hingga cacat."

“Itu tidak ada hubungannya denganmu.” Mata Denny menjadi dingin.

“Denny berjuanglah, keluarkan gayamu, menghindar seperti apa.” Sumanto tidak suka gaya bajak laut Denny, belum lagi gaya bertarung Denny tidak efektif.

Sumanto berpikir lebih baik membiarkan Denny dan Johnson bertarung, setidaknya agar permainan terlihat lebih banyak tabrakan dan lebih mengasyikkan.

Telapak tangan warga Alock berkeringat, Denny pada dasarnya ditekan oleh Johnson di babak terakhir, dan tidak ada kemungkinan untuk menyerang balik.

Selain itu, Denny pernah dijatuhkan oleh Johnson dan menerima pukulan berat, yang sangat mengurangi efektivitas tempurnya.

Denny kembali ke ring dan ingin melanjutkan pertandingan.

Sekujur tubuh Denny terasa sakit, setelah dikompres menggunakan es pun masih sakit.

Pukulan berulang Johnson menyapu bahu, lengan, tulang rusuk, dan pipi Denny. Dalam kompetisi intensitas tinggi, waktu di antara putaran pertandingan tidak cukup bagi Denny untuk memulihkan stamina yang telah dia konsumsi.

Denny masih memiliki kepercayaan diri, dan pertandingan dengan tempo tinggi selalu menjadi kedua belah pihak. Johnson lebih berat dan lebih mudah lelah.

“Minta dipukul lagi.” Johnson berpose tinju dan menatap Denny dengan ganas.

Denny melayangkan pukulan mengenai wajah Johnson dengan kecepatan secepat kilat.

Johnson memiringkan kepalanya setelah dipukuli dan mundur dua langkah.

Denny bergerak cepat mendekat dan meninju wajah Johnson lagi.

Kulit Johnson sangat tebal, pukulan pertama Denny tidak menyebabkan banyak cedera padanya. Tapi dia juga tidak akan membiarkan Denny memukulnya dengan seenaknya.

Dia bereaksi dengan cepat, lalu mengangkat tinjunya dengan gesit untuk menutupi wajahnya, membuka dahinya kemudian memukul Denny.

Siapa tahu, Denny hanya membuat langkah palsu, melihat reaksi Johnson, ia langsung memukul dengan punggung tangannya dan memukul tulang rusuknya.

Johnson mendengus.

Inilah kualitas asli Denny. Setelah Denny mengetahui rutinitas pukulan Johnson, serangan balik akan dimulai dari sekarang.

Novel Terkait

Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu